Sunday 26 January 2014

Oleh-oleh dari Brownies dan Metana (1)

Terlalu sayang untuk dibuang dua helai kertas ini. Takut hilang, sehingga saya menuliskannya kembali...
Mungkin ini terlihat bodoh karena membuka kartu sendiri. Dan bagi beberapa atau mungkin kebanyakan temanku, isi dari kertas-kertas ini bersifat pribadi dan rahasia. Kenapa aku tidak? Tidak tahu lah.
Saya tegaskan tidak ada maksud pamer, caper atau apaaa dengan menulis catatan ini... Hehe *perasaan pendahuluanne wis mlewer-mlewer temen ya? Serius! Ini serius, hehehe*

Refleksi Kelas X
diperoleh saat sekitar 3-4 minggu setelah masuk SMA
Ani itu...
-Ngga' pelit (my best chairmate)
-Pendiam (personil duo dangkal)
-Pendiam (personil duo dangkal)
-Pinter (corong, ;p)
-Mandan cerewet! (Hidane tehe)
-Suka ngobrol (sobatku yang nomor absennya selalu di atasku)
-Pinter (cewe yang sekarang juga praja IPDN)
-Lumayan bersahabat (penghuni pojok paling sering)
-Asyik (fans berat Cakka Icil)
-Aneh orangnya (master komputer brownies)
-Pinter (Betasonde)
-Biasa aja (tukang tidur)
-Biasa sasaja (pacul!!)
-Ceriwis (teajus, teh botol sosro)
-Nyelelek tapi baik (icha icha di dinding)
-Biasa aja (TePe)
-Diam/kalem (benzena, :p)
-Bersahabat (istri hitler yang berdarah-darah, hehe)
-Pendiam (miss Ikoto Pikorino)
-Calm (caesar brownies)
-Aja cengeng ya, ning pinter bgt (opang, my motivator, :D)
-Baik, mau b'bagi, pinter (my best friend, si genter)
-Pinter, rajin, mau b'bagi (ucup)
-Pinter, mau nyontoni (haha, Abi, reader sejati!)
-Cerewet, baik, pinter (novelis kita, :D)
-Diem" pinter! Cerewet+baik+rajin (daeva, paling teraniaya Fajar)
-Pendiem (timo yang rajin kasih coklat tiap tahun, :9)
-Pendiam misterius (mr. Lebay ever after, hoho)
-Serius, baek. (mba pu3 yang so sweet)
-Pinter, kerajinan (pinky girl, kacamata hitam bening yang antik, he)
-Kalem (uje)
-Baik (sastrawan berbakat, :))
-Baik, care, ya... baik!! (my sharebox)
-Kurang sosialisasi (mahasiswi FITB)
-PD, nies! (mba syif)
-Yakinlah pd dirimu! Ciee... (ratu mencheng)
-Rajin (wahyu)
-Pinter, suka ngelucu juga, baik!! (Lutfi yang so sweet)

Depok, 12 September 2010

Kata Mereka (Ketika Masih Maba)

Keegoisan
Menyelami danaunya sendiri
Menyampahinya dengan tinggi hati
Cerca tak menyadarkannya
Bahkan tangis hanya sebuah fatamorgana
Bukan!
Bukan fatamorgana tapi sandiwara
Aktor tunggal
Sandiwara bercabang yang dibuat-buat
Bagus sekali aku menyebut diri?
Haha

Kata Mama saya manja dan bebehan.
Kata Romo saya sangat bebehan dan boros.
Kata Leli saya pelit.
Kata Tiara saya lemot.
Kata Widya saya ya saya.
Kata Astin saya teman yang langka (kapan gole ngomong ya? Pokoknya itu kesimpulanku, he).
Kata Ayu saya ciwek dan basah.
Kata Rizky saya baik dan welcome terhadap wajah baru.
Kata Dinda, "Yakinlah!"
Kata mba Nia saya konyol.
Kata Jodi saya aneh.
Kata Solie saya wagu.
Kata Gilda saya bingungan.
Kata Wari saya mutungan.
Kata Aris saya cepat marah, ;p.
Kata Wahyu saya keras.
Kata Iam saya gabungan antara humoris dan melankolis.
Kata Alfi saya ceria dan plin plan.
Kata Dede saya pasrah.
Kata Timo saya harus lebih menghargai orang.
Kata Ririn saya cocok jadi author fic gaje.
Kata mba Iie saya pengertian.
Kata "dia" saya saya apa ya? Blablabla Writer?
Kata temennya dia blog saya isinya cerpen.
Kata Ivah saya ceria dan misterius.
Kata Tami saya...saya...?
Kata Anti, "maaf ya, An, aku ngga tahu"
Kata Kuni (idem sama Anti)
Kata mba Hani, "maba maba!"
Kata mba Ria, "Semangat!"
Kata Dewi saya adalah Bu Sutradara.
Kata Martyn, "Aku ngertine nomormu thok!"
Kata Nopi saya cengeng dan selalu berubah-ubah.
Kata Hari saya tidak cocok dipanggil mba.
Kata Amel saya wagu dan melankolis.
Kata ex-- saya seperti mbah-mbah.
Kata beberapa adek kelas saya unik.
Kata beberapa kakak senior, "Youth! Maba!"
Kata Fajar saya misterius dan selalu update status dan nulis di catatan.
Kata Erni saya memang teman basah yang unik.

Kata Kyu kata sya,ani itu org yg..mm,,
emosional,
mdah tBwa emosi,
panikan,
mgkn kdg ska menyalahkan dri sndiri,
kdg ga 'on',
sptY tdk bsa mBgi konsentrasi,
bhasaY tLalu tinggi,
mmg basah sii,hahay..
sptY jg gmpg kBwa pKtaan orla,
ksimpulanY,sptY bgtu (apaY?)..hahay,,
n yg tPntg kata saya adl,"an,sya laper.."

Kata Dila ani itu cocok banget jadi penulis.... *serius g boong
Kata Delisa "kamu orang nya baaaiiiiikkk sekali, jago gambar dan sabar"
Kata Rizky Berli, " Ani memg welcome kok,bnran dah. Anda trmasuk org2 yang pertama welcome mg aku. Kan maune ak r due kanca *emge ski due kanca y?haha*, ak kan tkg curhat ttg th*ee mg kw, kw mnanggapi keluhnku dg sbar bak cust.serv..."

Kata Jeaneria, "Aku setuju sama dhilla"
Kata Iam lagi, "sanguinis ani..."
Kata Erni lagi, " Selalu bkim senyum nek baca ctetanmu an.."

Kata siapa lagi ya???

Hn, kata saya, saya belum menemukan saya itu sosok yang bagaimana. Yang jelas saya moody dan memaksa.

Katamu?

Depok, 17 September 2010

*tapi itu dulu, sekarang apa kata mereka sudah banyak yang berubah*

Rencana Imajinatif (1)

Sepertinya ini adalah catatan ke-2 atau ke-3 milikku yang berjudul "Rencana". Aku memang orang yang sangat susah mengambil keputusan tak terkecuali memutuskan setiap judul catatanku. Alhasil, aku tak pernah ingat judul dari catatan-catatanku yang pernah published. *ngga penting banget sepertinya? (memang!)*

Begini...
Aku menargetkan telah membeli benda itu
Jauh hari sebelum menuju kampung
Sebuah marchandise bertali
Sehingga kau bisa mengikatkannya pada leher jika mau
Aku bersungguh-sungguh ingin membawakan segumpal tanah merah
Supaya kau tahu bahwa aku menginjaknya tiap minggu

Mengenai benda itu, aku ingin menggantungkannya di pohon yang bersandar kokoh di ruang kerjamu
Di mana kacamata pun ikut bergelantungan di dahannya
Aku sangat yakin kau akan mengingatku melalui benda itu

Namun, aku masih tidak tahu benda apa itu
Bahkan memori kita tak mengenal cendera mata
Hanya kontak dan komunikasi yang menjadi syarat sebuah interaksi

Aku meracau setiap bertemu kawan
Meracau tentang kau
Aku tidak tahu apakah kau ingat betul pernah menggila bersamaku
Namun, aku ingin kau tahu aku gila karena kau

Lihat?
Betapa kalimatku kini hancur
Mungkin kau punya andil atas gejala disleksia kalimat ini
Muskil!
Kau selalu menyingkir

Aku punya target
Memberimu sebuah benda tentang kota baruku, saat libur musim dingin berakhir
Awal tahun yang aku kira akan menyenangkan, semoga benar-benar menyenangkan
Kau harus ingat yang mana dahanmu
Aku akan menggantungkan benda itu di dahan yang sama dengan saat dulu kau meletakkan sarang burung woodpecker

Jangan pecahkan rencanaku
Aku punya sesuatu
Kau harus ingat dahan itu
Kau harus ingat tanda dariku

Awas!


"Rof" the Dumb Friend Valentine "sumin" Five

Depok, 17 November 2010

Curhatan Ketika Maba

Aku ingin bercerita. Waktu di sini begitu suka berlari. Atau aku yang terlalu lambat hingga terseok-seok seperti seorang suster ngesot. Tunggu! Suster ngesot bukan orang ya? Berarti apa? Sehantu suster ngesot? Ngomong-ngomong kalau menyebut hantu yang berjumlah satu apa yah? Sebuah, bukan benda. Sekuntum, tambah ngawur. Sehantu? Ah persetan dengan jabatan para hantu-hantu abstrak yang tidak jelas kebenaran dan keberadaannya itu.
 
Jadi kembali lagi ke topik bahasan awal, waktu. Aku pernah menulis soal ini. Dan ingin lagi. Empat bulan di sini, di Depok, di tanah yang tanahnya berwarna merah seperti tanah kuburan, aku sudah merasa seperti di rumah. Meskipun kadang sebal dan kaget sampai guling-guling (hiperbola) saat mendengar petir-petirnya yang kerasnya tiga kali petir Kebumen (pengukuran dilakukan dengan alat ukur perasaan dan pendengaran), aku sudah kerasan. Namun, satu hal yang masih membuatku bisa menangis tersedu-sedu hingga nyakar-nyakar tembok: "Aku belum mampu menaklukan waktu". 
 
Aku sudah bilang, waktu di mataku, sangat suka berlari. Pernah suatu hari aku tertidur, perasaan baru setengah jam. Tahu-tahu, alarm jam 8 pagi udah berbunyi aja. Padahal waktu itu, rencananya aku mau berangkat latihan MB di gymnasium pukul 8. Oke, kalo soal ini mungkin memang murni kecerobohan, kemalasan, kepikunan, dan kekeboan diriku. Aku ngaku.
 
Entah aku yang bodoh dalam menghitung menit, atau aku memang kurang menghargai waktu, aku merasa porsi jam pelajaran biologi di SMA yang durasinya 2x45 menit jauh lebih lama dibandingkan porsi jam mata kuliah biologi yang dipatok 2x50 menit per minggu. Sepertinya, semua ini bersumber dari satu sebab, aku belum terlalu mengenal hidupku saat ini dan mampu beradaptasi. Parah? Memang! 
 
Setiap hari Jumat dan Minggu, aku berlatih MB (marching band) di gymnasium atau pusgiwa. Aku datang pukul 4 sore, apel dan pemanasan 10 menit, lalu mulai latihan dengan alat masing-masing. Skip! Skip! Skip! Perasaan baru setengah jam latihan, tapi ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, waktunya istirahat shalat maghrib. Jika dihitung-hitung, aku latihan selama 110 menit. Bagaimana mungkin, 110 menit bisa terpotong menjadi 30 menit? Aneh lah aku!
 
Manajemen waktu yang masih sangat amat sangat sangat buruk sekali, untuk seseorang yang sudah bisa dibilang sebagai mahasiswa. Lalu, bagaimana cara menanggulangi hal ini? Aku membuat semacam jadwal imajiner. Aku mematok waktu untuk setiap kegiatanku. Jika dilanggar, baik oleh aku maupun orang lain, maka aku atau orang lain itu akan mendapat hukuman. Sadis. Hukumannya bermacam-macam, tapi kebanyakan lebih ke sanksi sosial (wahahaha, kesannya kok menakutkan ya??). Biasanya, aku akan marah-marah sendiri, jika jadwal-jadwal imajinerku terlanggar, atau cemberut yang menimbulkan sebuah ekspresi bingung tiada terkira dim mata orang. 
 
Sudahkah berhasil? Lumayan, sedikit sedikit berfungsi. Namun, tiba-tiba ada satu hal yang memporak porandakan jadwal itu. Apa? Sesuatu yang abstrak, sangat abstrak karena tidak terlihat, tidak terdengar tapi terasa. Mungkin aku butuh metode lain, agar aku lebih mampu berpacu dengan waktu sehingga hidupku bisa harmonis. Disiplin!!! Dan dewasalah membagi waktu. Perbaharui skala prioritas dan jangan memikirkan "hal yang tidak-tidak", setidaknyan itulah pesan Mama sejak aku SD yang selalu aku ingat sampai sekarang. Haik! Haik! Haik! Semangat! 
 
 
With a spoonfull of Love for  everyone on the earth, Amarilis said, "Ganbatte ne, mina san!"

Depok, 4 Desember 2010

Tentang Bullying di Zaman SMA

Bisa bertahankah kau di sana, bisa bertahankah, sayang...
Coba bertahanlah,bertahanlah kau di sana...
Coba bertahanlah,sayang...
Semangat mencercaku,sedang berkobar!
Bagi yang mau baca,disarankan jangan! Anda akan bingung!
Wassalam



Terlahir di dunia disambut gelap gulita subuh hari, rasanya cukup bangga rasanya pada diriku sendiri. Orang-orang dulu bilang, "seorang bayi yang lahir di kala langit gelap menjelang subuh, di saat kabut malam menyelimuti bumi, pasti dia adalah orang yang besar, karena mempunyai keberanian tinggi... Baik dalam hal dunia maupun dunia lain."

Memang terlalu umum, dan terlalu luas makna kata-kata tersebut. Tidak khusus lah!!
Toh, aku bangga! Aku tumbuh besar di kalangan orang-orang pedesaan. Orang-orang yang solid,tapi kurang mempunyai keberanian untuk membuat terobosan. Namun, aku terlampau percaya pada mitos orang-orang dulu itu yang diceritakan oleh kakek dan nenekku. Kuanggap diriku sendiri seorang yang pemberani. Kuanggap diriku tak takut pada apa pun, kecuali bapak n ibuQ. Intinya sok-sokan lah...
Aku pun mulai membuat terobosan. Kuikuti jejak sepupuku yang meneruskan pendidikan di smp 1,lalu k sma 1. Kata orang itu sekolah bergengsi.
Masih dengan segunung keberanian, kudatangi 2 sekolah itu (dulu) hampir seorang diri (sebab,keberadaan teman tak terlalu membantuku,aku hampir ditinggalkan sendiri,dan sendiri kusiapkan diriku menggapai mimpiku...). Dengan banyak harapan tergantung...aku menjajal mencicipi aroma kedua sekolah itu.
Selepas smp keberanianku menyusut jadi sebukit, dan di sma ini dia bertanformasi mengubah dirinya menjadi sebesar kerikil foraminifera.
Ironi!!!
Seiring waktu dia terus mengecil, hingga aku takut jangan-jangan dia akan jadi sebesar sel amoeba.
Aku terus coba kembangkan sayap, berharap kerikil itu dapat mengembang pula setidaknya jadi pualam kelam yang lebih kokoh...
Sedikit demi sedikit, kembalilah dia, sekarang dia sebesar batu apung lalu di bulan ke6, sebesar karang coral...
Aku sudah optimis, keberanianku akan menggunung lagi!!
Tapi, kenyataannya bulan ke6 itu bagaikan klimaks dari metamorfose-nya. Dan bulan ke 7 hingga 12 adalah anti klimaksnya.
Sekarang bulan ke12,aku merasa keberanianku hanya sebesar sebutir padi...
Dia dan mereka telah mengikis, memarut-marutnya hingga sebesar itu. Hebat! Sungguh hebat!! Salut aku!
.
Aku mengutuki orang-orang yang memanggilku anikita willy!!!

Kebumen, 22 Juni 2009

Sepi

Tetes-tetes air mataku jatuh untuk kalian...
Di tengah kesepian yang menikam akal sehatku...
Aku teringat kalian...
Teringat dosaku pada kalian...
Teringat tabiat burukku yang tak termaafkan...
Teringat getir senyumku yang penuh paksa untuk kalian...
Tapi tak sedikit pun aku teringat keceriaan bersama kalian...
Hal ini membuatku semakin sepi...
Mungkin sejuta kunang-kunang pun tak mampu menerangi...
Sound system dan alat-alat musik orkestra sepenuh gedung opera australia pun tak mampu meramaikan...
Aku sepi...
Sungguh sepi... Dan lebay...
Ani, sendiri menanti...

Kebumen, 28 Juni 2009

YA AMPUN!!!
Dari dulu emang cengeng gitu ya gue????

Kumat!
Sepi yang berlebihan,
Kesendirian yang menyakitkan,
Menerbangkan akal sehat,
Mengendapkan kerak hampa.

Ceria diusung nestapa,
Jenaka disapu paksa,
Dan aku telah lupa cara tertawa...
Aku... Hilang perasaan...

Kebumen, 4 Oktober 2009

Percakapan Lama :)

Status Anifatun Mu'asyaroh:
terlalu lelah selalu kalah. Aku harus bangkit!!!
Semangat,An! Ganbatte ne!
4 Juni 2009
· Batal Suka · 7 Komentar · Bagikan · Hapus

Si Kawan Bisu
Apa mau kalah terus??gak kan??smagat mba ani!!
hehehe
Suka · Hapus · 4 Juni 2009

Anifatun Mu'asyaroh
Hwaha,
terharu aq...
AkhrN kau bsa ngmg dgn bnr jg,b0ng...
Suka · Sunting · 4 Juni 2009

Si Kawan Bisu
Kwe ngmge wis bner esh bang bong bae..genahe ya mbe.....curang
Suka · Hapus · 4 Juni 2009

Anifatun Mu'asyaroh
Haha,ok lah ***...
ADIK kelas yang nylelek...suksess ya!!
Lh dng status ddi wall c lah...
Suka · Hapus · 4 Juni 2009

(Ini pas zaman masih alay)

Saturday 25 January 2014

Edensor dan Si Kawan Bisu

Dulu. Dulu sekali, saat kelas XI - XII SMA. Ketika itu, gue suka sekali dengan segala hal yang berhubungan dengan tetralogi Laskar Pelangi. Mungkin salah satu faktor yang membuat gue suka adalah karena ada orang lain juga yang suka dan gue lumayan sering memperbincangkan LP ini dengannya. Sebutlah dia Cebong. Cebong ini seorang adik kelas ketika SMA dan salah satu dari tiga adik kelas cowok yang gue kenal ketika SMA (dua yang lain adalah teman main masa kecil dan tinggal satu desa dengan gue). Bisa jadi, gue juga satu-satunya kakak kelas yang dia kenal ketika SMA.

Oke, singkat cerita gue dan Cebong sering berbalas komentar status atau wall to wall di Facebook. Nah, ketika terkuak bahwa kami berdua sama-sama suka tetralogi LP, tetiba kami berdua jadi sok-sokan menggunakan bahasa Melayu ala Belitong seperti yang digunakan dalam keseharian tokoh-tokoh LP.

Ketika itu, gue masih sangat alay dan mungkin hingga sekarang pun masih tersisa, ke-alay-an itu, hehe. Uhn, ke-alay-an itu terwujud dalam tulisan. Contoh: aq jg tau k0k, tp kykN g perlu dsebarn jg sh! (asal ketik). Alhasil, komentar gue pun terlihat semakin geje. Sudah bahasanya campuran (Bahasa Indonesia, Melayu gadungan dan ngapak), tulisannya awut-awutan, huruf-hurufnya alay lagi. Bikin pusing!

Berbeda dengan si Cebong ini. Dia tak pernah alay sama sekali. Mungkin terkadang masih menyingkat kata sih, tapi ya hanya itu. Contoh cara menulis dia: Uwis arep ujian, mbe (panggilan dia ke gue, dulu)! Sing rajin sinaune! Aja OL bae!

Nah, berkat dia dan sahabat gue Tiara lah, gue tersadarkan untuk tidak menyingkat kata dan menggunakan huruf kapital sembarangan di luar aturan EYD.

Kembali lagi ke judul. Edensor merupakan seri ke-3 dari tetralogi LP ini. Ketika SMA, gue suka sekali membaca banyatj novel, tapi tidak pernah membeli satu pun novel. Begitu pula dengan Edensor ini. Padahal, gue sudah terlanjur sangat suka dengan buku ini. Dan jika gue sudah suka terhadap sesuatu, gue akan berulang-ulang membacanya, melihatnya atau mendengarkannya, kapan pun setiap kali gue memang ingin melakukannya. Nah! Masalahnya, Edensor ini hanya buku pinjaman dan gue tidak mungkin dapat membeli buku ini ketika itu. Alhasil gue pun memikirkan sebuah cara dan...

Gue akhirnya memutuskan untuk membaca isi satu buku itu, dari awal sampai akhir; dari mozaik 1 sampai 43; dari ujung halaman pembuka hingga ujung halaman penutup; dan merekamnya dengan handphone Nokia 3110C gue. Seluruhnya gue baca dan rekam, tanpa terlewat satu kata pun.

Ini, gue baru saja membuka-buka file lama. Ternyata file-file rekaman Edensor itu masih ada. Ketika gue melihat file properties rekaman-rekaman itu, dapat diketahui bahwa ternyata gue menyelesaikannya dalam lima hari, yaitu dari Kamis-Senin, 23 - 27 April 2009. Konsekuensinya, gue hanya dapat mengerjakan PR di pagi hari, beberapa jam sebelum berangkat sekolah, karena waktu gue hanya gue curahkan untuk membaca ulang buku itu dan merekamnya, setiap harinya. Wkwk. Gila! File-nya lengkap. Ada 43 file rekaman suara berformat .amr dan dijuduli dengan judul yang sama dengan yang ada di tiap mozaik di bukunya. Dari "mozaik 1: Lelaki Zenit dan Nadir" hingga "mozaik 43: Turnbull". Tanpa berpikir panjang, langsung saja, gue copy paste satu folder rekaman Edensor itu ke memori eksternal handphone gue. Hahaha. Semacam mengabadikan memori manis (?) ketika SMA. Konyol deh kalau diingat-ingat, haha.

Nah, lebih konyol lagi, setelah selesai rekaman itu gue langsung pamer ke Cebong via Mxit, kalau gue sudah membaca dan merekam satu buku Edensor. Sontak dia terheran-heran. Dia hanya merespon, "Gila ya mbe? Diwaca dewek? Direkam? Kober temen? Nggo ngapa jel? Hahaha." Dan gue pun hanya membalas asal, tidak bisa menjawab atau memberi alasan tepat.

Hahaha. Gemblung.

Selain direkam, gue juga suka mengutip paragraf-paragraf atau kalimat-kalimat yang ada di dalam buku itu dan gue tuliskan ke dalam notes FB. Mungkin, ini yang membuat seorang teman bilang bahwa terkadang cara menulis dan hasil tulisan gue mirip seperti gaya tulisan Andrea Hirata, yang hiperbolik dan berputar-putar. Dia tersugesti oleh kutipan-kutipan dari tulisan Andrea Hirata yang gue share di note Fb.

Wohoo. Oh iya, salah satu note bertanggal 28 Juni 2009 yang berisi kutipan beberapa kalimat di buku Edensor, juga dikomentari oleh Cebong, "Rajine..wis ngrekam mbrang dicateti maning..jyan jyan" pada tanggal 2 Juli 2009. Ketika itu gue merasa senang karena merasa diingat oleh seseorang. Huahaha.

Oke. Mengapa gue melibatkan Cebong di dalam tulisan ini? Alasannya adalah karena dia termasuk ke dalam "10 orang paling berpengaruh dalam hidup gue". Dia adalah satu dari tiga orang pertama yang mengomentari note FB gue. Dia adalah satu-satunya orang yang membaca bio FB gue dan memastikan maknanya ke gue, "I wanna be a w*****. Writer?" Dia adalah satu-satunya orang yang (bisa jadi) tulus dan tanpa basa-basi dalam mendukung gue untuk menulis dengan gaya gue sendiri, meskipun satu-satunya alasan yang membuatnya berkata demikian adalah "Tulisanmu apik". Dia, yang dulu, adalah satu-satunya orang yang mengomentari status gue dengan kata-kata yang membuat gue kembali mengingat indahnya ketetapan-Nya. Dia, secara kebetulan, merupakan orang pertama yang nge-chat di FB ketika dompet kecil berisi handphone, flashdisk, modem, atm, kabel data, dan tiket sesuatu gue hilang. Dia adalah orang pertama yang mengingatkan gue untuk selalu mem-back up file-file penting ke mana-mana ketika gue menghilangkan file tugas kuliah gue, meskipun tentu saja itu merupakan respon basa-basi ketika nge-chat. Dia adalah orang yang membuat gue tertarik dengan fotografi dan akhirnya menabung untuk membeli kamera saku yang terjangkau.

Wahahaha... Uyeah akhirnya malah curhat!

Uhn, dia adalah sosok teman yang sangat berguna dan peduli, si Cebong ini. Pasca dia memulai studi Kedokterannya, dia jadi jarang bermain FB. Chatting-an pun hanya 1-3 bulan sekali, lama-lama 4-6 bulan sekali, lama-lama hanya 12 bulan sekali yaitu setiap lebaran untuk saling meminta maaf, dan lama-lama tidak pernah sama sekali. :)

Hingga saat ini, meski gue sudah tidak berteman lagi di FB, gue masih menganggap si Cebong ini sebagai salah satu teman di dunia maya yang paling peduli dan pandai menghibur gue, meski itu dulu. Teman yang tidak biasa karena belum pernah gue ajak berbicara dengan bersuara, karena kami belum pernah berjumpa selain berpapasan, karena kami berbeda angkatan. Dia adalah teman yang akan gue identifikasi dengan label: Memori Tetralogi Laskar Pelangi, Adik Kelas yang Sepertinya Banyak Temannya, Bocah Berkacamata di Tiang Voli, Si Pemilik Kamera Nikon, Si Kaskuser, Si Kakak yang Sayang Adik Perempuannya, Si Penyuka Kucing, Si Humoris, Si Dia yang Namanya Sama dengan Kakak-kakaknya, Si Dia yang Galau Antara Teknik Sipil dan FKIK, dan Si Kawan Bisu karena komunikasi pertemanan biasa ini tidak pernah terjalin secara verbal atau bersuara.

Hahai. Apa kabar Cebong? :')

Friday 24 January 2014

Dedeknya (1)

Ini adalah dedek Ardi. Dia anak kedua mba Saroh, penjaga kos Wisma Yellow Orchid, tempat gue kos sekarang. Bocah ini lucuuu banget. Umurnya baru 2 tahun 6 bulan, tapi aktifnya minta ampun. Lebih cocok disebut hyperactive sih karena sama sekali tidak bisa diam...

(bersambung)

Monday 20 January 2014

Betapaaa...

Betapa gue merindukan mereka.
Betapa gue ingin mendengar suaranya.
Betapa gue ingin cinta ini tersampaikan setiap saat.
Bersama mereka kurasakan manis, masam, hambar dan pahitnya cinta, cita dan cerita.
Betapa aku menggantungkan cinta pada mereka dan dirinya.
Betapa aku ingin mewujudkan cita demi mereka dan dengan dirinya.
Betapa aku melewati banyak cerita dalam perjalananku bersama mereka dan semoga untuk selanjutnya bersama dirinya.

Tuesday 7 January 2014

Seorang Adik Kelas (2)

Panggil saja ia Abe. Gue pertama kali melihatnya pada sebuah Mei. Gue tidak terlalu mengenalnya sebetulnya, tetapi gue sangat mengagumi kepandaiannya. Berdasarkan data hasil kepoan gue, Abe memiliki jejak akademis yang sangat bagus yang konsisten hingga sekarang...

...dan tiba-tiba gue bingung mau menuliskan apa lagi tentangnya.

Mungkin sudahi sampai di sini saja. Gue terlalu tidak mampu membacanya, si Abe bergolongan darah AB ini.

Tetap semangat! Gue dapat melihat gerbang cerah mulai terbuka lebar dan mungkin menantikan kebergabungannya. Gue yakin ia akan menjadi salah satu manusia berpengaruh bagi kampung halaman kita, Kebumen.

*masih bingung, kenapa menuliskan ini*

Monday 6 January 2014

Hnn...

Gue tidak tahu, apakah ini akan tergolong sebagai tindakan yang tidak pantas dilakukan atau bukan, menuliskan hal-hal yang berasal dari pikiran, imajinasi dan keinginan gue sendiri, bak tipikal seorang individualis bermasalah, yang seolah-olah ingin tak terlihat tetapi sembari mencari perhatian. Berkaca dan menimbang semua yang telah terjadi selama hampir dua puluh dua tahun hidup gue ini, gue akan lebih menegakkan "batas" ini, menjadi semakin tinggi dan tebal, untuk mengingatkan gue sendiri bahwa setiap orang memiliki privasi. Agar gue tidak melangkah-melompati batas itu seenaknya sendiri; agar gue dapat tegas terhadap batas gue sendiri dalam arti lebih selektif menaruh kepercayaan dan materi yang akan dipercayakan; agar gue lebih pandai membedakan antara yang baik dan batil. Oleh karena itu, gue akan mulai membatasi tulisan yang menyangkut orang lain dan privasinya.

Mari gue mulai (lagi), hidup gue yang muatannya hanya tentang gue, tetapi tujuan utamanya tetaplah untuk menegakkan kebaikan, kebahagiaan dan kepentingan umum.

Oke, tulisan di bawah ini bersifat sangat random dan tidak memiliki korelasi yang baik dengan paragraf pertama. Ini tentang gue, yang akhirnya nekad untuk menceritakan tentang "sesuatu" ini untuk pertama kalinya kepada lo, bloggie. Tentang apa? Tentang ini...

Keinginan Mengasuh Anak
Di saat kebanyakan gadis beranjak wanita seumuran gue mulai memunculkan kegalauannya untuk menikah, gue justru ingin mengasuh anak. Ini bukan berarti gue tidak mengalami kegalauan menikah itu. Gue memiliki target menikah di tahun 2016 bahkan. Namun, keinginan untuk mengasuh seorang anak dari ia masih gelap indra penglihatannya; hingga mampu mengenali gue sebagai salah satu orang yang ikut campur dalam membesarkannya; dan menyaksikannya dalam proses menguasai kemampuan berbahasa, bereksperimen dan berkesimpulan serta menghasilkan karya untuk orang lain adalah keinginan terbesar kedua gue. Gue tidak mampu menyebutkan alasan pasti terkait motivasi keinginan gue yang satu ini. Namun, gue merasa mengasuh anak merupakan hal paling menyenangkan yang pernah gue lakukan di hidup gue.

Lo tahu bagaimana rasanya mengurus seorang bayi? Lelah! Bahkan saat gue hanya melihat rutinitas perawatan bayi yang dilakukan oleh Mom ketika adik-adik gue kecil, gue sudah lelah. Namun, hal itu yang membuat keinginan gue membesar. Gue ingin merasakan apa yang dirasakan Mom, mulai dari merawat, menangani tingkah dadakan, mengajari berjalan dan berbicara dengan nyanyian, membantunya menemukan minat, memilihkan nutrisi yang tepat, memilihkan alat musik yang akan dimainkannya, menuntunnya cara melafalkan alfabet dan hijaiyah, memilihkan kain untuk seragam dan kostum karnavalnya, dan segalanya.

Gue tidak pernah bilang membesarkan dan mengasuh anak itu gampang dan gue pun tidak akan bilang hal itu sulit. Gue tidak ingin memaksakan target 2016 gue betul-betul tercapai. Namun, target gue mengasuh anak, insyaAllah akan gue wujudkan segera setelah gue mampu dan kewajiban gue terhadap keluarga gue sendiri (Mom, Dad, Yaya, Ais) terpenuhi.

Mengenai "asal-usul" si anak, gue mengutamakan ia yang berasal dari keluarga gue, baik dari sisi ingkang romo maupun ingkang biyung, yang dalam kondisi tertentu ia "membutuhkan campur tangan orang lain". Namun, jika ternyata anak pertama itu adalah anak gue sendiri, gue akan sangat berbahagia.

Yaa Rabb, kukuhkan dan ridhoilah niat hamba-Mu ini. Aamiin.

Keinginan Menaikkan Haji Mom (Mama) dan Dad (Romo)
InsyaAllah, jika tidak ada halangan, mereka akan berangkat haji pada tahun 2019. Aamiin. Mereka telah mendaftarkan diri, mengantre sembari menabung. Nah, hal yang dapat gue lakukan untuk saat ini adalah mengamini rencana tersebut sembari mendoakan kemudahan mencari rezeki bagi keduanya. Namun, tahun depan, insyaAllah gue akan mulai turut serta menimbun untuk keberangkatan mereka. Aamiin.

Yaa Rabb, panjangkanlah umur hamba dan terangkanlah jalan hamba di masa depan dalam mewujudkan cita-cita ini. Aamiin.

Ia
Gue tidak tahu apakah cukup diperbolehkan mengutarakan harapan tentang ini. Namun, gue akan bersikeras untuk menuliskannya di sini, saat ini. Sedari kecil, gue sangat ingin diimami oleh Dad. Namun, kesempatan itu sangat jarang sekali. Hal ini membuat gue menempatkan "seorang imam" sebagai harapan pertama gue akan sifat calon imam gue suatu saat nanti karena menurut gue sifat seseorang dapat dilihat dari ibadah (shalat) nya. Seorang imam ini, akan mengajak dan mengingatkan orang-orang di sisinya tanpa terkecuali, bukan justru berangkat sendiri. Ia juga mempersilahkan, mau melangkah ke depan atau juga menggantikan. Menjadi seorang imam betul-betul sudah sangat so sweet dan lebih dari cukup untuk dijadikan seorang imam dalam keluarga. Wohoo...

Selain itu, seorang yang setia, komitmen, cerdas ucapan, penyabar, pandai dalam menjaga dan memanfaatkan kepandaiannya, juga terampil menanggapi diskusi dalam keseriusan tetapi jenaka adalah karakteristik pendukung lain. Secara sifat itulah harapan-harapan gue akan ia...

Huaow!!! Kenapa arahnya jadi ke sini??? Ya sudahlah, selamat pagi!!!

Saturday 4 January 2014

Yeay!!!!! Again!!! High Score!!!

www.pou.me I just played and scored 6619 points in the Memory game in #Pou! Beat that! @PouAlien

Huoh!!!! 6619 dalam kondisi mata kriyip-kriyip, tapi tidak bisa tertidur...keren lah. Hohoho.

Yeay!!! High score lagi!!!

www.pou.me I just played and scored 6147 points in the Memory game in #Pou! Beat that! @PouAlien

Friday 3 January 2014

Bertanya-tanya

Gue tidak tahu apa namanya ini. Sebuah perasaan bertanya-tanya ketika dalam sebuah forum membahas topik, yang sebelumnya sudah pernah gue coba bicarakan, tapi terabaikan. Namun, ketika hari H semakin mendekat, barulah topik yang mungkin urgent itu diangkat kembali oleh orang berbeda dan dibahas betulan.  Jadi, ada dua hal yang membuat saya bertanya-tanya: 1) Apakah ada kecenderungan menerima opini, dilihat  dari siapa yang beropini?; 2) Apakah sudah menjadi tradisi dalam bermasyarakat, berpikir dan bergerak taktis di saat mulai terdesak, meskipun akan berdampak pada pelaksanaan dan pencapaian hasil yang bisa jadi akan biasa-biasa saja atau kurang memuaskan?

Oke. Hal seperti ini tidak dengan sengaja gue alamatkan ke forum tertentu, tapi (lagi-lagi) cenderung kepada diri gue sendiri. Oleh karena itu, untuk menyusun hipotesis dari pertanyaan gue itu, gue akan menggunakan diri gue sendiri sebagai sampel. Gue, bisa dibilang memiliki dua sisi.
1. Sisi pemalas menangani suatu hal ketika hal tersebut hanya menyangkut kepentingan diri gue sendiri atau dengan kata lain suatu urusan pribadi. Gue akan memaksimalkan waktu yang tersedia untuk merampungkannya, tidak terlalu berlomba dalam hal kecepatan atau ketepatan. Mengapa? Karena gue berpikir satu-satunya orang yang berkepentingan, bertanggung jawab penuh, dan mungkin nantinya akan menjadi korban hanyalah diri gue sendiri. Jadi, gue akan cenderung menjadi deadliner dan tidak terlalu membicarakan progress suatu hal tersebut. Gue selow berlebihan, jika menyangkut kepentingan pribadi.
2. Sisi antusias dan panik berlebihan ketika mengerjakan suatu hal, yang menyangkut banyak orang, baik dalam pelaksanaannya maupun penerapan hasilnya. Mengapa? Karena di sini gue harus turut bertanggung jawab untuk orang banyak, untuk tim, untuk sasaran, untuk semua pihak terkait. Gue pun akan berusaha dengan baik untuk mewujudkan hasil yang tidak mengecewakan. Akhirnya, gue cenderung tampak asyik, tapi pusing dalam mengerjakan hal yang menyangkut orang banyak ini hingga terkadang lupa dengan urusan pribadi, bahkan untuk sekadar makan atau mandi. Namun, gue justru terlihat terlampau eksis hingga semacam pencitraan di mata orang lain. Yep, kurang lebih inilah gue yang sering dilihat oleh banyak orang dan mulai tahun ini gue tidak peduli lagi, jika mereka berpikir demikian lagi. Allah Mahatahu, bagaimana niat tujuan dan isi otak-hati gue. Yeay!!!

Nah, sisi gue yang kedua lah, yang bisa jadi membuat sebagian orang bingung menanggapi opini gue. Mungkin mereka berpikir, "Panikan amat sih? Selow aja kenapa?" Hal ini membuat gue sedikit ter-"kacangkan" dan jika sudah demikian pada akhirnya gue menjadi bingung jika akan beropini lagi. Oke, sebetulnya ini hanya teori gue, hanya dengan memperkirakan.

Haduh, jadi melantur. Kembali lagi ke topik awal. Berdasarkae teori random dan analisis sok tahu yang sederhana, gue dapat menarik dua hipotesis. Pertanyaan pertama, mungkin sedikit terjawab oleh teori gue di atas, bahwa kecenderungan menanggapi seseorang bergantung pada bagaimana sifat dan watak perilaku sesungguhnya orang tersebut di dunia nyata.
Pertanyaan kedua, bisa jadi akan terjawab dengan jawaban klasik "Deadliner atau bukannya seseorang, ini dikembalikan ke dalam diri mereka masing-masing."

Pada akhirnya, semua ini saya pertanyakan dan saya jawab sendiri. AHAHAI.

My Fantastic New Year

A bestfriend said (?) to me. "Aku ga suka sama orang yang suka beralasan. Kamu udah nemu hidupmu belum sih? (Belum) Kelihatan kok! Pantesan suka cari perhatian! Kasihan! Kasihan sama diri sendiri? Atau pengen dikasihani sama orang lain? Ckckck. Kasihan! Kalau ada hal yang kamu rasa kamu belum bisa lakukan, nggak usah dicerita-ceritain. Simpan sendiri aja! Kayak kemarin pakai bilang bakal lulus terakhir segala. Kalau mau pesimis ga usah diomong-omongin. Terus kayak semalam, kamu ngomongin X di belakang, itu maksudnya apa? Aku nggak terima. Dia temenku loh. Aku ga suka kamu njelek-njelekin temenku. Kalau mau ngomongin orang ngaca dulu. Aku juga ga suka kalau ada orang yang ngomongin kamu di belakang, kamu juga katanya ga suka ngomongin orang di belakang, eh kamu malah ngomongin orang di belakang. Ngaca! Aku takut kamu berubah jadi kayak gitu. Aku yakin kamu juga pasti pernah ngomongin aku di belakang kan? Aku tahu kok. Aku sebenernya lagi sebel sama kamu beberapa hari terakhir ini. (Aku ngerasa kok) Nah itu ngerasa. (Ya udah aku yang salah. Nanti aku minta maaf juga ke X. Tapi aku kira itu bukan njelek-njelekin X. Aku cuma bilang dia sedikit sensitif dan aku jadi merasa bersalah karena dulu aku pernah membuat dia marah satu kali pas kelas 7). Aku ga terima, dia temenku. Kamu kalau mikir negatif simpan sendiri aja! (hening) Kamu ga mau keluar dari kamarku? (kurang lebih seperti itu yang dia sampaikan, dengan urutan dan isi yang berdasarkan ingatan saya, dengan penghalusan di beberapa kata)"

This bestfriend really care about me. I was touched. I love her very much. But it was kinda scary conversation. I couldn't endure my tears. And I couldn't say any word. Everything she'd said about me was right, maybe and I have to change those bad things. I must stop this cowardness. I must think and speak something positive. I must be the better Ani!!! 

That was the most memorable New Year in my life. She's really my bestfriend, the first friend who show me my bad, loudly, directly. I wish she didn't hate me in the future. I wish she helped me to change. I wish she didn't think that I am only a girl with so much excuses. I'm just an ordinary girl. Superordinary, but not pitiful one. :')

Ganbatte Ani!!!

Yeay!!! I made it!

www.pou.me I just played and scored 5927 points in the Memory game in #Pou! Beat that! @PouAlien

Wednesday 1 January 2014

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...