Friday 10 October 2014

Mengapa Amarilis?


Lagu di atas merupakan lagu Amaryllis karya komposer Henri Ghys. Saya memainkannya dengan aplikasi piano pada ponsel saya. Oh iya, mohon maaf jika banyak sekali nada yang meleset karena saya mengulik melodinya semampu saya, hanya dalam beberapa menit. Kemudian segera merekam dan meng-upload-nya ke soundcoud  karena sudah sangat tidak sabar untuk segera menuliskan pos tentang amarilis ini.


Ilustrasi Bunga Ama
Amarilis merupakan nama salah satu spesies bunga, dari suku bakung-bakungan atau dengan kata lain ia masih satu keluarga dengan bunga lili. Nama amarilis diadaptasi dari namanya dalam bahasa inggris, yaitu amaryllis, dan dalam bahasa latin, yaitu Amarillya beladona. Bunga ini memiliki petal berjumlah enam, tiga di bagian dalam dan tiga di bagian luar. Bunga ini dapat bertahan di segala musim dan memiliki warna mencolok yang khas, seperti merah, kuning, putih, dll. Sekilas dia memang sangat mirip dengan bunga lili. Habitat bunga ini adalah di seluruh dunia, terutama Afrika.

Selain itu, berdasarkan kisah mitologi Yunani yang pernah saya baca sekitar dua tahun lalu, Amaryllis merupakan nama seorang dewi atau peri pemalu yang jatuh hati pada seorang pemuda bernama Alteo, ketika pertama kali melihatnya. Namun, niat Amaryllis untuk menyatakan cintanya tak kunjung terwujud karena Alteo ternyata tidak mudah jatuh cinta pada seorang gadis karena dia sangat menyukai bunga melebihi apa pun. Bahkan, pernah suatu ketika Alteo berujar, "Aku hanya akan mencintai gadis yang memberiku sekuntum bunga yang belum pernah kulihat sebelumnya."

Hal ini membuat Amaryllis bimbang, hingga suatu ketika dia meminta nasihat kepada (semacam) dewi cinta. Dewi tersebut menyarankan Amaryllis untuk pergi mengunjungi kediaman Alteo setiap senja dan menampakkan dirinya. Dia juga menyuruh Amaryllis mengambil sebuah panah suci dan menggunakannya untuk memanah jantung dan hatinya sendiri, di setiap malam dalam setiap kunjungannya, dengan harapan Alteo akan memperhatikan kehadirannya. Amaryllis melakukan setiap nasihat tersebut. Pada malam pertama kunjungannya di rumah Alteo, dia berdiri menghadap ke rumah dan memanah dadanya menembus ke dalam jantung dan hatinya. Namun sayangnya, Alteo tidak melihat apa yang dilakukannya. Malam kedua, ketiga, dan seterusnya, Amaryllis selalu melakukan hal yang sama meskipun lambat laun tenaga dan darahnya habis terkuras dan Alteo tak kunjung menyadari tindakan menyedihkannya. 

Hingga malam ketiga puluh pun akhirnya tiba dan dia telah kehabisan segala daya yang ia punya. Tusukan panah di malam ketiga puluh itu membuatnya terluka hebat sehingga darah yang berasal dari tubuhnya menggenang dan merembas masuk ke dalam pintu rumah Alteo. Alteo pun menyadari kemunculan darah tersebut dan bergegas membuka pintu. Ketika pintu terbuka, Alteo mendapati sekuntum bunga asing berwarna merah segar tertanam di depan pintu rumahnya. Bersamaan dengan itu, dia juga melihat sesosok gadis terkulai dengan keadaan yang sangat lemah dan ternyata itu adalah Amaryllis. Hal itu membuat dia tersadar bahwa Amaryllis memperhatikan dan menantinya selama ini. Namun, dia sangat terlambat dalam menyadari semua hal tersebut. Sosok gadis itu mulai memudar dan ini artinya dia akan segera menghilang. Alteo pun mendekati gadis tersebut, memberinya sebuah ciuman yang lembut, ciuman pertama dan terakhir antara mereka berdua. Amaryllis pun tersenyum menyadari pengorbanannya akhirnya membuahkan hasil, meskipun ini sudah sangat terlambat. Dia akhirnya lenyap dan menyisakan bunga merah tadi, yang kini tampak mekar menumbuh lebih besar seiring dengan menghilangnya dirinya. Alteo belum pernah meliihat bunga merah ini sebelumnya, kemudian dia menamainya Amaryllis.

Ini kisah yang dramatis bukan? Saya baru mengetahui kisah ini, setelah bertahun-tahun saya menggunakan nama amarilis tersebut sebagai username saya. Sedikit kaget dan sedih ketika pertama kali membacanya. Namun, saya tidak ingin menghilangkan nama tersebut dari username saya, meskipun berdasarkan mitologi Yunani di atas, bunga bernama amarilis ini memiliki kisah hidup dan perjuangan meraih cinta yang tragis. Kekeraskepalaan saya dalam mempertahankan penggunaan nama amarilis ini sebenarnya disebabkan oleh saya yang sudah terlanjur cinta pada nama tersebut. 

Mungkin, hanya sedikit orang yang tahu apa itu amariils. Dan saya sudah terbiasa menghadapi wajah-wajah bertanya-tanya dari mereka yang baru sekali mendengar nama amarilis dari saya atau menjawab sekenanya pada mereka yang menyempatkan waktu untuk bertanya kepada saya tentang arti nama tersebut. Selama bertahun-tahun, seringkali saya ditanyai tentang amarilis ini. Ada yang bertanya dengan sangat mendalam, ada pula yang bertanya untuk sekadar basa-basi saja. Ada yang saking penasarannya hingga browsing gambar lewat internet, ada pula yang terpuaskan rasa penasarannya dengan hanya diberi jawaban, "Amarilis itu nama bunga," oleh saya. 




Saya pertama kali mengetahui nama amarilis ketika duduk di sekolah dasar, dari sebuah manga (komik) cantik karya Mariko Takeda berjudul AMARILIS. Mungkin Anda pernah membacanya? Saya masih kelas 3 atau 4 SD ketika membacanya, jadi ingatan dan nalar saya masih sangat buruk saat itu. Jika tidak salah ingat dan tidak salah paham, komik ini bercerita tentang seorang gadis bernama "sebut saja Mari-chan" (saya lupa siapa namanya).

Mari-chan merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dan anak perempuan satu-satunya di antara mereka berlima. Dia memiliki kakak-kakak laki-laki yang unik-unik dan memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Kakak pertamanya (yang berambut biru panjang) menjadi seorang waria untuk mendalami pekerjaannya demi menghidupi keempat adiknya. Kakak keduanya, saya tidak ingat apa profesinya, tapi bisa jadi dia adalah seorang rocker. Kakak ketiganya adalah sosok berkaca mata dan lagi-lagi saya tidak tahu apa pekerjaannya. Yang terakhir, yaitu kakak keempatnya adalah seorang pelajar, sama seperti Mari-chan. Kakak keempatnya inilah yang paling dekat dengan Mari-chan, meskipun paling jaim dan paling jail terhadapnya. Meski demikian, si kakak keempat ini merupakan salah satu sosok yang paling tahu segala hal, khususnya tentang Mari-chan, dan juga paling sering muncul di dalam komik, setelah si Mari-chan itu sendiri. 

Awalnya, komik ini bercerita tentang kehidupan keluarga Mari-chan dan kakak-kakaknya. Namun, semakin ke tengah cerita saya kecil pun menyadari jika komik ini juga berkisah tentang musik. Mari-chan, sedari kecil dilarang oleh kakak pertamanya untuk bermain bahkan berkenalan dengan musik. Hal ini membuat Mari-chan bertanya-tanya, meskipun dia tetap mematuhi perintah kakaknya tersebut. Pada suatu hari, Mari-chan yang hampir tidak pernah melihat apalagi memainkan alat musik, tertarik untuk mendekati sebuah piano di sekolahnya. Penasaran, dia pun membuka penutupnya dan memencetnya di sembarang nada. Aneh, tetiba dia seperti mendengarkan alunan lagu tertentu dalam imajinasinya dan ia pun menjajal memainkannya dengan piano tersebut. Secara ajaib, dia memainkan sebuah lagu dengan nada yang sama seperti yang didengarnya di dalam imajinasinya. Dia merasa bingung, mengapa dia bisa bermain piano bahkan sebuah lagu, padahal dia tidak pernah menyentuh piano sama sekali. Tanpa dia sadari, aksinya itu teramati oleh teman sekelasnya "sebut saja dia Mayumi-chan". Mayumi-chan kaget karena Mari-chan dapat memainkan lagu itu pada percobaan pertama, padahal dia tahu bahwa Mari-chan tidak pernah mengenal musik sama sekali. Lagu itu berjudul Amarilis. Lagu yang baru berhasil oleh Mayumi-chan setelah berlatih selama satu atau dua bulan lamanya. 

Sejak kejadian itu, Mari-chan dan Mayumi-chan menjadi berteman cukup baik. Mayumi-chan berasal dari keluarga kaya raya yang memiliki rumah mewah dan selalu diantar atau dijemput oleh sopir pribadi. Berbeda dengan Mari-chan yang memang ditakdirkan menjadi anggota keluarganya saat ini, yang meskipun tidak kaya sama sekali, tetapi sangat hangat dan penuh kasih sayang. Hal yang sangat sulit dirasakan oleh Mayumi-chan. Semakin lama pertemanan Mari-chan dan Mayumi-chan semakin dekat dan Mari-chan pun menjadi sering bermain ke rumah Mayumi-chan sepulang sekolah. Mayumi-chan memiliki sebuah piano bersuara merdu di rumahnya dan ini adalah salah satu alasan yang membuat Mari-chan suka ketika berkunjung ke sana. Tidak hanya suka, ternyata Mari-chan memiliki bakat spesial yang misterius di bidang musik, terutama piano. Dia dapat memainkan berbagai lagu dari berbagai komposer dengan berlatih hanya beberapa kali. Hal ini membuat Mayumi-chan sedikit iri. Dia sedih karena dia merasa tidak memiliki bakat bermain piano seperti Mari-chan, padahal ibunya adalah seorang pianis terkenal. 

Suatu ketika, Ibu Mayumi-chan melihat Mari-chan memainkan Amarilis dan dia teringat akan masa lalunya, ketika dia memainkan lagu tersebut untuk calon anak yang sedang dikandungnya. Namun sayangnya, anak tersebut tidak pernah tumbuh besar dalam asuhannya karena menurut dokter dia terlalu lemah untuk bertahan ketika dilahirkan. Jika masih hidup, anak itu akan seumuran dengan Mayumi-chan dan Mari-chan. 

Di akhir cerita, akhirnya terkuak sebuah fakta yang mengejutkan tentang kehidupan Mari-chan berdasarkan keterkaitan petunjuk-petunjuk yang dimunculkan oleh komikusnya dalam komik ini. Mari-chan yang sepanjang hidupnya dilarang bermain musik oleh kakak pertamanya ternyata adalah anak seorang pianis terkenal Jepang, yang tidak lain tidak bukan adalah ibu Mayumi-chan. Kakak pertamanya itu tidak ingin Mari-chan tumbuh menjadi seorang pemusik seperti ibunya, seorang ibu yang menurutnya dulu telah tega menelantarkan anak yang baru saja dilahirkannya. Kakak keempat Mari juga ternyata mengetahui jika ibu Mayumi-chan adalah ibu kandung Mari-chan karena dia melihat saat-saat ketika bayi Mari-chan diberikan kepada kakak pertamanya, di samping sang ibu kandungnya, yang saat itu tengan mengalami tekanan mental. Mayumi-chan sendiri merupakan anak yang diadopsi oleh keluarga tersebut untuk menggantikan Mari-chan, karena pasca menyadari kehilangan bayinya, si ibu kembali mengalami depresi. Fakta ini pun menjelaskan teka-teki dari mana bakat musik Mari yang spesial berasal.

Setelah melalui berbagai kendala dan kejadian, akhirnya Mari pun diperbolehkan untuk bermain musik dan menemui ibu kandungnya oleh kakak pertamanya dan berhasil melakukan konser pianonya yang ditonton oleh semua kakak-kakaknya dan keluarga kandungnya. Ah! Ini adalah komik pertama yang saya baca ketika SD. Komik dengan cerita yang ringan, tetapi sangat berkesan dan tidak akan pernah hilang dari memori saya. Nama Amarilis terngiang-ngiang hingga saya besar dan mengenali berbagai hal. Ketika saya mulai tertarik untuk menulis dan kebingungan dalam memilih nama yang tepat untuk nama pena saya, saya pun memilih nama itu. Nama yang indah dan penuh kenangan masa kecil. Beberapa hari lalu, saya browsing tentang score dan berbagai hal yang berhubungan denganlagu Amarilis seperti yang ada dalam komik Amarilis. Ada berbagai hasil temuan yang diperoleh, tetapi akhirnya saya memutuskan untuk jatuh cinta pada Amaryllis karya Henri Ghys yang nadanya cukup sederhana, tetapi mudah nyantol di telinga. Iseng saya pun mencari atau ngulik melodinya dan merekamnya. 

Jadi, inilah asal muasal saya menggunakan amarilis sebagai username saya.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...