Friday 28 September 2012

Akhirnya Memutuskan untuk Memutuskan Diri dan Menjadi Lebih Baik Tanpanya

Harus bangetkah gue menuliskan ini?
Hahaha... Sepertinya iya.
Memang akhir-akhir ini, blog gue semakin aneh, alay dan nggak edukatif. *emang dari dulu edukatif??? I don't think so! Hahaha*

Oke! Hari ini gue fixed banget untuk MEMUTUS komunikasi dan BERHENTI berbuat KEPO terhadap dia. Baik FB, twitter, maupun flickr udah gue disconnect-kan semua dengan dia. Alasan dari tindakan ini semua adalah supaya sama-sama enak dan gue nggak bisa mengganggu dia lagi.

Seperti yang udah gue bilang jutaan kali di sini, selama ini, gue seperti cewek nggak tahu diri dan ganjen yang selalu memperhatikan dia diam-diam dari kejauhan, menanti diberi kiriman pesan atau sapaan, berniat mengirimi dia hadiah, dan lain-lain. Pokoknya gue alay banget.

Beberapa hari terakhir ini, sepupu gue, juga kakak angkatan gue, pun presiden dari HMD peminatan gue, ngebaca-baca isi blog ini. Gue malu semalu-malunya karena isinya galau-galauan semua kayak gini. Ke mana semangat menulis gue yang dulu SMA sering gue gembor-gemborkan? Apakah ini hanya tipuan? Tebar pesona ke dia? Atau cuma omong doang? Pokoknya gue nggak pernah berniat berbuat seperti itu pastinya. Dari SD sebenarnya, gue pengen banget nulis novel gue sendiri. tapi kalau kapasitas dan kerjaan gue masih sejauh gini-gini aja, sepertinya gue nggak bakal bisa mewujudkan mimpi gue itu, kan?

Oke, hari ini 28 September 2012, gue resmi memutuskan untuk berubah dan mengubah pola pikir serta isi blog gue. Dari yang tadinya curhatan monoton menjadi sesuatu yang lebih dewasa dan bermanfaat untuk orang lain. Gue sebenarnya nggak yakin, apakah ada orang yang ngebaca blog ini selain sepupu gue? Jika ada, gue pengen banget minta maaf dan mohon sekali untuk tidak menyebarluaskan isinya serta tidak dendam ke gue, jika ternyata diri kalian tersebut di dalamnya.

Sekian, semoga gue nggak merindukannya dan menjadi lebih baik tanpa adanya ketergantungan terhadapnya... :D

Thursday 13 September 2012

Menghapusnya (?)

Tengah malam, di tanggal 9 September 2012, pas banget mau ganti hari...
Gue ngirim chat ke Amel. Saat itu gue bilang kalo gue galau banget. Gue pengen nangis dan beneran nangis hingga meneteskan beberapa butir air mata bahkan, tapi hal yang bikin nangis itu abstrak abis. Okelah, ini tentang dia yang sering gue muntahin ke lo, my bloggie Lintangku sayang...

Gue cerita segalanya ke Amel, hingga ke bagian yang paling memalukan sekali pun. Gue bilang ke dia kalau gue galau dan gue sakit setiap ingat atau melihat namanya nampang di deretan nama di chatbox FB. Di bagian atas lagi! Padahal sebelumnya gue udah menghapus seluruh... sekali lagi SELURUH riwayat chat dengan dia.

Oh iya, satu yang nggak gue ceritain ke Amel dan ini hanya gue ceritain ke Leli doang (dan sekarang ke lo, bloggie) adalah saat gue ngirim sesuatu yang berisi kumpulan catatan FB gue ke email dia yang gue dapet dari profil FB dia. Yeah, gue emang bisa menjadi ganas dalam hal per-kepo-an. Leli pun mengakuinya.

Jadi, gue bilang ke Amel, gue pengen nge-block dia di FB, satu-satunya media komunikasi yang menjembatani gue dengan dia. Amel ya have no idea lah pastinya... Gue pun akhirnya ngemeng-ngemeng nggak jelas pake bahasa Inggris ke Amel. Yeah, gue agak nggak peduli meskipun Amel bosan ngebaca celotehan gue.

Hingga berganti hari, gue pun memutuskan untuk mengucapkan terima kasih ke Amel. Gue pun memutuskan untuk tidak mem-block dia.

Malam ini, saat gue sedang menulis ini, gue sedang chat lagi sama dia (bukan Amel loh, dia yang dia itu). Dia duluan pastinya. Gue mah...jaim. Gue pun menjawab sekenanya. Gue masih sakit setiap melihat namanya terlihat dan parahnya selalu terlihat setiap gue OL pake PC atau laptop. Gue pun memutuskan untuk meng-off chat ke dia. Gue beralih ke twitter dan nge-twit. Namun, bosaaaan. Akhirnya, gue balik lagi ke FB...and you know what? Gue nyalain lagi chat gue ke dia. Ini galau? Yah.... mungkin memang begitu.

Gue bahkan sempat mengecek email gadungan yang gu pake buat ngirim email ke dia, 30 Juli 2012 lalu. Namun, hasilnya nihil.

Susah sekali untuk menghapusnya. Gue bingung, gue ini suka atau penasaran atau malah keras kepala?

Gue...malu dengan perasaan ini. Gue malu karena terlalu banyak pemaksaan yang gue lakukan sejak gue memutuskan untuk mengakui perasaan ini. Gue pun malu karena gue telah mengingkari apa kata gue sendiri dulu saat SMA, bahwa gue nggak pernah bisa nulis tentang cinta, sedangkan isi blog gue sekarang isinya tentang ginian doang. Gue malu... Ahaha.

Di saat gue mau menyalakan kembali chat itu tadi, gue udah bertekad bahwa gue duluan yang harus menyelesaikan dan menutup serta menelantarkan chat itu. Soalnya, biasanya, selalu diaaaa terus yang tiba-tiba off tanpa pamitan terlebih dulu. Itu nggak sopan!!! Gue nggak suka orang yang tiba-tiba off tanpa bilang-bilang dulu dan boleh dibilang gue tersinggung. Meskipun terkadang gue sering melakukannya padanya...dan balik lagi karena gue pengen sebisa mungkin memanfaatkan kesempatan yang amat sangat jarang itu.

Namun, hal yang terjadi adalah... lagi-lagi... dia off saat gue sedang menulis ini.

Ya Tuhan! Jika, saya tak mampu menghapusnya sendiri dengan kemampuan dan kemauan saya sendiri, maka tolong ambilah ingatan saya tentangnya agar tak ada lagi sakit aneh nomor satu yang mengacaukan isi kepala saya ini.

Tuesday 4 September 2012

Riwayat Cinta Gue (2)

Setelah sebelumnya gue mengisahkan kembali cerita zaman bocah gue, gue pun bisa mengambil kesmipulan bahwa pas zaman SD gue lebih sering menjadi objek dibandingkan subjek atau pelaku. Hingga detik ini, gue masih bertanya-tanya, gimana bisa tiga orang temen SD gue itu suka? Dulu...gue itu tomboy, egois, nyolot, pemaksa, nggak cantik, biasa aja, minderan, dan nggak cantik (lagi). Namun, berdasarkan kasus tersebut, sepertinya pemicu mereka menyatakan suka adalah karena mereka masih bocah, sedangkan alasan mereka suka adalah karena mereka juga masih bocah dan tidak tahu mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang nggak baik untuk dilakukan. Gue juga hampir selalu menjadi juara kelas saat SD dan salah satu orang yang memiliki jiwa nekat yang tinggi saat SD, mungkin itulah yang membuat mereka sedikit ingin tahu gimana rasanya mengusik dengan unik pribadi gue. Ahahahahaha.... Namun, sungguh! Jika diingat, memori itu lucu sekali, :D

EMPAT
Gue lulus SD dan masuk SMP 1 yang katanya SMP favorit di Kebumen. Di situ gue masuk ke kelas 7F. Gue nomor absen 4 dan diapit oleh dua orang cowok di daftar absen. Absen 3 oleh AR dan absen 5 oleh AG. Nggak berhenti di situ, saat ujian, gue pun duduk dengan si nomor absen 7 di mana pemiliknya juga anak cowok berinisial BB. Di zaman SMP ini, gue bener-bener mengalami perubahan dan menemukan titik belok karakter diri gue dari yang tadinya nyolot dan nekat menjadi lebih pendiam dan berhati-hati dalam bertindak. Hal ini dikarenakan gue berasal dari desa, sedangkan temen-temen gue yang lain kebanyakan dari SD kota.

Gue menyusut di awal, terlebih karena ada makhluk cowok berinisial GG yang sangat suka mengejek gue dari ujung kaki sampai ujung rambut (kebalik, ya??). Namun, keadaan ini berhasil gue handle di pertengahan semester pertama saat gue membuktikannya dengan nilai-nilai gue yang nggak terlalu buruk dan mungkin bisa dibilang sedikit lebih bagus dibandingkan dengan beberapa temen yang lain. Beberapa orang membungkam, kecuali GG yang masih saja rajin mengejek. Ah, gue nggak pernah pengen berurusan dengan dia buat cari aman pokoknya.

Oh iya, ada hal yang menyesakkan lainnya. Di saat eksistensi gue di kelas udah mulai diakui, keberadaan gue dengan penampilan fisik gue yang menurut beberapa anak cowok tidak menarik malah justru telah berhasil membangunkan duo menyebalkan kelas sebelah gue 7E untuk turut mem-bully gue. Mereka lebih menyebalkan dari GG. Sebut saja mereka ZK an RD. Mereka berdua adalah duri SMP dan gue sangat nggak suka kepada mereka, mungkin hingga saat ini.

Oke, riwayat dilanjutkan. Saat kelas 7, gue deket dengan AR. Gue juga punya sahabat baik bernama Wulan, Lutfi, Khusna, dan Rina. Kami terbiasa melakukan banyak hal bersama. Gue sebenernya nggak pernah merasa gue suka ke AR, tapi gue seneng aja ngobrol dengan dia. Terutama saat hiking bersama sebelum liburan semester. Gue, Wulan dan AR berjalan bareng. Kita bertiga mengoceh dan bernyanyi banyak di sepanjang jalan. Gue suka banget saat itu. Gue suka karena akhirnya gue dapat beteman dengan cowok tanpa adanya kasus seperti SD dulu. Gue juga sering minta tolong ke dia, misalnya minta ketikkin tugas atau membahas PR bareng. Semuanya wajar. Pertemanan biasa yang menyenangkan. Hingga suatu hari...

Saat penilaian drama oleh bu Yanu...
Gue kebetulan satu kelompok dengan AR. Drama yang kami ambil adalah Bawang Merah dan Bawang Putih. Peran gue awalnya adalah sebagai Si Mbok sedangkan Yan sebagai Bawang Putih dan Aulia sebagai Bawang Merah. AR sendiri sebagai Pangeran. Namun, entah bagaimana caranya Yan mengundurkan diri, merengek minta tukeran sama gue. Akhirnya, gue pun menjadi Bawang Putih sedangkan Yan menjadi si Mbok. Gue pun berpasangan dengan AR. Saat penilaian drama inilah, gue tahu bahwa temen-temen emang nggosipin gue dengan AR. Di tengah ciye-ciye itu, gue nggak bisa fokus bermain drama. Mungkin muka gue memerah karena gue inget banget kalau muka gue panas dahsyat saat itu.

Gue yang emang bukan pemeran Bawang Putih yang sebenarnya pun langsung frustasi di tengah permainan. Di tengah frustasi itulah, tiba-tiba muncul ZK dan RD dari pintu kelas sebelah yang terhubung langsung dengan kelas gue. Sial banget! Mereka semakin membuat gue hampir mati lemas di tempat. Mereka ngakak habis-habisan melihat gue berperan sebagai Bawang Putih. Tak hanya itu, mereka mulai mengeluarkan kata-kata bully-an mereka yang menyakitkan. Gue juga tahu kali kalau sebenarnya gue nggak pantas memerankan Bawang Putih, tapi... Ah! Gue nggak bisa menyalahkan Yan, teman sekelas gue sendiri. Mereka juga mengolok-olok gue dan AR, si Bawang Putih Buruk Rupa dan Pangeran B*N*I. Sumpah ini sakit banget! Gue nggak tahu gue pernah salah apa sama mereka hingga mereka doyan banget nge-bully gue. Bahkan gue kenal mereka pun nggak. Akhirnya, gue pun lemas. Drama berjalan dengan sangat tidak sukses.

Gue dan AR pun nggak pernah ngobrol lagi sama sekali setelah naik ke kelas 8 dan menempati kelas yang tak pernah sama hingga akhir pendidikan di SMP.


LIMA

Riwayat Cinta Gue (1)

Hingga gue berumur dua puluh tahun sekarang, gue belum pernah berpacaran. Namun, hal itu nggak berarti bahwa gue belum pernah merasakan jatuh cinta. Hahaha. Obrolan yang kayak beginian nih yang paling riskan buat diumbar-umbar di sini, my bloggie... But, gue nggak tahu kenapa, sekarang gue pengen cerita ke lo tentang ini. Semoga nggak menyakiti satu orang pub dari pihak mana pun.

Gue bukanlah tipe orang yang susah jatuh cinta, tapi bukan juga orang yang hobi jatuh cinta. Yeah, mungkin benar gue ge-er-an, tapi bukan playgirl. Mau ngemainin siapa coba? Orang deket-deket sama anak cowok aja nggak betah. Yuppie, singkat cerita gue agak man phobia gitu. Percaya atau nggak, kawan...


SATU
Cinta monyet gue yang pertama adalah saat kelas 2 SD. Saat itu gue suka seorang bocah sekelas, hanya karena dia berani minjem PR Matematika gue ke rumah gue. Saat itu gue mikir, "Ini PR kan gampang banget! Ngapain dia pake minjem punya gue segala? Jangan-jangan...." Sejak saat itu, gue jadi senyam-senyum sendiri kalo ketemu dia dan dia pun demikian. Aneh ya? Namun, tragisnya kisah ini berakhir singkat. Empat bulan kemudian, dia pindah ke suatu tempat yang jauh dan entah di mana bersama keluarganya. Gue shocked, sedih dan bener-bener merasa kehilangan dia. Secara, sejak dia meminjam PR Matematika gue saat itu, kita berdua jadi akrab dan rajin belajar bareng di kelas. Gue dan dia pun menduduki peringkat 1 dan 2 di kelas akibat kebiasaan itu. Gue nggak terlalu yakin ini cinta pertama. Namun, gue akan bakal selalu mengingat cerita zaman bocah gue ini sampai kapanpun. Wkwkwkwk. Gue pengen tahu, apakah dia udah nikah sekarang mengingat temen-temen SD gue yang lain udah banyak yang menikah, hoho. Hey, si rambut landak! Ingat gue nggak, lo? :D

DUA
Setelah itu, gue nggak pernah coba-coba sama yang namanya suka-sukaan lagi. Gue sadar gue bocah dan gue lebih suka baca buku IPA saat itu daripada sibuk menyukai orang. Kejadian kelas 2 SD itu membuat gue sedikit brhati-hati untuk deket dan ngobrol sama anak cowok temen SD gue. Takut keterusan terus berakhir menyedihkan atau bermusuhan kayak di sinetron-sinetron. Namun, yang namanya bocah, tetaplah bocah. Saat gue kelas 4 SD, gue pun deket sama seorang temen cowok, sebut aja ATS. Kita duduk berdekatan, tapi berbeda lajur. Gue di baris ke 4 lajur 2, dia baris ke 3 lajur 3. Alhasil, dia pun jadi sering noleh ke belakang buat ngobrol bareng gue.

Gue nggak pernah curiga sedikit pun saat dia tiba-tiba jadi sering nyocokin jawaban bareng saat ulangan. Bukan contekan sih! Cuma nyocokin aja. Dia nggak pernah minta kasih tahu jawaban yang bener kalau misalkan jawaban dia gue nyatakan salah. Namun, jika hal sebaliknya terjadi, gue bakal maksa dia buat ngasih tahu jawabannya dan ketika dia udah ngasih tahu jawabannya, gue pasti bakal bilang, "Iya, tadi gue juga mau jawab itu, tapi ragu. Aku ikutan yak!" Gue selalu jawab demikian, meskipun sebenarnya terkadang gue nggak kepikiran untuk menjawab dengan jawaban itu, ahahah. Licik emang, ya? Nggak, ah! Bocah! Hehehe.

Lama-lama, semakin banyak obrolan yang kita buat. Entah itu tentang masa kecilnya, teman sekampungnya atau bapaknya yang pemarah. Yah! Gue memang nggak terlalu suka berkisah tentang diri gue (seperti di blog ini) waktu gue kecil. Hingga pada suatu Jumat, saat Pramuka, ada seorang temen cewek yang nyeletuk, "Eh, si ATS kan suka lo, An!" Deg, gue pun jadi kepikiran. Gue jadi kepo dan sering merhatiin dia sejak saat itu.

Setahun kemudian, tepatnya pas kelas 5 SD, perkataan temen cewek gue itu terbukti! OMG! Dengan telinga gue sendiri, gue mendengar dia mengaku bahwa dia suka sama gue sejak kelas 1 SD kepada temen-temen gue yang lain. Gila! Pengen guling-guling gue rasanya saat itu. Bukan karena gembira atau gila seketika. Namun, karena gue nggak habis pikir kok bisa sih anak SD ngomong begituan kayak di sinetron-sinetron di TV!!! (padahal gue lebih parah, suka bocah saat kelas 2 SD, haha).

Jadi, ceritanya begini. Gue dan temen-temen sekelompok gue sedang megerjakan tugas Keterampilan di rumah KD. Namun, tiba-tiba salah satu bahan yang harus digunakan untuk membuat sebuah karya itu, habis. Gue pun ke warung karena anak lain nggak ada yang mau dan malah saling tunjuk buat beli. Gue pergi lewat jalan depan.

Sepuluh menit kemudian, gue balik lewat jalan samping rumah KD di mana di sana juga ada pintu. Nah, pas gue mau masuk, gue merasa ada yang nggak beres nih atmosfernya. Gue ngelihat ATS dikepung oleh seluruh anggota kelompok kami. Jidatnya keringatan kebangetan. Dia duduk di bangku semen memandangi wajah orang-orang yang mengelilinya satu per satu. Dari pemandangan itu, gue menyimpulkan bahwa si ATS ini bakal mau disidang di tempat. Gue udah mau hampir membantu ATS buat keluar dari dalam kepungan ketika tiba-tiba seorang temen berinisial D menginterogasinya, "Lo suka Ani, ya?"

DEG! Gue langsung ngumpet ke balik pintu. Kaget setengah mati. Gue pun galau antara menghentikan aksi tersebut atau membiarkan si ATS menjawab. Secara, udah sejak lama gue pengen tahu kebenaran dari gosip-gosip yang beredar tentang hal itu. Gue pun memutuskan untuk tetap mengintai dari balik pintu. Hening cukup lama. Gue kira si ATS nggak bakal berani memberikan jawaban, maka gue pun sedikit lega, tapi juga masih penasaran. Akhirnya, setelah semenit mungkin, si ATS pun menjawab lantang, "YA!"

Temen-temen gue yang mengepungnya melonjak kegirangan. Beberapa bersuit-suit, menyenggol bahu ATS dan meneriakkan ciye-ciye. Gue udah hampir nggak tahan dalam persembunyian. Namun, gue juga terlalu malu untuk menghadapi mereka. Maka dengan ditopang oleh kaki gemetar, gue pun memutuskan untuk tetap bersembunyi.

Si D bertanya lagi, "Ciyeee... Sejak kapan???"

"Sejak kelas 1!" jawabnya dengan muka semerah tomat matang.

Gila mamen, gue udah nggak tahan. Gue teguhkan hati dan gue langkahkan kaki melewati lubang pintu. Dengan tanpa mengubah ekspresi muka, gue pun berkata, "Ini bahannya! Yuk kita lanjutin, temen-temen!" Grek! Kemunculan gue tiba-tiba ternyata membuat mereka semua terkaget dahsyat. Dalam sekejap kerumunan bubar dan tidak ada satu pun dari mereka yang tahu bahwa gue mendengarkan percakapan nggak penting mereka. Kami melanjutkan pekerjaan kami yang sempat tertunda kurang lebih lima belas menit lamanya. Sedangkan apa yang terjadi pada ATS? Dia menyingkir seketika dan mengambil jarak sejauh mungkin dari gue. Mukanya masih merah. Tampak sekali dia salah tingkah dan sesekali memanjat tiang pagar untuk menghilangkan rasa nervous-nya itu.

Peristiwa itu membuat gue dan dia nggak sesering dulu saat mengobrol. Dia malu-malu, sedangkan gue tak mampu menghadapi wajahnya karena gue bakal langsung teringat kejadian di rumah KD itu. Namun, satu yang gue tahu, gue makin bingung saat berhadapan dengan cowok sejak saat itu.

ATS sekarang sudah bekerja di Kalimantan. Dia udah memiliki kekasih dan mungkin sebentar lagi menikah. Congratulation, bocah korban sinetron! Haha.

TIGA
Kelas 6 SD, hal serupa kasus ATS tadi pun terjadi. Masihlah ada cowok temen SD gue yang dengan lucunya bilang ke temen sebangkunya bahwa dia suka gue. Dia temen sekelompok belajar gue, Mungkin karena gue sering minta boncengin sepeda oleh dia saat kumpul kelompok, dia mengira bahwa gue suka si dia. Panggil saja dia MT. MT yang gue tahu adalah seorang pendiam. Dieeeeem banget orangnya dan penurut. Kadang terpancar sedikir aura ke-cool-an darinya. Namun, tetep aja gue udah bertekad bahwa gue nggak bakal jatuh cinta lagi, maka gue pun nggak pernah ambil pusing tentang aura cool sesaat itu.

Nah, MT ini, di balik pendiamnya itu ternyata dia itu pekerja keras dan seorang perencana yang baik. Namun, kelebihan itulah yang justru membuat gue sebel dan kecewa sama dia saat kelas 6 dulu itu. Gue bingung nih mau nyeritain tentang dia. Singkat cerita, dia itu ngecuri 1 foto gue dari temen dan menghilangkan film foto gue yang paling gue suka pas SD. Gue nggak ngerti kenapa dia melakukan itu, hingga suatu hari ada seorang temen yang bilang kalau MT itu suka sama gue dan udah ngaku sama temen sebangkunya. Ya kali! Apa-apaan sih? Semenjak tragedi cinta monyet dan ATS, gue jadi sebel saat di-cengin sama temen dan diciyein, eh...ini malah malah sampai ngambil foto gue. Gue takut disantet serius waktu itu. Amit-amit jabang bayiiiii... Gue nggak ngerespon apa pun mengenai kejadian hilangnya foto itu. Gue tahu dia nyesel dan merasa bersalah, tapi gue juga sebel saat itu. Dia childish dan korban sinetron yang lebih parah dibandingkan ATS.

Belum selesai di situ, tiba-tiba suatu hari ada dua orang anak cewek seumuran gue dari beda sekolah yang bahkan gue belum pernah melihatnya, datang ke rumah gue. Mereka bilang bahwa ada seorang anak cowok berinisial TM yang suka sama gue selama ini. TM ini, gue udah langsung dapat menebak siapa orangnya meskipun mereka terus saja mengarang cerita mengenai biodata palsu si TM. Ya ampun, sinetron-sinetron! Cuma sinetron ini yang bisa gue cela-cela daripada gue ngemarahin si TM yang tidak lain tidak bukan adalah TM ini karena merencanakan tindakan bodoh yang melibatkan orang lain untuk berbohong itu. Gue nggak bergeming. Dua cewek itu, pulang dengan tangan hampa dan mulut kecapekan ngarang.

Masih belum selesai! Si MT ini kayaknya udah bilang yang nggak-nggak gitu ke nyokapnya. Pernah pada suatu hari sang nyokap itu berkunjung ke rumah gue. Yep, rumah kami berdua memang nggak terlalu jauh, nggak ada 1km lah jaraknya. Nah! Beliau itu ke rumah gue ngapain coba? Nyariin nyokap gue masa! Beliau ngobrol sama nyokap gue seolah-olah lagi ngajak ngomongin masa depan anak-anak mereka (gue dan ...). Nyokap gue sweatdropped di tempat. Nyokap si MT ini udah kayak lagi ngobrol sama calon besannya masa dan akhirnya nanya ke gue yang nggak sengaja lewat di depan mereka, "Jadi, mbak Ayoh... Gimana hubunganmu sama MT?" Sontak gue pura-pura nggak denger dan ngeloyor pergi dengan nggak sopannya.

Aiiiiiiih... Kayaknya ini nggak si MT aja yang korban sinetron, tapi satu keluarga tanpa satu orang pun tertinggal kayaknya. Gue penasaran sinetron macam apa sih yang mereka tonton??? Zzzz....

Dan gue pun akhirnya lulus SD dengan tenang dan hasil memuaskan tanpa sempat berpikir tentang MT sedikit pun. I'm sorry good bye, boy...

(bersambung)

Monday 3 September 2012

Dulu, Saat di MBUI

Bolehkah gue sedikit bercerita tentang masa lampau? (ngomong sama tembok)

Ini terjadi lebih dari setahun lalu. Cerita gue yang belum sempat gue ceritain di post-post di blog ini. Oh my bloggie, relakah kau? (Rela dong! Harus itu! :P)

Dulu gue sempat bertengger di section PIT. Ini adalah section yang sangat gue pengenin saat daftar MB karena gue jatuh cinta pada marimba pada pandangan pertama waktu MBUI display pas jaman gue maba. Yeahthat's right! MB yang gue sebutin di sini adalah MB yang kepanjangannya Marching Band itu. Gue bener-bener pernah ikut latihan MB lho! MBUI lagi! Aaaaaaa!!!! Keren, kan??? *hebring sendiri*
Ini pas jadi helper dadakan. Gue pun nggak lolos dari aksi pencorengan muka. Kak Ndun berhasil menghijaukan pipi gue! Ckck
But, it's nice and sweet photo of us

Tujuh bulan lamanya (September 2010-Maret 2011) gue dengan rajin mengikuti latihan MB yang sangat gue pengenin sejak gue mengenal UI. Meski nggak lama, gue sempat mengenal banyak teman di sana. Nggak cuma dari jurusan yang sama, tapi juga lintas jurusan, lintas fakultas bahkan lintas universitas (well, cuma 1 orang anak UNY sih, ahaha). Gue bahagia banget sebenarnya waktu gue masih bisa bertahan di sana hingga sempat mengikuti dua kali penampilan (Music Camp di Pusgiwa dan Cadets di Gymnasium UI).

Ini gue dan Elza. 
Dilihat dari malletnya, 
kayaknya ini lagu 4x4-Little PF, 
deh, hehe... *sotoy*

Gue suka musik. Musik itu cantik dan gue adalah pekerja keras dalam hal berlatih alat musik.  Maka meskipun menjadi pemula yang bener-bener amatir di section ini bukanlah hal mudah, gue pun nggak pernah menyerah. Gue selalu berusaha menaklukan kelebihan keringat di telapak tangan gue yang selalu saja sukses membuat mallet-mallet pemukulnya meluncur. Gue menggenggamnya dengan kuat biar nggak mudah lepas dan jatuh. Jatuh artinya seri alias push up ceria mamen, haha. Hal ini bukanlah yang seharusnya karena dalam bermain alat musik pit, mallet-mallet haruslah dipegang dengan jemari yang rileks. Namun, apa daya... telapak tangan gue selalu berkeringat setiap memegang benda apa pun. Gue pernah mencoba menjelaskan hal ini kepada Kak Rendy, Kak Meta, Kak Ayu, Kak Sari, Kak Feby, Kak Nadia, dll, tapi kayaknya nggak ngerti deh mereka, hehe. Aaa... I miss them so much. Nah, posisi tangan yang nggak benar ini lah yang berakibat fatal bagi lengan tangan gue, wkwkwk. Keduanya pegal selama berhari-hari pada awal latihan, wkwkwk.

Dulu, gue paling susah untuk bermain dengan posisi tangan yang betul. Tangan kiri gue terutama. Dia susaaaaaah banget kalau disuruh mantulin mallet. Hihihi. Kakunya minta ditimpuk. Kakak-kakak pit aja sampai frustasi deh kayaknya pas ngajarin, wkwkwk. Namun, untuk masalah menghafal nada, okelah...gue cukup mampu mengatasinya. Gue bermain pianika sejak kelas 2 SD dan recorder sejak kelas 5 SD. Gue suka banget memainkannya, meskipun mereka hanyalah alat musik yang nggak terlalu rumit untuk dimainkan. Hal ini membuat gue terbiasan dan mampu menjajal dan mengarang nada asalkan gue pernah mendengar lagu dan hafal melodinya. Wah! Gue pernah dibayar dengan seporsi makanan oleh seorang teman buat mencarikan nada sebuah lagu saat SMA, :D. Lumayan juga, wohohoooo (sombong dengan alaynya).

Oh iya, gue pengen ngesombong lagi nih, gue pernah terpilih menjadi section leader pit (SL) selama beberapa waktu masa. Ahaha. Nggak usah kaget, cukup gue aja yang kaget. Kak Sheila dulu menunjuk gue dengan semena-mena. Atas tindakan itu, gue jadi lebih rajin berangkat lho dulu. Soalnya pas zaman mau penampilan anak cadets nggak ada kakak-kakak pit yang sempat buat nemenin dan ngajarin latihan. Alhasil, kami pun harus rajin latihan sendiri dan tanggung jawab menjadi SL itu membuat gue semakin rajin. Gue nggak lebih baik dari temen-temen se-section gue. Ini jujur. Alih-alih lebih baik, gue bisa dibilang palinglah kurang karena gue mudah kehilangan konsentrasi saat bermain. Temen-temen se-section gue saat itu adalah Ayu (seringnya main vibraphone), Acho (seringnya main xylophone), Rachel (main bells, tapi sayangnya keluar dari MB karena diterima di Paragita), Rachel (lagi, dan dia main di old marimba), Renny (old marimba player sejati), Sevti (old marimba player juga), Juju (marimba juga sebelahan sama gue), juga Elza (yang selalu antusias untuk dapat memainkan semua alat pit).
Ini temen-temen perkussi gue dulu (kecuali yang paling kiri, anak Trumpet Brass)


Menjadi SL membuat gue lebih dikenal oleh lebih banyak anak MB lain, kawan. Salah satu yang gue ingat, gue jadi lebih sering ditanya mengenai gimana caranya menggimanakan alat pit ini oleh anak non pit. Gue juga ingat, permainan gue pernah jadi lebih diperhatiin oleh kakak angkatan dan anak section lain. Sumpah! Itu bikin gue nervous banget. Gue juga jadi disuruh nemenin anak pitty lain yang mau latihan tambahan. Bukan! Bukan untuk ngajarin, tapi buat nemenin latihan bareng karena gue juga masih kurang banget, hehe. Gue juga kadang nyolot dan iseng nyoba ngikutin partitur alat pit lain yang bukan bagian gue. Hal ini memperkaya pengetahuan gue banget tentang setiap lagu. Terkadang, kami, sesama anak pit saling mengingatkan kalau di antara kami ada yang salah nada. Yup! Bermain pit tidaklah mudah sebab setiap alat pit memiliki partitur yang berbeda untuk lagu yang sama. Oh iya! Ini nih beberapa alat pit yang masih gue inget:

  • Marimba (gue selalu memainkan ini dari awal hingga gue keluar). Marimba itu kalau nggak salah dibagi lagi macamnya. Ada old marimba, grand marimba, dll *gue lupa sungguh soal ini, :P*. Mereka dipukul dengan mallet biasa.
  • Bells a.k.a glockenspiel a.k.a bellira tertidur kata gue (bunyinya nyariiiing, ini buat main melodi). Mereka dipukul dengan malet kaca.
  • Vibraphone (gue menyebutnya sebagai bells dengan bunyi berbayang). Mereka dipukul dengan mallet biasa.
  • Xylophone (ini marimba yang nyaring dan bunyinya tak tak tak, hehe). Mereka dipukul dengan mallet karet.
  • Timpani. Pemukulnya ada khusus.
  • Chime. Pemukulnya palu. *sadis, men*
  • dan masih banyak lagi alat pit yang lain yang parahnya gue cinta kesemuanya.

Suatu hari, gue nyadar kalau banyak sih anak MB yang agak bingung gimana saat ngobrol sama gue, hihihi. Anak pit zaman gue doang lah yang tahu gimana caranya ngobrol sama gue, wkwkwk. Kami anak pit adalah anak gudang dan selalu berlatih secara "exclusive" dan terpisah dengan yang lain. We're team pitty but not a pitty team, :P. Dulu ada grup cadets juga bahkan. Di situ gue sering komentar. Ramai lah di FB, tapi masih aja susah chat di dunia nyata. Gue pengen deh masih bisa deket dan ngobrol sama mereka. Soalnya, setelah gue nggak lagi ikut MB, entah kenapa banyak anak yang jadi nggak nyapa lagi saat ketemu di luar latihan. Udah pada lupa soalnya... Iya, lah. Gue baru kenalan sebentar dengan mereka, eh udah main cabut aja.

Gue juga sempat ikut pas anak-anak MB promosi di stasiun dengan memainkan musik dengan alat-alat MB. Gue juga ikut main lagu-lagu simpel, bagiin flyer, joged-joged, foto-foto dan lain sebagainya. Ah! Manisnya waktu itu. Gue juga turut promosi tentang bagaimana nikmatnya alat pit dan MBUI kepada anak-anak paguyuban gue, terutama adek-adek kelas gue yang bahkan saat itu belum lulus SMA, wkwkwk. Sadis dah semangatnya!!!! :D

Hingga Maret menjelang, acara Training For Senior (TFS) pun tiba. Di situ kita dikasih tahu gimana cara menyambut anak-anak yang baru gabung MB. Gue serasa mau punya adek dah. Padahal gue dan anak-anak baru nanti masih seangkatan atau bahkan angatan bawah mereka. Di sini... tiba-tiba muncul sayap-sayap kegalauan dari balik pundak dan otak gue (?). Gue mulai berpikir ke depan, apakah gue bakal konsisten di MBUI? Gue meyakinkan bahwa gue pasti bisa.

Namun, setelah selama sebulan lamanya berlatih dari awal agar persiapan pasukan untuk berangkat ke Thailand benar-benarlah matang, gue pun tumbang. Bukan! Bukan karena gue bosan atau nggak tahan. Namun, ada hal lain yang menyedot habis kefokusan gue dan membuat gue absen selama dua minggu. Selain itu, ada rumor juga bahwa akan ada kemungkinan anak lama nggak bakal ditempatkan di section yang sama seperti section sebelumnya. Gue puyeng di tempat saat gue denger berita itu! Yeah! Gue nggak siap menerima kenyataan jika di suatu saat nanti, gue dipindahkan dari section pit. Maka, fakta bahwa gue nggak berangkat dua minggu bahkan nggak datang saat tes penempatan alat telah membuat gue kesimpulan di bulan April 2011 bahwa mungkin gue memang harus berhenti "dulu".

Seminggu kemudian, gue ditanya beberapa anak MB yang masih ingat sama gue. Mereka menyapa, "Hey! Ke mana aja, lo, Ni?" dan juga ada yang bilang, "Eh, lo masuk pit tahu, Ni!"

Hal itu membuat gue agak menyesal karena telah memutuskan untuk berhenti dengan tanpa berpikir panjang sebelumnya. Namun, nasi udah jadi gosong terlampau parah, maka gue pun diam aja di bikun. Bikun? Oh iya, jadi selain ketemu anak-anak di atas (?), di bikun gue juga ketemu kak Ayu. Dia bilang bahwa, belum tentu yang udah nggak dateng lama bisa masuk di section yang sama. Terlebih pit sepertinya udah penuh. Dia bilang bahwa saat ini brass lah yang masih membutuhkan banyak pasukan.

Final! Pernyataan dari Kak Ayu telah membuat gue benar-benar nggak berani balik lagi latihan. "Pitty! Semangat ya!" kata gue dalam hati setiap teringat Pit dan "MBUI! Semoga semakin jaya, ya! :D" kata gue setiap inget MBUI

Aaaaa.... Gue pengen banget nyoba tuh bendaaaaa lagi. Dari lubuk hati terdalam, gue masih sangat pengen main di MBUI lagi. Namun, setelah satu tahun lima bulan menghilang, sepertinya tidaklah gampang untuk bergabung lagi, hoho. Terlebih ada hal lain lagi yang musti lebih diperhatikan. Gue nyesel gue nggak sempat tampil di tempat yang lebih jadu dari Pusgiwa dan Gymnasium UI. Meskipun begitu, gue bersyukur gue pernah menjadi bagian MBUI. Ini adalah hal yang sangat indah dan selalu gue rindukan setiap gue mendengarkan musik bernada.

Jadi sedih mengingat masa-masa awal gue ngundurin diri, huhu...

Pesan untuk siapa saja yang membaca tulisan ini, baik dengan sengaja maupun tidak: Teguhlah dalam menjalankan setiap hal; Jalankanlah apa yang sudah dipilih dengan penuh semangat dan perasaan; dan Pilihlah apa yang sebenarnya dibutuhkan dan bisa betul-betul dijalankan dengan teguh dan penuh ketetapan hati. Maju maupun mundur, keduanya adalah pilihan. Keduanya bisa dipilih sesuai situasi dan kondisi serta asalkan lo tahu bahwa pilihan itu tidak akan memunculkan penyesalan buat diri lo nantinya...


Aaaaa...! Hari ini mulai kuliah! Mampukah gue kuliah tanpa tidur semalaman? :P

In memoriam, gue di MBUI:
Ini kami, anak-anak cadets pas abis penampilan Cadets 2010
so miss the moment!



Gue: Sekali Geje Tetaplah Geje


Gue selalu setia untuk menulis tentang hal-hal geje selama ini. Entah di facebook gue, di twitter, di sini atau di tumblr yang baru saja dua hari ini gue ingat password-nya. Oke, gue nggak pandai berkomunikasi secara verbal dengan manusia lain itulah yang membuat gue memilih untuk menulis. Namun, untuk menjadi geje itu bukanlah pilihan gue. Well, mungkin bisa dibilang ini bawaan sejak bayi atau yang dalam Bahasa Jawa lebih sering disebut dengan gawan bayi.

Kawan, untuk kesekian kalinya, gue pengen berhenti menjadi makhluk atau lebih kerennya penulis geje. Ini niatan entah yang keberaparatus kali dan memang sangat susah buat diminimalisasi. Hehehe... Seperti biasa, niat semacam ini muncul memang karena ada pemicu sebelumnya, entah karena dibilang orang, lagi bete kebangetan, abis baca tulisan orang atau baru aja kejedot meja. Nah, kali ini, pemicunya adalah karena hari ini gue nggak sengaja menemukan sebuah blog seseorang.

Dia seorang kakak angkatan 3 tahun di atas gue. Yeah, gue memang nggak terlalu mengenal dia. Seingat gue, terakhir gue ketemu adalah saat nggak sengaja papasan adalah di trotoar jalanan (antara Senggol dan FIK), haha. Pertama kali gue lihat dia di MBUI itu.

Saturday 1 September 2012

My Long Holiday


Well, liburan panjang semester genap kemarin gue bener-bener puas karena gue bener-bener menghabiskannya sesuai target dan mengakhirinya dengan kebahagiaan. Gue memulai liburan ini dengan sedikit lebih melibatkan diri dengan paguyuban gue, Perhimak UI, dalam sebuah kepanitiaan yang menurut gue superbesar tanggung jawab dan betul-betul diuji kekonsistenan dan serta hati nuraninya. Di sini gue dikaruniai empat puluh adik baru yang tengah berjuang hidup dan mati untuk menggapai mimpi mereka, diterima di universitas-universitas negeri. Mereka adalah para pejuang Bimbingan Belajar dan Beastudi Perhimak UI 2012.

Gue bahagia bisa mengenal mereka yang polos-polos dan semangat, meski gue akui gue terhadap mereka nggak sedekat gue dengan pejuang B3 sebelumnya. Hal ini membuat gue sedikit frustasi karena sepertinya gue semakin ansos di setiap harinya. Gue sedih juga karena gue nggak bisa memberikan hal yang terbaik untuk mereka. Jadilah bimbel ini menjadi bimbel yang datar. Hal yang paling membut gue seolah-olah jatuh guling-guling ke dasar palung terdalam adalah...masih ada di antara mereka yang pada detik gue menulis ini, masih ada yang belum berhasil untuk menggapai cita-cita mereka. Mungkin hal yang sama juga dirasakan oleh sang PO, Hari, teman seangkatan gue. Namun, hal yang paling membahagiakan adalah bahwa mereka tetap ramah menyapa, tetap mampu tertawa sumringah, meski komunikasi hanya terjalin di dunia maya. Tuhan, gue berharap mereka bahagia selalu.

Selain itu, gue juga ikut SP salah satu makul jurusan gue. Sayangnya gue nggak terlalu pengen menceritakannya. Mungkin di postingan lain saja....

Nah, yang paling menyenangkan dari liburan ini adalah...

Gue menghabiskan satu bulan penuh Ramadhan tahun ini di rumah tercinta, di kampung halaman bersama keluarga gue terkasih, di Kebumen. Gue nggak pernah sebahagia ini sebelumnya saat bisa mudik lama. Awalnya, gue kira gue bakal bosan karena berbulan-bulan di rumah tanpa adanya pekerjaan suatu apa pun. Namun, hal terjadi adalah sebaliknya. Gue belajar hidup sesungguhnya. Nggak hanya teori seperti yang selama ini gue pelajari di bangku akademis selama kurang lebih 14 tahun lamanya.

Waktu SD gue belajar tentang pelajaran Pertanian di mana di dalamnya gue diberi tahu bagaimana musin tanam berbagai tumbuhan dan tetek mbengek lainnya tentang pertanian. Namun, hal ini nggak pernah gue barengi dengan praktik nyata dengan menanam suatu tanaman yang betul-betul nyata selain bebungaan hias dan kaktus. Meski demikian di liburan ini, gue berhasil ngebantu mama dan romo gue bertanam kacang hijau di ladang kami. Romo melubangi lahan, sedangkan gue dan adek gue, Fariz, memasukkan 2-3 biji ke dalam lubang tersebut. Mungkin terlihat simpel, tapi saat gue menjalankan proses tanam-menanam ini, gue sampai sempoyongan kayak mau pingsan karena gue melakukannya sambil jongkok, diterpa matahari sore, sambil puasa Ramadhan, dan terhadap lahan yang luasnya cukup lah untuk bermain futsal anak-anak Perhimak UI. Alhasil, badan gue, khususnya persendian lutut, pegel-pegel selama seminggu. Dari hasil praktik brcocok tanam inilah gue semakin menghargai hasil bumi dan perjuangan mereka para penanamnya. Gue bersyukur memiliki kampung kelahiran di sana dan dilahirkan dari keluarga yang tahu banyak tentang pertanian seperti romo dan mama gue.

Gue bersyukur karena gue ternasuk ke dalam manusia beruntung di mana gue berkesempatan 
untuk mengenyam pendidikan hingga ke tingkat ini, di mana tidak semua orang dapat mengalaminya. Gue berasal dari desa yang mayoritas penduduknya masih belumlah terlalu concern pada pendidikan yang tinggi untuk anak-anak mereka. Dari 40 orang teman seangkatan gue saat SD, mungkin hanya sekitar 25%-nya saja yang dapat melanjutkan pendidikannya hingga ke bangku kuliah. Di antara mereka bahkan ada yang berhenti saat lulus SD dan SMP. Salah seorang teman gue bahkan lupa sudah semester berapa gue dan angkatan kita seharusnya jika kita melanjutkan. Gue berkata semester 4, dia kekeuh semester 6. Akhirnya kami pun berhitung dan sadarlah dia jika bahwa perhitungannya kurang tepat. 

Meski gue dan beberapa teman gue yang berkesempatan kuliah dapat dibilang memiliki lebih sedikit pengetahuan yang tidak dimiliki oleh mereka yang belum bisa berkuliah, tapi gue sangat iri dan malu pada mereka itu. Mereka tahu bagaimana bersikap dan menerapkan pola bersosialisasi yang hanya bisa gue amati dan pelajari dari mata pelajaran sosiologi saat SMA. Mereka bisa meggunakan bahasa Krama Inggil dengan menakjubkan, di mana gue lambat laun mulai lupa akan kosakatanya. Mereka pandai mencari uang di mana gue masih saja meminta asupan uang saku mama dan romo. Alhamdulillah... Tuhan memang Mahapandai dalam menakar nikmat dan uji bagi hamba-Nya. Gue benar-benar bahagia dapat berjumpa mereka.

Liburan panjang kali ini dihiasi dengan beberapa kunjungan baik di ujung Utara Kebumen, maupun di ujung Selatannya. Gue dan Anti menyempatkan diri untuk mengunjungi LIPI Karangsambung yang sayangnya si Doi malah menutup diri. Saat itu lebaran hari ke-5 dan kami tak berkesempatan masuk ke dalam LIPI untuk melihat koleksi batuan di sana. Alhasil, kamu pun hanya nge-geje bersama sambil menyusuri jalanan di Karangsambung yang dihiasi bongkahan batu besar-besar dan dipagari popohonan nan hijau dan rindang. Tak luput dari pandangan, ladang tembakau dan petani yang sedang merawatnya dengan cekatan pun cukup membuat gue berdecak kagum. Gue semakin suka dengan alam negeri ini. Andai saja tembakau-tembakau itu tak digunakan untuk membuat racun bernama rokok, mungkin dia akan tampak lebih cantik di benak gue.

Di ujung selatan Kebumen, gue berkesempatan megunjungi Pantai Suwuk. Kala itu Lebaran hari ke-8 yang jatuh pada tanggal 26 Agustus. Gue ke sana sekeluarga bareng Yaya, Fariz, Mama, dan Romo. Awalnya, gue berncana ke sana bareng anak-anak Perhimak UI angkatan 2010. Namun, di luar dugaan Romo pun mengajak pergi ke pantai Bocor di hari yang sama. Timbullah kegalauan mendalam di hati dan otak gue saat itu. Gue akhirnya memilih pergi bersama keluarga gue tercinta dengan  pertimbangan bahwa frekuensi bertemu anak-anak Perhimak pasti akan lebih sering dibandingkan dengan keluarga gue. Kami pun berangkat pagi sekali. 

Di luar dugaan, di tengah perjalanan, Romo bertanya, "Mau ke Bocor atau Suwuk?" dan gue pun dengan lantang dan hati penuh gejolak menjawab, "SUWUK!" Sumpah! Nggak menyangka Romo mengerti sekali perasaan gue. Hahaha. I love my dad so much. Gue pun bersyukur karena sekali tancap gas satu dua pulau bakal terlampaui. Gue pikir gue bakal bisa bertemu dengan teman-teman Perhimak UI 2010 di sana. 

Lima puluh menit kemudian, kami sampai di pantai Suwuk. Subhanallah! Indah sekali ini tempat. Gue suka langit, batu, pohon dan laut. Dan saat itu, secara bersamaan mereka terhidang di mata. Gue langsung mengeluarkan kamera dari dalam tas dan jeprat-jepret sana-sini, rekam sana, rekam sini. Nggak seperti biasanya di mana mama dan Fariz sangat nggak suka difoto dan berpose, saat itu merea mau melakukannya. Gue bahagia banget karena akhirnya kami punya foto keluarga bersama. Semoga di liburan selanjutnya saat gue pulang, foto itu sudah terpajang apik di dinding rumah kami.

Mungkin ini liburan yang biasa bagi orang lain. Namun, bagi gue ini adalah liburan yang penuh makna. Gue makin bisa menatap realita dibandingkan berkubang dalam dunia imajinasi seperti selama ini. Gue makin dekat dengan Yaya dan Fariz. Romo makin pengertian dan usahanya semakin lancar. Mama semakin terlihat lebih berisi dan gue...ya walaupun masih stuck di tempat dan belum bisa berbuat lebih, tetapi gue dapat melihat hal baru bernama realita hidup sesungguhnya. Ini hanya garis besar. 

Semoga di ujung liburan ini akan diekori dengan rutinitas belajar dan belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga gue makin bisa bermanfaat dan konsisten dalam menulis dan membantu sesama. Aamiin. *foto-foto menyusul*

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...