Wednesday 27 November 2013

Memasak

Selamat tengah malam, my beloved bloggie...
Jangan bertanya kenapa gue jadi rajin nge-blog lagi. Selain gue memang lagi bosan sekali karena gue merasa supet duper tidak ada kerjaan, gue juga lagi suka menulis post dengan aplikasi blogger yang baru, huwahaha. Jadi, terimalah nasibmu sebagai blog gue.

Oke. Ini cerita tentang gue yang mulai belajar memasak kembali setelah pindah kost di Yellow Orchid. Memang, salah satu alasan gue pindah adalah agar bisa memasak, yang notabene akan menjadi persiapan untuk masa depan. Haha.

Gue satu kamar dengan Dzakia dan dialah yang selalu setia menjadi partner memasak gue. Masakan pertama kami adalah jeng...jeng...jeng...: martabak mie, yang super duper mudah untuk dibuat. Bermodal telur, mi telur, irisan bawang, garam dan cabai, jadilah martabak mie yang notabene menjadi makanan yang paling kita masak. Keesokan harinya, gue memberanikan masak untuk memasak tumis kangkung seorang diri. Itu adalah pertama kalinya gue memasak tanpa pengawasan atau ditemani orang lain. Haha. Dimasukkanlah segala bumbu 

Saturday 23 November 2013

Disactive

Gue hobi banget dengan yang namanya disactive akun jejaring sosial. Hal ini tidak gue lakukan baru-baru ini saja, tapi memang dari dulu SMA sudah terbiasa melakukan ini. Ini gue lakukan setiap kali gue malas melihat perasaan orang lain yang mereka luapkan di medsos itu atau memang sedang menghindar dari orang-orang untuk beberapa lama. Alasan gue disactive akhir-akhir ini lebih karena gue bosan. Gue hampir selalu berkomunikasi lewat medsos alias dunia maya dibandingkan berjumpa langsung. Gue pengen menguranginya. Di sisi lain fungsi medsos untuk gue, akhir-akhir ini, tidak lebih hanya sebuah bejana penampung pemikiran, prejudis, opini, hasil observasi dan sebagainya. Gue tetap saja jarang berinteraksi dengan orang betulan. Oleh karena itu, gue pun mulai bosan bermain medsos.

Rabu, Minggu lalu, gue berbincang dengan dua teman gue: Widya dan Laeli. Dari situ gue mulai menyadari bahwa gue harus sangat mengurangi kebiasaan gue, terlalu asyik dalsm dunia gue sendiri, dalam hal ini adalah media sosial. Itulah kunci utama untuk dapat berubah, menjadi lebih hidup. Berkomunikasi menggunakan mulut bukan jari, berdiskusi dengan manusia tanpa perantara dan memecahkannya dengan cara rasional bukan hanya sekedar berandai-andai dengan banyak ide tapi sulit dijalankan. Gue memang sangat merindukan obrolan semacam itu, ketika dengan mereka berdua. Terima kasih, gue pindah ke sini, gue dikelilingi manusia yang dapat berbunyi bukan lagi tembok-tembok dan satu jendela berteralis besi yang kaku dan dingin.

Uhn... Sebelum gue merasa bosan hingga berakhir pada disactive ini, gue sebenarnya cukup banyak mengobrol selama setidaknya satu bulan. Gue merasa bahwa gue cukup punya teman yang merespon gue dengan baik di dunia maya. Namun, yeah ternyata itu hanyalah obrolan musiman di mana setelah hilang "aroma"-nya maka hilang juga kenikmatannya. Dengan nyata, gue mulai tak nyambung dan tak lagi terpanggil dalam obrolan komunitas orang-orang itu. Satu bulan itu menjadi waktu yang cukup menyenangkan, meski setelahnya gue kembali ke dalam aktivitas seperti ini, terjun ke dalam lembah yang suram dan membosankan.

Tunggu! Itu dulu sebelum gue pindah ke sini, ke Yellow Orchid, sebelum gue memiliki teman sekamar, Dzakia. Alhamdulillah... Gue tidak lagi merasa kesepian, meski jujur gue belum bisa mengusir kemalasan dan memulai apa yang seharusnya diselesaikan atau setidaknya selesai setengah.

My bloggie, gue bakal segera mengisi lo dengan berita bahagia alih-alih perasaan kecewa atau sebagainya. Support me!!!

  

Monday 18 November 2013

Riwayat Cinta Gue (3)

Ya ampun, part 3? Part 1 dan 2-nya, kapan? Setahun lalu kalau tidak salah, ya bloggie?. Ehehehe... 
Seolah-olah niat banget gitu deh, gue menceritakan tentang sejarah kisah cinta gue, wkwkwk.
Sebenernya, gue hanya bermaksud meneruskan apa yang udah gue tulis sebelumnya. Itu saja, :)

Lima (Bukan Kisah Cinta)
Kelas 8, gue tidak terlalu ingat memiliki kisah semacam kisah cinta yang menyangkut diri gue sendiri. Alih-alih kisah cinta, kisah hidup gue lah yang tragis, haha. Mungkin ini yang membuat gue tidak sempat untuk memikirkan hal-hal berbau cinta. Selama kelas delapan gue hanya mementingkan belajar, nilai, menjadi lima terbaik di kelas dan mempunyai teman. Tepat sekali, Ani di kelas 8 adalah seorang sosok yang study oriented sekali.

Gue ditakdirkan untuk masuk kelas 8E, di mana di dalamnya berisi anak-anak super dan bertalenta di berbagai bidang. Sebut saja ZNS, HN, FB, WF, FDK, PP, LNM, dll. Banyak dari mereka adalah aktivis OSIS, Pramuka, PMR dan sebagainya. Banyak pula dari mereka yang meskipun tidak populer di kegiatan ekstrakurikuler, tetapi mereka sangat pandai dalam hal pelajaran. Gue seorang yang notabene kurang memiliki kemampuan atau bakat alami yang baik, harus terseok-seok untuk dapat bertahan hidup di rimba 8E.

Wait! Sebenarnya dalam hal survive di bidang pelajaran gue oke-oke saja. Namun, dalam hal bersosialisasi dengan teman, gue mengalami banyak sekali kesulitan, hingga gue "berdarah-darah", "bertangis-tangis" hingga mengalami kejadian fenomenal. Percaya atau tidak, meski gue tampak pendiam begini, gue pernah disidang di depan kelas, uhn...bukan disidang sih tepatnya, melainkan mengaku ke hadapan banyak orang atas suatu perbuatan yang telah gue lakukan. 

Yep! Gue pernah menjadi orang sok berani mengritik (atau pemberontak) juga ketika sekolah dulu. Gue mengirimkan sebuah SMS ke salah satu teman gue, yang isinya adalah sebuah kritikan tentang tingkah laku dan sifat siswa/siswi SMP gue pada umumnya, yang menurut gue kurang baik di "satu hal". Parahnya, gue juga bilang "Gue benci sifat kalian yang seperti itu dan sekolah ini". Gue tidak mengira SMS ini terkirim karena gue kira gue mengirim ke nomor telepon rumah (waktu itu gue tidak tahu kalau telepon rumah Flexi dapat mengirim dan menerima SMS). Alhasil, gemparlah seluruh warga kelas 8E bahkan hingga tetangga-tetangga kelas gue. Teman gue, yang gue kirimin SMS itu, menuliskan isi SMS-nya di whitebord pada jam istirahat. 

Gila! Gue kaget! Mata, kuping dan wajah gue panas memerah. Malu! Gue semacam bisa merasakan tenggorokan gue sakit seperti tercekik oleh sosok invisibel, yang bisa jadi  muncul dari inner diri gue sendiri. Dua puluh menit kemudian, gue memutuskan untuk maju ke depan kelas dan mengaku bahwa gue pelakunya, sembari menjelaskan alasan gue mengirim SMS tersebut. Tidak lupa gue meminta maaf kepada seluruh kelas. Namun, ada salah satu anak lelaki, HSW, yang memicu emosi gue dengan bertanya, "Apa buktinya sifat kami jelek?" dengan raut wajah super menyebalkan. Gue bilang, "Bukti? Contohnya, ya! Kamu! Kamu! Kamu suka sekali menjaili dan mem-bully, HS, teman kita sendiri. Oke, mungkin HS sedikit berbeda dengan kita karena dia pernah terpergoki melakukan sesuatu. Namun, apakah kamu berhak menghakiminya setiap hari, selalu membuatnya menangis dan sebagainya. Ini adil? Siapa kamu?" Kata gue sambil menunjuk beberapa anak lelaki. Mereka langsung menggebrak meja dan melotot ke arahku sembari mengucapkan kata-kata yang tidak lagi dapat gue ingat dengan nada keras. Gue hampir menangis. Secara, gue senidirian, di depan kelas. Semua mata tertuju kepada gue dan gue yakin tidak ada yang berpikiran untuk membantu gue karena tidak ada yang sepemikiran dengan gue, terkait "apa kata gue di SMS". Gue sempat membayangkan mereka tiba-tiba mengepung gue dan menghadiahi gue dengan kata-kata kasar yang menyakitkan atau lebih parah lagi, pukulan. 

Namun, akhirnya sidang terhadap gue pun berakhir karena guru sudah hampir datang. Gue bersyukur aib ini tidak sampai ke telinga satu guru pun. Mungkin. Gue kiri kasus ini juga tidak terlalu menyebar ke kelas 8A-C dan 8G. Setidaknya, ketika study tour di semester 2, ketika gue "terasing" ke bus rombongan kelas 8A dan B, mereka tidak ada yang mengenali gue. Haha. Ini bagus. Kenapa bagus? Karena setidaknya, gue hanya menjadi topik pembicaraan dan bahan bully-an di kelas gue saja. Yippy! Sejak saat itu, gue semakin tidak punya teman dan diejek oleh HSW dan teman-temannya. Ini yang membuat gue sulit sekali survive kelas 8. Gue, mungkin bisa dibilang cukup berotak, bahkan gue menduduki peringkat 3, di kelas yang notabene merupakan salah satu dari dua kelas unggulan di angkatan gue. Namun, gue tidak berhasil berprestasi dalam berteman apalagi mencoba untuk jatuh cinta. Gue mulai takut pada anak laki-laki sejak saat itu. Jika ada satu atau dua orang anak laki-laki yang mengajak mengobrol, mereka hanyalah ingin menanyakan tentang materi tertentu atau menyontek PR Matematika. Itu saja. 

Akibat tragedi ini, peringkat gue di kelas turun dari tiga menjadi tujuh. Gue cukup terpukul dan diam seharian ke Mama dan Romo.


Enam
Gue naik ke kelas 9. Gue masuk ke kelas 9D. Gue masih awkward setiap mengobrol dengan anak laki-laki. Gue pun masih seorang study oriented dan perfeksionis. Namun, setidaknya gue masuk ke dalam rumah baru dengan penghuni baru. Gue bernafas lebih ringan di kelas ini. Gue dipertemukan dengan orang-orang yang baru dan kami mengulanginya dari awal. Tidak ada lagi geng pem-bully. Tidak ada lagi tangis dan kesulitan mencari teman. Peringkat kelas gue juga cukup baik. Semester 1 peringkat dua, semester 2 peringkat satu. Alhamdulillah... Gue suka selama berada di kelas ini. Gue suka wali kelasnya, Bu Cahya. Gue suka kembali berjumpa dengan guru favorit gue, Bu Eti...dan gue bertemu dengan teman-teman lucu dan satu perjuangan dalam membuat pameran kelas 9D, Magic Castle 9D. Yep, ini nama kelas gue. Keren! Gue suka banget nama itu. Terlebih, gue adalah penyuka Harry Potter dan segala hal berbau fantasi. Ketika pameran ini, gue diberi amanah menjadi Bendahara dan ternyata menjadi bendahara itu sangat melelahkan dan berat. Mengurus duit itu lebih berat daripada mengurus apa pun. Sejak saat itu, gue tidak pernah menjadi bendahara lagi sampai saat ini. 

Nah, di sini sebenarnya kisah gue, yeah...kisah cinta mungkin, dimulai. Ini adalah cinta pertama gue, di samping cinta monyet gue di kelas 2 SD. Untuk pertama kalinya, gue merasakan apa yang kebanyakan seorang gadis remaja, di drama-drama Korea, rasakan. Gue tidak perlu mendeskripsikannya lebih rinci lagi karena gue juga sudah lupa bagaimana rasanya. Ahaha. Dia adalah seorang yang alim, bisa jadi. Dia berkacamata dan memiliki attitude yang baik. Kami di kelas memiliki panggilan spesial untuknya karena jabatan yang pernah dipegangnya. Gue merasa terkesan dengan bakatnya: menggambar, pandai Bahasa Inggris, cukup pandai dan alim. Gue yakin, gue pernah melihatnya ketika gue kelas 7, tapi gue lupa. Alhasil, gue pun memutuskan, gue mengenalnya pertama kali di kelas 9D ini. 

Mulai saat inilah, gue menjadi lebay. Tetiba, gue mendapati diri gue sendiri tidak lagi pemurung seperti di kelas 8. Gue semakin rajin belajar, terutama Matematika dan Bahasa Inggris agar gue dapat mendiskusikan banyak soal TUC dengannya. Yep! Obrolan kami memang tidak jauh dari materi Ujian Nasional atau mungkin pameran kelas (ketika masih berlangsung kepanitiaan pameran). Namun, gue suka. Ini membuat gue kembali suka belajar, ahaha. Gue juga suka Naruto dan kembali menggemari anime atau lagu-lagu Jepang karena dia. Gue sering mendapatinya sedang menggambar tokoh-tokoh anime Naruto dengan santai dan lihainya. Hasil gambarnya begitu bagus dan detail. Tidak seperti pelukis-pelukis terkenal memang. Namun, dia memiliki ciri khas gambarnya tersendiri. 

Huahaha... Lebay sekali. Ketika UN selesai, gue berharap gue bisa satu SMA dengan dia. Gue berdoa NEM dia cukup tinggi untuk masuk SMA favorit itu. Gue cukup yakin gue dapat masuk ke SMA itu karena gue dapat mengerjakan soal UN dengan baik, meski gue menyesal karena melakukan satu kesalahan perhitungan dalam soal Matematika yang berakibat pada tidak sempurnanya nilai Matematika gue. 

Harapan gue terkabul. Kami satu sekolah lagi, tapi tidak satu kelas. Gue masuk kelas X.1. Kelas unggulan (lagi) katanya. Gue sempat shock gue masuk kelas itu karena artinya gue akan satu kelas lagi dengan anak-anak yang bisa jadi sama dengan anak-anak yang ada di kelas 8D dulu. Ternyata benar. Setidaknya, seperempat kelasnya adalah teman sekelas ketika kelas 8 dan lebih dari setengahnya berasal dari SMP yang sama dengan gue. Namun, alhamdulillah... Di tengah perjalanan, gue betah dan menikmati berada di kelas ini. Mungkin karena kami sudah lebih dewasa dan passion kami juga lebih terarah, yaitu belajar dan sukses. Meski demikian, gue sempat sedih juga karena berada di sini berarti akan semakin sulit berjumpa dengannya, haha. Genit sekali. Huahahaha. 

Semakin hari, semakin jelas perbedaan kita berdua. Gue PMR, dia Pramuka. Gue study oriented, dia organisatoris. Gue pembeli Koperasi, dia penghuni kantin. Gue pendiam, dia gokil. Gue KBMS, dia *******. Gue sepuluh besar teratas, dia dua puluh besar terbawah. Gue masuk IPA, dia masuk IPS. Gue kelas IPA 1, dia kelas IPS 2...yang artinya kelas kita makin jauh dan kemungkinan-kemungkinan seperti papasan, saling sapa dan berjumpa akan semakin kecil. Beruntung saat itu sudah ada Friendster (FS), setidaknya gue masih bisa sedikit sekali menyapa lewat FS itu. 

Hari makin berlalu, gue semakin tidak mengenal dia. Gue sempat curhat ke sana-sini, teman sekelas atau mantan teman sekelas tentang perasaan ini. Memang ya, kalau pernah cerita ke satu orang, pasti pengen cerita terus. Kalau orang yang satu sudah bosan mendengarkan, bakal cerita ke orang lain. Dari salah satu orang yang gue curhatin itu, gue tahu bahwa dia dekat dengan salah seorang adik kelas, EA. Gue kaget awalnya. Gue langsung mikir, mungkin memang tipe yang disukainya adalah yang seperti itu. Gue pun mulai...melupakan dan berhenti. Susah. Susah sekali, huahaha. Galau, galau begitu pastinya. Secara suka diam-diam selama hampir tiga tahun, hahahaha. Namun, alhamdulillah... gue tersadarkan untuk berhenti menyimpan rasa itu (kepadanya) sebelum gue melakukan hal-hal keterlaluan. Dia yang telah bersama EA, bukan seperti dia ketika SMP. Alimnya sedikit terselimuti oleh perilakunya, yang kurang gue suka...dan selesai. :)

Tujuh
(bersambung)

Seorang Adik Kelas (1)

Mungkin lo sendiri sudah tahu, my bloggie, kalau sebagian besar kisah hidup dan fokus perhatian gue lebih tercurah pada kehidupan sosial dibandingkan pada keberlangsungan hidup gue di dunia kuliah. Entah itu fokus kepada Perhimak UI, pada teman-teman seangkatan, HMD, orang yang sedang lebih diperhatikan dan lain sebagainya. Yeah, jika lo bertanya "Kenapa?", gue juga tidak tahu kenapa fokus gue melenceng sekali seperti itu.

Saat ini, tepatnya sejak tiga bulan terakhir, pasca bimbel, gue lagi suka baca-baca blog orang, salah satunya ID, seorang adik kelas atau adik angkatan atau junior, yeah semacam itulah. Lama-kelamaan, gue menjurus ke arah kepo terhadap dia, melalui tulisan blog-nya itu. Hal ini dikarenakan tulisan-tulisannya sendiri yang cukup variatif, dari yang isinya rangkuman kesehariannya yang diwarnai opini dan pemikirannya, hingga tentang sosok-sosok orang yang ia kagumi dan sayangi. Dari pemikirannya tentang fenomena sosial sehari-hari, hingga puisi-puisi yang merepresentasikan perasaan hati.

Dia konsisten dalam menuliskannya. Ini poin yang membuat gue selalu tertarik untuk mengunjungi blognya. Bahkan, karena terlalu seringnya, dia sempat repot-repot menulis satu post tentang gue di blognya. Dia berkata bahwa itu adalah wujud apresiasinya kepada gue karena sering membaca dan mengomentari blognya. Gue sendiri kurang berkenan dan tidak merasa cukup pantas dimuat di dalam blognya. Terlebih jika alasannya adalah untuk mengapresiasi gue. Gue adalah orang yang gampang risih jika diapresiasi atas hal-hal sepele. Namun, pada akhirnya, gue pun tidak enak untuk memintanya menghapus post tentang gue. Sebenarnya, tidak apa-apa juga sih post itu tetap ada, asalkan alamat blog gue (yang ini) disamarkan atau kalau bisa dihapus sekalian. Gue pernah memintanya, tapi dia tidak mengabulkannya dengan alasan tulisan-tulisan dalam blognya tidak akan pernah diedit. Akhirnya, gue merelakan. Toh, tulisannya tidaklah berkonten hal-hal yang buruk.

Dia, adik kelas yang satu ini, adalah orang yang memiliki cara berpikir dan berkomunikasi yang unik, menurut gue. Dia cerdas, kritis, pandai berbicara, dan memiliki gaya dan ciri khas menyampaikan idenya tersendiri. Tata bahasanya terkadang terkesan berputar, tetapi itulah mungkin caranya membuat setiap detil ide ucapannya terkorelasi dan tersampaikan dengan baik dan sopan. Wawasannya juga luas, tidak diragukan.

Namun, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di pikiran gue tentang adik ini. Apakah dia semacam merindukan perhatian? Sebab terkadang dia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan orang biasa di dunia maya: menge-post gambar atau foto editan orang tertentu, merekam aktivitasnya dan orang terdekatnya dan meng-upload-nya je situsnya, menjodoh-jodohkan orang tertentu di sekelilingnya hingga terkadang membuat orang terkait kesal olehnya. Gue tidak tahu apa motivasi dia melakukan hal-hal itu. Gue pikir, dia semacam..... Ah, ya sudah lupakan saja karena itu bukan urusan dan kewenangan gue, menerka-nerka perasaannya.

Gue berharap kelebihan adik kelas yang satu ini, suatu saat tersalurkan dengan baik dan tepat hingga bermanfaat bagi orang banyak. Gue yakin, dia berpotensi sekali menjadi orang hebat yang kritis, agamis dan menjunjung kepentingan orang banyak. Gue pernah satu atau dua kali satu kepanitiaan dengannya. Dia hebat. :)

#acak adul, nulis ini pakai handphone

Thursday 14 November 2013

Lutung Kasarung (versi Ani dan Dzakia)

Di suatu masa, hiduplah seorang manusia setengah dewa di negeri khayangan. Dia adalah putra satu-satunya dari Dewa Cinta dan seorang manusia bernama Rara Ajeng. Manusia setengah dewa ini bernama

Yo...

Semalam gue nonton konser Shinee nemenin Helmi. Iya!!! Bener banget Shinee yang dari Korea itu! Yang member-nya terdiri dari Onew, Jonghyun, Key, Minho dan Taemin itu. Yang kompak dan dance-nya keren gila itu. Udah beberapa minggu terakhir ini, gue ketularan Helmi jadi suka Shinee! Padahal sebelumnya, gue nggak tahu-menahu soal Korea sedikit pun kecuali beberapa drama yang gue dapet dari hasil copy sana dan sini. Itu pun gue nggak bakal inget siapa nama pemainnya dan nggak bakal berusaha keras sekeras batu buat ngepo-in tentang mereka itu.

Namun, entah kenapa setelah gue nonton salah satu folder dari Helmi yang diberi nama "Hello Baby Shinee", kecuekan gue pun langsung berubah 480 derajat! Sebenernya itu folder adalah folder titipan yang musti gue kasihin ke Dila. Eh guenya malah jadi penasran terhadap hal yang membuat Helmi jadi gila, yaitu benda-benda beraroma Korea dan bisa nyanyi-nyanyi sambil joged-joged di panggung bernama boyband Shinee ini.

Suatu malam yang terik (?), gue pun memberanikan diri buat nonton sendirian. Volume suaranya gue kecilin biar nggak ngebrisikin tetangga kamar kost dan terutama gue

Wednesday 13 November 2013

Sepuluh Bulan (2)


Oke, bloggie... Bersiaplah menerima post gue selanjutnya tentang sepuluh bulan yang gue alami, wahahahai. :D


Juli
1. Mendampingi, uhn?
Awal Juli, tepatnya pada tanggal 3 Juli 2013, adalah saatnya SIMAK UI buat para peserta bimbel 2013. Intensitas belajar mereka ditingkatkan. Gue yang notabene tidak lagi menguasai materi apa pun, hanya bisa memberikan semangat dan bantu panitia dikit-dikit. Salah satu mimpi gue, selagi gue masih berstatus sebagai warga aktif di Perhimak UI, adalah pengen "sekaliii saja" mendampingi peserta ketika ujian, juga pengen merasakan gimana rasanya survey, dll. Gue pun menyampaikan keinginan gue ke pihak yang berwenang dan gue pun diizinkan ikut. Yeay! Sebelum SIMAK, gue survey bareng Juned, Aan dan Roland ke SMA 22 Jakarta. Awalnya, gue kira bakal akan ada banyak orang yang ikut survey dan kirain gue bukanlah cewek sendirian, ternyata ya seperti tadi itulah kenyataannya. Gue agak tidak enak sih awalnya, tapi ya sudah. Gue shocked karena ternyata survey yang dilakukan hanya ke satu tempat, huwahahaha. Hal ini membuat gue fixed malu kepada...kepada, yeah, I-Know-Who. Seolah-olah gue ngotot banget, hehehe. 

Akhirnya, hari untuk SIMAK pun tiba. Gue nginep di Rumbel bareng sama anak-anak Perhimak lain yang mau nganterin. Gue dikit-dikit bantuin Dzakia dan Sri buat masak nasi. Nah, entah kenapa perasaan gue pas itu rada-rada kurang enak. Udah gitu, beberapa panitia yang biasanya stay malah menghilang hingga jam 1 belum pulang. Akhirnya gue memutuskan untuk bergulingan di lantai sembari nonton film di laptop Candra. Jam 2 pagi, ada suara mobil dari luar rumbel, yang ternyata itu adalah mereka yang tadi gue sebut menghilang. Mereka baru saja selesai survey ke SMA entah. Setelah sampai, mereka pun bergeletakan di segala penjuru rumbel.

Jam 1 atau 2-an, gue, Dzakia dan Sri masak nasi. Jam 3 atau setengah 4-an anak-anak dibangunkan. Para panitia dan surveyor (?) yang baru tidur selama 1 jam pun terpaksa bangun dan pindah tempat. Beberapa pulang ke kost masing-masing untuk mempersiapkan diri (mandi, dsb) sebelum berangkat mendampingi. Makanan diambil jam setengah 5 kurang. Gue bareng Dzakia ngambilnya. Dede entah sama siapa ngambilnya. Jam setengah 5 anak-anak makan dan siap-siap buat shalat shubuh. Tepat jam 5 pagi, mereka sudah selesai bersiap dan shalat. Mereka berpamitan, berpelukan, saling mendoakan antarpeserta dan meminta doa kepada para panitia. Satu per satu mobil pengantar dan sopirnya datang. Para peserta dan pendampingnya pun memasuki kendaraan-kendaraan yang akan mereka gunakan menuju lokasi ujian. Then, gue? Yep! Gue di rumbel, hahaha.

Gue emang nyaris tidak jadi ikut mendampingi karena mobilnya penuh. Padahal gue sudah mandi dan dandan rapi, hahaha. Namun, kapasitas mobil hanya menyisakan satu orang. Alhasil, hanya Juned lah yang ikut menumpang mobil itu. Gue dan Laras, yang terancam gagal ikut mendampingi, malah galau-galau sampai ketiduran dan bangun kesiangan. Di saat bangun, ada pesan WA dari Fany yang isinya mengatakan bahwa dia sudah sampai di Stasiun Manggarai. Gilaaak!!! Gue sama Laras bingung, sedangkan Roland dan Ceeng sudah terlebih dahulu berangkat ke lokasi ujian dengan mengendarai motor. Akhirnya, kami berdua memutuskan untuk bergegas menyusul Fany di Stasiun Manggarai. Ngapain kita ke sana? Yeah, kita berdua itu mau menyusul anak-anak di lokasi ujian di SMA 22. Gue sangat merasa bersalah sama Fany karena membuat dia menunggu selama berjam-jam bak orang hilang di stasiun Manggarai. Setelah bertemu dengannya, kami berdua pun dipandu dan diberi tahu arah menuju SMA 22: naik busway turun di mana entah, naik angkot turun di titik X (lupa semua, haha). Sampailah kami di sana dan yang kami dapati adalah Juned tidak ada di sana. Alih-alih Juned, justru Roland dan Ceeng lah yang berdiri-diri di samping mushola. Kami berdua pun menemui mereka. Usut punya usut, ternyata Juned malah jalan-jalan ke mall bareng Fadhil dan pendamping lainnya yang lokasinya berada di sekitar situ. Zzzz!!! Laras sempat kesal di tempat dan gue? Gue memilih untuk makan roti sobek yang disodorkan oleh Ceeng dan Roland, lantas duduk-duduk di tangga. 

Satu hingga dua jam kemudian, para peserta yang terdiri dari Rini, Rizki, Novinda, Friska, Mariyani, Esti dan Wulan keluar dari ruang ujian. Beberapa dari mereka menampakkan wajah lega, sedangkan Rini dan Friska tampak sekali mereka gelisah. Hmm... Mereka shalat dan gue sempat memfoto mereka. Nggak cuma di sini, di shelter busway pun, anak-anak ini masih sempat foto-foto gitu, Hahaha. Lucu.

Kami pulang tanpa naik mobil pinjaman Mas Bram, yang sebelumnya digunakan untuk mengantarkan mereka dari Depok ke SMA 22. Kami naik angkot, sambung busway. Di shelter busway ini rombongan kami ketemu dengan rombongannya Dzakia, dll. Ada Tri Muz, Sarif, dll. Kami pun berabung, naik busway dan jalan bareng menuju stasiun Manggarai buat naik KRL dan turun di stasiun Depok baru. Naik angkot lagi, turunlah kami di pertigaan Indomaret, Kukusan. Anak-anak makan bakso. Gue dan Dzakia, yang entah bagaimana ceritanya tiba-tiba miskin mendadak, memilih untuk pulang ke rumbel. Kami naik angkot, sambung busway dan akhirnya naik KRL dari Manggarai menuju Depok Baru. 

Malamnya, badan gue panas. Gue memintanya untuk mengantarkan gue pulang ke kost, di Pinang 3. Gue pun bilang kepadanya, "Hari ini adalah hari yang menyenangkan. Terima kasih. :)"

Yep, akhirnya gue bisa mengikuti serangkaian proses mengantarkan peserta bimbel, setelah dua tahun sebelumnya gue hanya bisa nungguin rumbel dan menanti mereka pulang. 

Bimbel berakhir tanggal 4 Juli, setelah resmi ditutup dengan penutupan yang kocak dan mungkin sedikit mengharukan. Yep. B3 tahun ini bisa jadi merupakan B3 yang paling ramai dan alay dibandingkan 2 B3 sebelumnya, wehehehe. Gue senang sempat menjadi salah satu bagian dari B3 ini. Terima kasih. Mohon maaf untuk kesalahan dan kekurangan saya selama menjadi Kestari dan warga Perhimak UI.


2. Magang
Yoyoi!!! Magang, coy! Meski bimbel udah selesai, tapi tetap saja magang masih berlanjut. Percaya atau tidak, gue betul-betul merasa kesepian, sepeninggalnya bimbel (?). Ketika bimbel masih ada, setiap pulang magang, gue pasti main ke sana. Setidaknya gue ke sana buat ikutan shalat maghrib dan isya berjamaah di masjid dekat bimbel, berangkat bareng anak-anak, paling sering sama Rini, Desti dan Marie. 

Nah, gue tidak terlalu ingin mengingat banyak hal yang terjadi ketika magang ini. Intinya gue magang dari tanggal 24 Juni - 25 Juli. Gue entry data hasil penelitian tempat magang gue. Gue berangkat dan pulang naik KRL, berdesak-desakan sampai jadi pepes. Hehehe... Yah seperti itulah. Mungkin akan ada sesi sendiri untuk magang ini.


3. Hanabi
Juli, Jumat-Minggu, tanggal 5-7 ada event Gelar Jepang. Kali ini gue berkesempatan menonton peluncuran kembang api alias hanabi, lagi. Bedanya, tahun lalu, gue nontonnya sama sepupu gue, Machi. Namun, kali ini gue cuma nonton sendirian. Sekali lagi, sendiri. Gue dateng dari jam 4 sore. Sambil nungguin hanabi yang ternyata diluncurinnya jam 10 malem, gue beli-beli banyak makanan di sana: katsu bento, takoyaki, dan es serut tropica fruit. Gue juga beli tas tangan bunga-bunga warna hijau dan dompet koin yang unyu. Huwah. Rasanya kayak orang hilang gitu sih, muter-muter sendirian, tapi asyik-asyik aja. Puncak acara ini, ya pas Hanabi itu, hari Minggu tanggal 7 Juli. Ketemu Indah sama pacarnya. Mereka ikut dansa bon odori dengan semangat sekali. 

Selain saat hanabi, gue juga dateng pas hari Jumat sama Trikur dan Juned. Gue sengaja pulang magang lebih cepat dan janjian ketemu di PSJ sama Trikur. Yohooo! Ternyata, ya, setelah kami bertiga masuk, gue merasa krik-krik gitu. Ya iyalah, si Trikur sama Juned sama-sama tak terlalu suka Jepang. Haha, gue hebring sendiri. Kami bertiga bertemu Laras, yang saat itu sedang sangat sibuk, mengurus stand-stand. Kami juga bertemu Agung dan Lutfi yang entah bagaimana mereka bisa nge-date berdua doang. Agung membawa kamera polaroid pink-nya yang lucu. Namun, gue nggak tega minta difotoin, mengingat film-nya cukup mahal, haha. Akhirnya, gue cuma berwah-wah doang. Mereka berdua --Agung & Lutfi-- sudah puas berkeliling GJ dan mau main ke Detos dan kami bertiga masih mau muter-muter dulu.

Setidaknya, gue berkesempatan masuk rumah hantu, alias obake, tahun ini. Uhn... untung si Juned mau diajakin, jadi gue tidak sendirian deh masuknya. Awalnya, gue sama sekali tidak takut, tapi pas di sebuah room, yang di sekatnya ada gantungan-gantungan muka setan ala Jepang, gue sempat bergeming lama karena gue bingung dan, yeah, takut mungkin, ahahaha. Langsung deg-degan gitu, pas lihat gantungan itu. Secara, gue tak suka sama benda-benda yang bergantung-gantung gitu, ahaha. Lama, gue tak berani melewati gantungan itu. Akhirnya, ada beberapa "setan" yang mencoba mengepung dan membuntuti gue sendirian. Sendiri? Iye, si Juned dengan teganya meninggalkan gue di room itu. Zzzz... Meskipun pada akhirnya, dia balik lagi sih. Habis itu kami meneruskan perjalanan melewati rumah hantu itu dengan setengah berlari. Gue sendiri tidak menyangka gue bisa ketakutan begitu, ahaha. 

Habis dari GJ, kami bertiga meluncur ke Detos buat nonton. Awalnya, gue kira bakal banyak yang mau nonton. Ternyata, cuma berempat. Kami bertiga plus Lutfi. Film-nya dimulai jam 7, kami shalat maghrib dan makan dulu di Foodcourt Detos. CFC menjadi menu yang kami pilih. Jam 7 tepat kita langsung lari ke XXI. Film yang kami tonton saat itu adalah Monster University, yang berkisah tentang masa sekolah si para Monster. Lucuuuu. Si Trikur, yang tadinya terlihat sangat bad mood, langsung tampak berubah senang. Kami pulang jam 9 malam.

4. Pulang Kampung
Gue pulang kampung tanggal 26 Juli. Nah, di malam tanggal 26 itu, si Dzakia nginep di kost gue, waktu itu masih di Pinang. Kita ngegosip tentang banyak hal, termasuk tentang itu dan mantannya, tentang si salah satu putri dan dedeknya. Banyak sekali. Gue sudah terbiasa pulang kampung sehingga gue udah tidak terlalu heboh dengan yang namanya packing dan sebagainya. Hahaha. Kami tidur sangat malam (atau pagi), bangun satu jam kemudian buat shalat isya' dan sekalian sahur. Habis sahur kami tidur dan bangun terlalu siang, ahahai. Jam 10, Eka datang ke kos gue buat mengembalikan buku MPKT yang dulu dipinjamnya. Huwah. Tetiba gue jadi kangen dia deh. Apa kabar dia, ya? :) 

Mereka berdua pulang jam setengah 1 siang. Gue pun mulai packing setelah mereka pulang. Ngepel lantai dan bersihin kamar mandi, rapi-rapi sana-sini, nge-laundry juga dan akhirnya ketemuan sama Aida di depan gang jam 3 sore. Eh sia Aidanya munculnya jam setengah 4. Kami berdua lantas menuju Pal. Bus datang jam 5 sore dan kami pun siap meluncur pulang. Yeay, :D.

(bersambung)

Apa Kata Seorang Teman tentang Gue

22 Mei 2012 
Yak. Judul itu muncul karena insiden di grup belakang. Ga perlu disebutkan inisialnya, udah taulah siapa yang bakal gue omongin. Bukan apa2, dia itu baik kok, baik. Tapi yang ga gue suka dari dia... banyak, haha.
Dia itu.. ok, dia berbakat. Dia berbakat nulis, tapi ya, liat2 donk di mana dia nulis. Gue itu langsung males kalo liat tulisannya yang banyak banget dan.. bisa dibilang lebay. Untuk ukuran gue sih lebay. Walopun fakta di lapangan udah bilang dia lebay, tapi kadang dia ga mau mengakui kelebayannya, dan menyebut itu sebagai sebuah keceplas ceplosan yang berlebih.
Yang ga gue suka dari dia (lagi) adalah dia ga mau ngomong. Sebenernya sih dia banyak omong, tapi di suatu saat dia bakal diem em em. Ok, sebagai contoh, dia tuh politik pencitraannya bagus banget di depan anak2 yang masih polos. Yah, dia punya banyak sekutu dan "fans" gitu deh. Namanya selalu dielu-elukan, berasa dia adalah pusat dari segala informasi, dia yang selalu stand by, dia yang paling ngerti keadaan anak2, dan yah, wajar kalo nantinya dia dapet award lagi. Tapi, cuma segitu aja. Dia terbuka sama anak2, tapi ga terbuka sama panitia. Gue, yang tahun lalu jadi temennya dan tahun ini jadi bawahannya ngerasain hal itu. Dia suka bagi2 job, yang kadang ga menyenangkan. Trus kadang dia melupakan jobnya sendiri, trus secara ga langsung menyalahkan orang lain. Ya dia udah punya job sendiri, tapi berlagak jadi orang yang super sibuk yang harus selalu move dan pada akhirnya gagal melaksanakan tugas. kalo udah begitu, apa yang dia rasakan? Dia, selain dalam hati menyalahkan orang lain, di permukaan dia merasa menjadi orang yang paling menderita. kalo gue disuruh mengartikan ekspresinya, dia itu ya, berasa ngomong: apa2 aku, yang disalahin aku, emang harus aku yang ngerjain? kan masih ada orang lain. emang kalo bukan aku yang ngerjain ga bakal selese?
Yah, dia emang terlalu banyak bermain dengan pikirannya sendiri, so, ga jarang kalo dia itu lebih benyak berprasangka buruk ke orang lain. 

Maaf, ya, ...... 

Tuesday 12 November 2013

Sepuluh Bulan (1)

Assalamualaykum, my bloggie!!!
Ohisashiburi desune, ogenki desuka???

Ngahahaha!
Sudah berdebu di sana sini, ya?
Oke, tenang saja karena meski superkumal seperti apa pun lo, gue tidak bakal meninggalkan lo, :D

Oke. Banyak sekali hal yang terjadi selama sepuluh bulan terakhir di tahun 2013 ini, yang bahkan belum sempat gue bagikan ke lo, ya, blogie? Uhnnn... Perlukah? Bisa jadi perlu. Namun, harus dari manakah gue memulai? Sedangkan gue sendiri bahkan tidak bisa menjamin kalau gue masih ingat dengan setiap hal yang udah gue lakukan secara detail selama sepuluh bulan ini. Oke. Mungkin, akan lebih memudahkan, kalau gue menyusunnya sesuai timeline bulanan. But, buat apa coba gue menyusunnya? Uhn? Ya, buat update-update dan isi-isi aja, sih. :D

Januari
Januari 2013, uhn? Sepertinya tidak ada banyak hal yang gue lakukan.
Awal Januari waktu itu, gue bahkan tak ikut Jalan-jalan Akhir Tahun (JJAT) bareng-bareng anak-anak di Kepengurusan Analitico 2012. Di mana, ya? Pulau Seribu kah? Sepertinya cukup menyenangkan. Namun, setiap orang punya hal-hal yang menjadi kesukaannya atau ketidaksukaannya. Hal-hal semacam pergi berbanyak orang dan berlama-lama semacam ini adalah salah satu yang tidak gue suka. Alhasil, gue pun tidak menyesal sedikit pun tidak mengikuti JJAT ini.

Pertengahan Januari, gue di rumah dan menghabiskan banyak waktu bersama keluarga. Sesekali datang ke acara Perhimak UI. Semacam Kebumen Campus Fair di Gombong, dll. KCF, ya? Bisa jadi KCF inilah awal mula keberbalikan (?) gue ke Perhimak. Secara, semester 5 yang super duper padat telah membuat gue sangat susah memikirkan hal-hal selain kuliah. Huwahaha. Setelah KCF, kembali gue ikut-ikutan ngebantuin anak Dekorasi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, rumah gue kembali dijadikan basecamp. Tidak hanya untuk dekorasi, tapi juga terkadang digunakan untuk tempat singgah, sebagai tempat latihan musik anak-anaknya Trikur Kingdom, bahkan latihan flash-mob oleh Ayu dan Dzakia.

Yep, singkat kata Januari ini, rumah gue dipenuhi dengan warga-warga Perhimak UI (yang aktif). Dari sini, gue jadi tahu nama adik-adik angkatan 2012, serbaneka dan dominasi sikap mereka, serta karekteristik kepengurusan Perhimak UI ala Jodi. Secara sebelumnya kan betul-betul vacuum. Hahaha.


Februari
Februari awal, masihlah sama. seperti bulan sebelumnya. Separuh dari Februari masihlah musim liburan, meski pada kenyataannya tidak semua anak-anak UI-Kebumen menikmati liburan mereka. Hohoho. Yippy! UI GTK 9 membuat sebagian dari mereka semacam sering bergentayangan keliling Kebumen untuk Road to School (RTS) dan mempersiapkan acara Bedah Kampus.

Alhamdulillah acaranya sukses saja menurut gue. Gue bilang gitu, meskipun ternyata menurut "orang-orang lain yang lebih tahu" acara ini masih memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Ada beberapa hal yang gue sendiri setuju disebut sebagai suatu kekurangan. Wajar, jika dalam sebuah acara terjadi kendala di sana-sini, baik yang preventable maupun yang incidental. Namun, menurut gue dalam suatu evaluasi seperti itu, akan sangat lebih bijaksana jika upaya tuding-menuding, sebut nama, sindir orang dan tekan-menekan sembari menyalahkan disampaikan dengan cara sewajarnya. Bukan. Bukan maksud gue menyarankan untuk menyampaikan manis-manisnya saja. Hanya saja, yeah... Ya sudahlah.

Gue sendiri, sebagai orang yang sedikit-sedikit terlibat dalam persiapan acara ini cukup merasa ada kejanggalan dan kekosongan. Terutama dalam hal dekorasi. Secara, gue anak dekorasi selama dua tahun terakhir, yang ndilalahnya selalu saja membuat benda-benda dekorasi yang superdetail. Tahun sebelumnya, di UI GTK 8, gue juga ngebantuin dekorasi. Memang sih, jika dibandingkan dengan UI GTK 9, detail dekorasi UI GTK 8, amat sangat lebih baik. Gue ingat, tahun lalu, malam-malam, anak-anak ngedekor sampai jam 12 malam. Gue bolak-balik rumah-Setda, buat memetik daun-daun pohon Jenitri yang berwarna merah untuk ditempel di pepohonan buatan, Pohon Impian. Akibatnya, beberapa orang anak Dekor tumbang dan sakit maag, di keesokan harinya. Namun, kami bahagia. Proses yang kami lalui dalam membuat setiap hal kecil bahan dekorasi itu, begitu menyenangkan. Gue kira demikian. Dekorasi UI GTK 9 ini, memang tidak sedetail dan sekomplit UI GTK 8. Namun, mereka mampu selesai dengan cepat dan hemat waktu. Yep! Ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing, memang.

Hal lain yang gue ingat di bulan Februari adalah uang tahun DRA. Wkwkwk. Namun, gue tidak lagi ingat, apa yang gue lakukan di hari itu. Ini bagus. Bagus sekali. :D

Nah, hal lainnya lagi adalah Jalan-jalan dengan anak Perhimak angkatan 2010. Gue lupa tanggal dan harinya. Pokoknya, kita banyak. Tujuan kami saat itu adalah Curug Karanggayam dengan Ipin dan temannya bertindak sebagai tour guide-nya. Gue sangat bersemangat. Mengingat ini semacam pendakian mini, yang sangat  gue sukai sejak kecil. Uhnnn... Kami berfoto-foto, banyak sekali. Di perjalanan mendaki, di saat menyeberangi sungai kecil dan setengah kecil, di saat bergelantungan di pohon mati, saat sudah sampai di curug dan saat-saat lainnya. Di kali ini, untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue mengendarai motor sendiri dalam jarak jauh. Ngeboncengin Kyu lagi. Gue kira, dia mabok atau semacamnya ketika gue bonceng. Selain faktor skill gue yang sangat buruk, faktor jalanan yang aduhai dan bergelombang juga turut berkontribusi dalam kemabukannya. Curugnya oke dan tinggi sekali. Hanya Hari yang berhasil turun ke dasar curug karena batuan-batuan yang digunakan untuk dipijaki menuju dasar curug sangatlah licin. Cool juga, Hari! Oh, iya!!! Kamera Hari baru saat itu. Sejak KCF, dia sering sekali membawa kamera barunya untuk berfoto-foto. :D

Pertengahan Februari gue kembali ke Depok, tapi tidak datang ke acara wisuda. Ahahahai. Tidak bertepatan, tepantnya.

Kuliah semester 6, seperti biasanya diawali dengan add/drop. Gue galau antara mau memilih Konseling, Gadar, Aplikom 2 atau apa sebagai mata kuliah pilihan agar sks gue mencapai 18 sks. Add, drop berkali-kali, akhirnya gue memilih Aplikom 2. Kata teman-teman gue, pun anak-anak MRS yang ngambil Aplikom 2, gue gila. Kenapa? Karena gue mengambil Mata Kuliah Aplikom 1 dan 2 secara bersamaan di semester 6 itu. Ahahahahaha. Gila emang. Namun, alhamdulillah... Gue bisa survive hingga akhir, dengan nilai yang tidak jelek-jelek amat, kwkwk.

Februari, ya? Ada Ulang Tahun Perhimak UI yang ke-... Uhn, entah berapa. Kesan dan memori yang gue ingat tentang acara Ulang Tahun ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Gue perihatin. Kenapa? Yeah, apalagi kalau bukan masalah gap-gap. Angkatan ini di sini, anak itu di sana, syalalalala...dan lain-lain. Anak-anak tidak muda, kurang memperhatikan pembawa acara dan sibuk dengan dunia mereka sendiri. Anak-anak muda malu-malu dan ragu menyapa para anak tidak muda. Yeah, gue cuma melihat dari atas kursi dan sedikit memutuskan duduk bersama anak-anak muda saja. Hahaha.

Nah, gue ingat banget setelah ultah ini, gue pulang bareng anak-anak Kandang Merpati. Fuzna, Iim dan Isna atau Trikur kalau nggak salah. Ngekol dua kali dan ngebantuin mereka bawa barang-barang yang habis dipakai saat ultah. Nah, pas baru jalan beberapa meter di Gang Kapuk, Nana dan Juned terbang melintas (?) naik motor. Nana pun turun dari boncengan dan jalan bersama anak-anak Kandang Merpati lainnya. Gue yang pengen makan, akhirnya makan sama Juned di warung nasi goreng di Kapuk. Saat makan ini, tiba-tiba si Juned bertanya, "Mbak, tipe kepemimpinan yang baik menurut mbak gimana? Terus karakteristik tiap-tiap angkatan di Perhimak gimana? Kalau angkatan 2011?" Kurang lebih seperti itu yang dia tanyakan. Sontak gue langsung merespon, "Mau nyalon ketua Perhimak, ya, kamu? Hahaha." Dan gue jawablah pertanyaan-pertanyaan itu semampu gue, sepemahaman gue, menurut sudut pandang gue yang pastinya subyektif sekali. Siapa sangka, ternyata gara-gara pertemuan itu, gue "dilamar" jadi kestarinya di kepanitiaan B3 2013. -___-
Hal ini membuat gue, tiga tahun berturut-turut terlibat dalam kepanitiaan B3 Perhimak UI. Wohooo.... :p

Gue kembali mendaftar menjadi anak Media HMD gue, Analitico. Media pilihan ke-1, Marketing pilihan ke-2 dan sudah. Bukan sesuatu yang mengejutkan memang, kalau gue kembali diterima di Media, seperti tahun lalu. Hal ini dikarenakan, banyak rumor yang beredar tentang gue yang mengatakan bahwa gue jago desain dan bikin video. Pada kenyataannya, yaaa... beda tipis sama kemampuan mereka juga. Ckckck. The power of Rumor terkadang berlebihan.

Maret, April, Mei dan Juni
Bulan ini, gue kembali menjadi makhluk multitasking. Gue menjalani peran gue sebagai mahasiswa yang udah mulai bosan berkuliah, sebagai seorang anak yang mulai galau akan masa depan, sebagai kestari B3 2013 yang awam dan suka panik, sebagai anak Media Analitico 2013 yang malah bisa jadi lebih gabut dari tahun lalu. Hnnn...

Gue menjalani kuliah dengan oke, juga penuh dinamika. Namun, entah kenapa seberapa berdinamika apa pun kehidupan kampus gue, gue selalu saja lebih mengutamakan B3 dan Analitico. Sudah menjadi bawaan gue, mengutamakan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi, termasuk kuliah sekali pun. Hal ini bisa jadi dikarenakan oleh keberadaan watak gue, yaitu terlihat bekerja dengan perfek dan beres di mata orang lain. Gue akan panik jika gue melakukan kesalahan besar untuk hal-hal yang dimintakan oleh orang lain, tapi gue akan terlihat biasa saja kalau gue telat masuk kelas atau semacamnya yang hanya menyangkut diri gue sendiri, meskipun pada kenyataannya gue juga sangat panik. Kuliah, dibilang keteteran sih tidak. Namun, dibilang sangat oke pun tidak. Setidaknya, gue sudah dangat hafal dengan dampak di setiap akhir semester genap. Wohohoho. Namun, syukurlah orang tua gue tidak menuntut putrinya yang unik ini --gue-- untuk selalu berprestasi di atas batas. Justru gue sendirilah yang merasa terbebani sebenarnya. Beban apa? Ya, sudahlah. Lupakan saja.

Kalau tidak salah, di bulan Maret ini, Media Analitico berhasil membuat buku Analitico UI yang konsepnya pop-up unyu gitu. Buku inilah yang dijadikan sebagai bahan video profil Analitico ini. Ketua divisi gue, Ayu Sya'bani super duper kreatif dan smart. Gue beruntung sekali memiliki kadiv seperti dia, yang keren, rajin, teliti dan pengertian. Ketika gue beralasan berhalangan hadir untuk menghadiri urusan lain, ketika gue sakit, ketika gue mulai menghilang dan lain-lain, dia selalu mengirimi gue sms yang berisi: pertanyaan, pengingat, atau perhatian lainnya. Gue ingin sekali mencontoh caranya dalam memperhatikan anak-anak divisinya. Hal inilah yang gue coba praktikkan ke anak-anak Kestari. Namun, sepertinya berakhir krik-krik, sih. Haha.

Oh iya! Di bulan Maret juga ada Makrab Perhimak UI. Panitianya anak-anak 2012. Keren sekali. Good Job sekali mereka, para Rainbow Troopers dan anak-anak PSDM Perhimak UI yang udah mengadakan acara keren sekaligus unyu ini. Sekeren apa sih? Pokoknya keren dan tujuan makrab itu sendiri tersampaikan. Meski sempat sedih juga sih, karena nggak ada semacam sungai atau begituan di sekitar lokasi makrab.

Akhir Maret, B3 mulai beraksi. Gue pulang ke Kebumen bantu-bantu nyebar publikasi. Seinget gue, ada beberapa orang yang pulang ke Kebumen saat itu, antara lain: gue, Nana, Roland, Ceeng, Aan, Mas Wahid, Juned, Laras, Indra (?) dan Dini. Banyak hal terjadi saat pulang menggunakan bus Sinar Jaya pukul setengah empat kala itu. Ceeng yang tiba-tiba kehilangan kursinya sehingga gue, Nana, Roland dan Nana duduk berempat dalam kursi berkuota tiga, dll. Banyak sekali dan banyak sekaliii...

Mulai Maret hingga Juni, rutinitas gue lebih sering gue jalani bersama para warga B3, baik panitia maupun calon peserta dan pesertanya. Seleksi di bulan April. Pengumuman di akhir April. Pembukaan di awal Mei. Perjalanan dan pelayaran B3 2013 yang diwarnai tawa, ke-alay-an dan kehangatan. Pengumuman SNMPTN Undangan di akhir Mei yang membuat 10 orang peserta pulang ke Kebumen. SBMPTN di bulan Juni yang di saat itu gue sangat jarang berkunjung ke rumah bimbel.

B3 atau yang lebih sering disebut dengan nama Bimbel, merupakan yang paling nyaman dan bermanfaat dari sekian banyak hal dan acara yang diadakan oleh Perhimak UI, versi gue. Di sini lo akan sering bertemu dengan warga Perhimak dengan sifat-sifat asli mereka. Lo akan memiliki banyak adik baru yang akan membuat lo malu jika lo mengeluh dan berhenti untuk memperjuangkan mimpi lo. Lo akan berlatih mengurus suatu rumah tangga, satu rumah dengan banyak sekali manusia yang berada di dalamnya dan membuat dengan bagaimana pun caranya agar para manusia yang bernaung di bawahnya dapat hidup dengan harmonis. Lo akan menemukan anak-anak luar biasa, orang-orang hebat yang bertahan dan mengorbankan kepentingannya untuk dapat berbagi ilmu dan cerita dengan para peserta. Lo akan mendapati diri lo terbawa dalam suasana kekeluargaan yang bahkan lo sendiri tidak akan menyadari kapan rasa itu mulai lahir...dan masih banyak lagi. Entahlah. Gue selalu suka dengan bimbel dan rumahnya yang gue tuju untuk bermain, numpang tidur atau sekedar mengabsen orang-orang.

Mungkin, ada sedikit rasa lelah di tengah perjalanannya. Bosan dan jemu dalam melaksanakan hal yang sama, berulang-ulang kali hingga lupa mengurus diri. Mungkin lo akan bertanya: untuk apa lo repot-repot mengurusin hidup anak orang? Belum tanggung jawabnya nanti kalau mereka tidak diterima. Belum lagi kritikan dari orang-orang tua yang terkadang berisik dan menuntut hasil dan kerja yang terbaik. Aih, ada lagi ini anggota tim yang kabur-kaburan. Gila, nilai UAS lo anjlok gara-gara sibuk ngajar dan disuruh-suruh ini itu di bimbel. SIAK-NG lo berdarah! Capek di bimbel, lo nggak bisa tidur nyenyak...dan semacamnya. Namun, gue rasa setiap keluhan itu akan terbayar dengan kebahagiaan, dengan sendirinya suatu saat nanti. Entah dengan cara apa, dalam wujud apa, kapan waktunya dan oleh siapa yang memberikannya. Gue yakin. Entahlah dengan orang lain.

Gue sendiri merasa bimbel semakin membaik di setiap tahunnya. Dari segi manapun dan gue berharap ke depannya, tidak hanya jebolan pesertanya yang berakhir bahagia dan diterima di jurusan impiannya, tapi juga para panitianya berbahagia dan tetap menjalin silaturahmi dengan para peserta dan panita lainnya. Selalu dan tak putus.

Di bulan Juni, gue juga udah mulai Praktikum Kesehatan Masyarakat alias Prakesmas alias Magang. Gue magang mulai tanggal 24 Juni, bareng dengan Amel dan Lelly di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Seminggu pertama sedikit tidak ada kerjaan. Namun, minggu-minggu berikutnya...gilak!

(bersambung)

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...