Wednesday 28 January 2015

Tak Ada yang Selamanya

Nyatanya, yang mampu mendengar, lama-lama hanya basa-basi mendengarkan
Faktanya, yang mampu melihat, lama-lama pura-pura tak melihat
Kebenarannya, terkadang yang mengaku cinta, lama-lama bosan jika selalu melulu terlibat perjumpaan
Yah, semua orang tahu, tidak ada hal yang selalu sama selamanya

Sepuluh Alasan (saya) Tidak Ikut Wisuda

Satu, karena membayar 500 ribu. Oke tak apa, kalau 500 ribu doang cukup. Namun, pasti ada biaya tambahan lainnya, printilan-printilan yang totalnya bakal lebih mahal dari biaya pendaftaran untuk mengikuti acara itu sendiri.

Dua, karena saya hanya sendirian. Ada banyak teman sedepartemen saja belum tentu memotivasi untuk ikut, apalagi kalau tidak ada orang yang dikenal.

Tiga, karena saya benci keramaian, apalagi jika harus berlama-lama di dalamnya.

Empat, karena menurut saya hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dirayakan dan lagi-lagi saya tidak menyukai perayaan.

Lima, karena Yaya, si adik saya yang paling kecil, tidak terlalu ingin ke Depok.

Enam, karena romo saya tidak terlihat senang dengan apa yang sudah saya hasilkan.

Tujuh, karena saya sudah terlalu lama bersenang-senang tanpa berguna bagi orang-orang dan seharusnya sekarang sudah saatnya saya turun ke jalan dan menapaki perjalanan hidup yang sesungguhnya, yang tidak sekadar bertabur kesenangan macam perayaan itu.

Delapan, karena saya tidak suka hal repot.

Sembilan, karena tidak penting bagi saya...berfoto dengan rektor atau berdandan hingga tidak terlihat seperti saya.

Sepuluh, karena saya keras kepala dan egois.

Tentu saja, saya merasa bersalah pada romo biyung, tapi toh ini semua demi kebaikan bersama di masa depan. :)

Gagak dan Burung Hantu

Aku adalah seekor burung gagak hitam kelam yang tidak pandai bernyanyi. Di suatu malam dengan bulan separo yang menggantung di langit-langit tak terlalu berawan, aku bertemu dengan seekor burung hantu berbulu abu-abu yang tidak tahu caranya ber-uhu. Saat itu, aku baru saja pulang dari rutinitasku mengabarkan berita kematian di sebuah pemukiman yang pemukimnya didominasi oleh manusia-manusia berambut merah jagung. Dan jika dugaanku benar, burung hantu abu-abu bermata kuning cerah itu tengah tersesat karena terjatuh dari pohon tempat ia dan keluarganya bersarang. Semua makhluk rimba pun tahu bahwa tidak ada yang lebih menyedihkan dari drama kehidupan terjatuhnya seekor burung hantu kecil yang belum bisa terbang dengan sayapnya sendiri.

Aku mendekatinya. Paruhnya sedikit bergetar, kutebak karena ketakutan atau kedinginan. Ketika kami semakin dekat dan mata kami bertemu dan mulai saling menyelami samudera netra kami masing-masing, aku buru-buru melemparkan pandangku ke arah sebuah pohon kenari tua yang tengah digasak dua ekor tupai muda yang baru tumbuh gigi. Aku hampir terkena lemparan kacang kenari yang mereka petik, jika aku tak cepat melompat menghindar ke kanan. Sepertinya aku telah membuat dua tupai itu kesal karena mengagetkan mereka yang tengah memanen kacang kenari.

Perhatianku kembali kepada si burung hantu abu-abu yang sepertinya semakin kebingungan. Ia tidak mengeluarkan suara, tapi gemeretak cakar mudanya yang beradau dengan batu dingin yang dipijaknya telah cukup memberitahuku satu hal. Ia tidak baik-baik saja. Aku mengambil seleret daun talas yang biasanya digunakan oleh bangau-bangau untuk berteduh dan menyodorkannya pada si burung hantu abu-abu. Aku tidak tahu, apakah daun itu cukup berguna baginya. Namun, aku berharap dia cukup pintar untuk menggunakannya sebagai semacam selimut atau sekadar payung berteduh karena kuduga malam ini tidak akan cerah dalam waktu lama. Aku dapat melihat rembulan separuh tidak lagi menampakkan diri dan...

*bersambung (?)*

Tiga Gambar di Bulan Januari

Assalamu'alaykum, my bloggie...
Huwooo, long time no see, ya? Apalagi setelah alamat ini diganti, ya? Ohohoho... Well, sekarang saya sudah bingung-bingung dan mulai tidak punya kerjaan lagi. Ada sih kerjaan. Hanya saja, yeah, sama saja tidak punya kerjaan. Sama sajaaa...

Pasca berlalunya tanggal 20 Januari, entah mengapa hati saya terasa kosong. Ada sesuatu yang terbang pergi. Tidak untuk disesali, tetapi tidak untuk disukai juga. Begitulah, saya sulit mendeskripsikannya.

Untuk mengisi kekosongan hari-hari saya pasca tanggal 20 itu, saya pun mulai corat-coret di kertas gambar peninggalan Tiara. Tidak jauh-jauh dari hasil-hasil coretan sebelumnya, saya pun menggambar beberapa karakter anime yang pernah saya tonton. Tentu saja saya mencontek gambar lain untuk dapat menggambar mereka ini. Haha. Membosankan memang bagi kalian yang mungkin sudah berkali-kali melihat hasil gambaran saya. Hanya gitu-gitu saja. Namun, entah mengapa saya tidak pernah bosan melakukannya. Ahahai.

"Fanart: Houtarou Oreki"
Depok, 20 Januari 2015
Media: Kertas Gambar A3
Alat gambar: Pensil, pensil warna hitam


"Fanart: Tetsuya Kuroko and Nigou"
Depok, 25 Januari 2015
Media: Kertas Gambar A3
Alat gambar: Pensil, pensil warna hitam




"Randomart: Someone I Know?"
Depok, 26 Januari 2015
Media: Kertas Gambar A3
Alat gambar: Pensil, pensil warna hitam

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...