Menulislah, kawan! Please, menulislah...


Di saat-saat seperti ini, aku tiba-tiba selalu ingat kawan bincang bisuku. Hai kawan! Masih kawanmu kah aku? Hahai... Aku ingat warnamu, hijau menyala seperti kertas jadwal yang tertempel di tembok utara kamarku. Aku juga masih ingat guyonanmu yang entah kenapa selalu aku nantikan saat aku bosan, haha. Kau benar-benar jadi tempat pelarian. Saat bosan carilah kau sampai ketemu. Sudah berapa puluh kali aku menulis tentang kau di jejaring sosial ini? Dan mungkin kau sempat membacanya. Anehnya kau hanya diam.

Download: www.ieType.com/f.php?F6RzTN
Hai, kawan... Perkataanku terlalu abstrak kah, hingga kau tak pernah mengerti artinya? Aduh! Aku selalu punya masalah dengan kemampuan verbal. Pfiuh...fiuh... 

Oia, kawan... Kudengar kau akan segera menempuh hidup baru? Selamat ya? Melihatmu mengenakan kostum itu adalah salah satu hal yang menyenangkan dalam daftarku. Uhn... Itu, itu lho.. Sebenarnya, kamu itu siapa sih?

Aku udah ngomong panjang lebar tinggi, kok ternyata kita ngga saling kenal dan ngga pernah saling sapa? Aku ingin suatu saat nanti, entah kapan, entah saat aku sudah menua renta tak punya daya dan kau juga sama saja hanya saja masih berlari bermain voli, atau entah kapan yang lain, aku ingin kita saling bertegur sapa. Waduh! Aku lupa! Sepertinya itu susah. Sepertinya kita sudah mulai pikun tentang ini ya?

Namun... aku sangat berharap, suatu saat nanti kita mengobrol walaupun hanya untuk melemparkan julukan abnormal kita yang saling tertuju satu sama lain. Dan satu lagi harapanku, kau mau menulis. Aku ingin sekali membaca tulisanmu selain tulisan-tulisan konyol yang mampu membuatku tertawa terguling-guling, tapi tulisan lain, tulisan yang dengan aku membacanya, aku mampu menerka seperti apa kau sebenarnya. Menulislah, kawan! Please, menulislah... Dan undang aku turut serta ke dalamnya....