Friday 20 February 2015

Lama, Hilang

Lama sekali, sejak kita terakhir bertemu
Sekadar makan bersama, sekadar mengulum senyum
Lama sekali, sejak kita terakhir berdiskusi 
Sekadar berdebat kecil, sekadar berbising jail


Lama, lama sekali, hingga aku tak mampu mengenali warna matamu
Lama, lama sekali, hingga aku lupa bagaimana warna suaramu
Lama, lama sekali, hingga aku lupa bahwa aku pernah merindukanmu


Sore itu kau datang 
Menghampiriku yang tengah berayun di bawah naungan langit abu-abu
Tanpa kata kau menarik kecil ujung bajuku
Menginstruksikanku untuk mengikutimu
Menyuruhku diam dan menurut tanpa menanyakan tujuan yang akan kita tuju


Sekejap kita berjalan, sekejap kita tiba di halaman rumah bernuansa putih dan abu-abu

'Apakah ini rumahmu?' batinku, tanpa kutanyakan padamu

"Ini rumahku. Ini hari ulang tahunku. Kau mau masuk dan membantuku mempersiapkan pesta ulang tahunku?" jawabmu tanpa kutanya

"Apa kau tidak terlalu tua untuk merayakan ulang tahunmu? Bukankah pesta ulang tahun hanya untuk para anak kecil?" timpalku tanpa berpikir

"Apakah aku terlihat seperti anak kecil? Apakah kau pernah mendengar larangan merayakan ulang tahun bagi mereka yang sudah dinobatkan sebagai manusia akil balig?" jawabmu datar

"Tidak," kataku lemah

"Kalau begitu, kau harus membantuku," paksamu tanpa menanyakan kebersediaanku

Aku melihat lampion berwarna biru pastel, tergantung di sudut ruang tamu
Juga beraneka warna kertas hias masih terbungkus plastik, teronggok di dalam kardus bekas air minum gelasan


"Kau bisa memasak?" tanyamu tiba-tiba

"Eh? Mm...maksud.. Apa maksudmu? Tentu saja aku bisa memasak," jawabku tergagap karena aku memang tidak bisa memasak

"Sudah kuduga. Kau memang tidak bisa memasak. Kalau begitu, aku saja yang mengurus makanan dan kau mengatur dekorasi. Sudah diputuskan, kalau begitu!" putusmu

"Apa kau sedang menuduh dan menghinaku tidak bisa memasak? Itu keterlaluan! Aku bahkan dapat memasak masakan cina, jika kau tahu!" jawabku tak mau kalah

"Oh, kau ingin bertukar tugas? Kau yang memasak kalau begitu?" tanyamu dengan menunjukkan seringai jahil

"Tidak! Aku yang mengurus dekorasi. Aku tahu kau sangat buruk dalam hal ini dan aku tidak dapat bertahan melihat tatanan ruang yang jelek meskipun sebetulnya hal itu bukan acara yang berkaitan denganku. Lagipula memasak memang bukan keahlianku," timpalku ketus

"Ah, kau seperti baru saja mengaku bahwa kau memang tidak bisa memasak."

"Bukan tidak bisa. Hanya tidak ahli dan aku tidak suka melakukannya," jawabku jujur

"Ya, ya. Kau baru saja mengakuinya."

"BERISIK! Pergi kau!" usirku

"Kau ingin mengusirku dari rumahku?" tanyamu menantang

"Kau ingin aku yang pergi dari rumahmu dan tak jadi membantumu mempersiapkan pesta ulang tahun kekanak-kanakanmu, hei anak mami?" jawabku membalas tantangannya

"Tch! Kau sudah makin pintar menjawab, ya? Baiklah. Lakukan apa pun yang kau suka. Aku akan ke dapur," jawabmu sambil pergi menuju dapur. Aku dapat melihat punggungmu semakin menjauh lalu hilang tertelan pintu dapur yang tak betul-betul berpintu

Satu, dua, tiga jam berlalu
Kau masih sibuk dengan urusan dapurmu. Aroma sedap dan segar menyeruak menggoda. Aku lapar dan aku sudah selesai dengan urusan dekorasi yang kuatur dengan nuansi pastel dan abu-abu. Langit mendung dan kabut yang membayang. Kukira ini sangat serasi dengan dirimu

'Sudah kuduga, kau memang dapat melakukan hal semacam ini dengan sangat baik,' batinku ketika melihat meja dapur telah penuh dengan salad, kue, puding, dan berbagai makanan asing yang bahkan namanya sangat sulit untuk kueja

"Sudah kuduga, kau memang dapat melakukan hal semacam ini dengan sangat baik," katamu tiba-tiba

"Eh? A...apa?" responku terkaget. Kukira dia dapat membaca pikiranku

"Ya, dekorasi pesta ini. Aku sangat menyukainya," jawabmu datar

"Oh. Oh...hahaha. Tentu saja! Aku ahlinya. Tentu saja!" jawabku sedikit terbata

Pukul sebelas lewat lima puluh malam, semua persiapan pesta selesai dilakukan 
Kita duduk di sofa berlengan, berhadapan karena kelelahan

"Ini sudah sangat malam. Kapan kau akan memulai pestanya?" tanyaku

"Uhn, entahlah."

"Apa kau sedang menunggu orang-orang yang kau undang? Siapa saja yang kau undang?" tanyaku lagi

"Uhn, entahlah."

"Hah? Kau bagaimana sih? Kapan sebetulnya ulang tahunmu? Hari ini? BESOK?" tanyaku lagi, mulai tak sabar

"Uhn, bukan juga."

"APA?" aku mulai sebal

"Lima bulan lalu, kau tak ingat?" jawabmu menuntut

"Oh, ya. Ss...sepertinya aku sedikit lupa. Hahaha..." jawabku, merasa bersalah

"Kau memang seperti itu," jawabmu singkat

"Maaf, maafkan aku," aku menunduk menyesal

"Kau menyesal?"

"Tentu saja aku menyesal," jawabku jujur

"Kau menyesal melakukan ini semua denganku? Mempersiapkan pesta dan merayakannya denganku? Kau betul-betul menyesal?" tanyamu membabi buta

"Eh? Bukan begitu. Bukan itu maksudku. Aku...Aku menyesal karena aku melupakan ulang tahunmu. Aku bukan teman yang baik, bukan?" akuku

"Aku tidak peduli." 

"Kau marah...kah? Kau tidak akan peduli lagi padaku karena aku melupakan ulang tahunmu?" tanyaku cemas, tak siap kehilangan orang berartiku

"Tch! Kau bodoh atau bagaimana? Aku tidak peduli kau ingat atau tidak pada ulang tahunku. Aku hanya tidak ingin kau menyesal melakukan semua ini denganku," jawabmu, membuatku bingung

"Tentu saja aku tidak menyesal. Aku sangat senang dapat menghabiskan waktu denganmu lagi, seperti dulu. Seperti kapan? Bahkan aku hampir lupa kapan terakhir kita bertemu. Jika...jika aku tampak menyebalkan, itu karena...karena aku terlalu senang dan aku bingung."

"Baiklah. Kau baru saja mengaku," jawabmu singkat. Segaris senyum mewarnai wajah tirusmu

"Mengakui apa lagi maksudmu?" tanyaku bingung

"Lupakan. Kau terlihat mengantuk," jawabmu, tidak menjawab pertanyaanku. Namun, kau benar. Aku sangat lelah dan mengantuk

"Apa akan ada orang yang datang ke pesta gadungan ini? Aku sebal karena kau membohongiku, tapi aku terlalu lelah untuk... Hoaaahmm..." timpalku, tak selesai karena kuap buru-buru memotong kalimatku

"Untuk marah, aku tahu. Kita lihat saja nanti, siapa yang akan datang. Kau tidur saja dulu," ucapmu lembut sembari menyodorkan bantal dan selimut yang entah kau ambil dari mana

"Aku boleh tidur? Bangunkan aku jika tamu undanganmu datang. Aku ingin ikut berpesta juga," jawabku setengah terpejam

"Tentu saja."

Aku hampir tidak dapat membedakan dunia nyata dan mimpi lagi. Mataku berat. Napasku semakin pelan dan selimut yang kau berikan begitu nyaman hingga membiusku. Dalam sekejap aku tertidur di atas kursi berlengan yang sedikit apak. Ah, sudah berapa bulan kau tak membersihkannya?

Aku terbangun keesokan harinya, ketika adzan subuh menggema. Kurasakan elusan lembut di ubun-ubun kepalaku. Selimutmu telah lenyap menyisakan dingin yang sedikit menusuk kulit. Kulihat kau di sampingku. Tersenyum, memudar, nyaris menghilang.

"Selamat ulang tahun, kau. Maaf, aku pergi lebih dulu lima bulan lalu. Kau bisa menemuiku di sini, di setiap ulang tahunmu. Aku akan datang. Dan kau akan menjadi Gadis...ah bukan, bukan hanya gadis, tetapi wanita yang sangat kuat. Sampai jumpa, Gadis."

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...