Monday 27 February 2012

Orang Jawa Banget

Baru diomongin abis-abisan di blog, langsung muncul di chat.
Sayangnya gue lagi sibuk dengan tugas gue yang keren abis.
So, good bye... 
Dianya juga diam, mengertilah mungkin.
SEMANGAT ngerjainnya Aniii!!!
Udah mengorbankan kesempatan berharga kan?
Jadi, harus semangat biar tugasnya baik dan benar! :D

Sunday 26 February 2012

Ironi

Inikah ironi? Inikah tragedi?

Saat gue hanya tahu gue. Gue nggak terlalu kenal teman sebaya, nggak terlalu mampu mengikuti ritme komunitas, tak tahu menahu orang sukses pendahulu, bahkan tak terlalu dihormati yang lebih muda. Sampai kapan pun gue nggak bakal mengenal sahabat super sejati, meski gue memiliki lumayan banyak kawan baik.

Gue yang sangat susah percaya kepada orang lain. Gue yang selalu menyimpan kecurigaan terhadap setiap hal. Bisakah? Bisakah gue muncul sebagai makhluk bahagia yang membahagiakan orang lain? Bisakah gue membahagiakan diri sendiri apalagi orang tua dengan gue menjadi orang yang sukses dan berguna?

Sejauh ini, nggak ada hal yang bisa dibanggakan dari gue. Bahkan gue sendiri belum bisa bangga pada diri gue yang selalu egois dan nggak peka. Gue sering mengaku peka, tapi faktanya kepekaan gue hanya terfokus pada hal-hal aneh, menyimpang bahkan negatif. Lantas, masih layakkah gue berkoar menobatkan diri sebagai makhluk peka dan peduli sesama? Gue bersaksi atas nama kamar asrama ini bahwa gue makhluk mager.

Sering gue bertanya, apakah orang-orang selalu berpikir gue aneh setiap selesai berkenalan dengan gue dan mendengarkan gaya bicara gue? Gue nggak bisa berhenti menyalahkan diri setiap ada sedikit ekspresi aneh dari manusia lain ke gue... "Salahkah gue?" Selalu demikian. Hingga lama-lama gue nggak tahu tindakan gue yang seperti apa yang merupakan kebenaran.

Gue bersyukur manjadi orang yang biasa. Namun, gue akan lebih bahagia kalau gue bisa membuat orang lain tertawa dan nyaman di samping gue. Kapankah terwujud? Setiap gue datang, sepertinya tak tampaklah kegunaan gue. Gue bahkan nggak ngerti apa yang bisa gue sumbangin ke mereka. Sebodoh dan se-nggak bergunanya itukah gue?

Hari ini, entah kenapa gue bersedih hingga pengen nangis.

Di sini gue sedang apa? Merasakan kegagalan terdalam saat gue gagal menjadi orang keren di dunia perkuliahan karena nilai gue biasa-biasa aja. Apa yang bisa gue banggakan sebenarnya?

Saat gue pengen membantu dan melihat kesuksesan pada suatu hal, maka gue berjuang keras dan sangat keras. Namun, seringkali hal tersebut terlihat salah oleh manusia lain. Gue teranggap terlalu ingin dilihat dan muncul di depan semua orang, pengen dipuji, pengen dianggap penting. Kalau gue pengen seperti itu, kenapa nggak gue lakukan dari dulu? Gue itu hanya menginginkan pengakuan eksistensi dan menyukseskan setiap acara di mana gue terlihat di dalamnya sebenarnya. Kejadian saat bimbel tahun lalu, betul-betul membuat gue nggak berani melangkah, mati kutu, mati langkah, nggak punya motivasi untuk berubah. Gue udah menyakiti berapa jiwa ya tahun lalu? :(

Seperti saat ini, gue yang selalu bertanya dan bertanya tentang ui fest, bukan berarti gue menyuruh dan ingin mengambil alih segala hal hingga melampaui wewenang kadiv. Gue hanya pengen cita-cita itu terwujud. Sungguh gue nggak ngerti kenapa setiap gue melangkah seolah-olah selalu salah langkah. Gue takut bahkan untuk sekedar mengerjakan tugas Mandat.

Kenapa kalimat gue berputar-putar, catatanku sayang? Mana gue tahu...

Lalu, gue pun merasa seperti pengemis paling menjijikan di dunia karena terlalu mengasihani diri sendiri. Demi sandal jepit gue, gue terlalu memikirkan gue sendiri sampai-sampai kekurangan informasi. Terlalu parahkah gue? Ya ampun, gue nggak ngerti lagi gimana mengubah diri. Gue nggak suka dikasih motivasi dan nggak suka dinasehati. Gue seenaknya sendiri.

Yang paling parah, gue merasakan patah hati setiap hari. Kenapa gue cemen? Gue terlalu mudah menyukai hingga terlalu sering patah hati.

Namun, rasanya gue rindu sekali kepadanya sampai pengen nangis. Kenapa hati dan pikiran gue memilihnya? Kenapa dia terlalu baik dan merespon gue? Kenapa dia nggak tahu kalau gue aneh dan jarang berbincang dengan cowok? Kenapa dia memanggil gue? Kenapa kami dipertemukan tanpa pernah terlibat pertemuan langsung? Bahkan gue nggak yakin, suatu hari nanti kami berdua bisa berbincang langsung. Kenapa sikap gue menjijikan begini? Serius gue memalukan dan nggak tahu diri banget dengan menulis beginian.

Gue udah berjanji untuk melupakannya tepat sejak ulang tahunnya, tapi kenapa gue nggak bisa-bisa juga mewujudkannya? Kenapa gue nakal? Kenapa gue terlalu menganggap perkenalan kami adalah sebuah hal keren dan keren? Padahal gue tahu kalau dia nggak pernah tahu gue, bahkan saat berpapasan, bahkan saat satu ruangan. Nggak pernah ada sapaan. Lantas kenapa gue selalu seperti itu? Ini benar-benar puncak dari kesakitan hati, malu berlebih dan frustasi. Haruskah gue membenturkan kepala dengan keras dari lantai tiga untuk bisa menumbuhkan lupa selamanya akan dia? Gue serius. Ini tulisan tanpa dusta.

Aneh. Gue tahu dia tahu. Dia sering menghibur gue saat gue seperti ini. Mungkin tulisan gue semakin vulgar dan terbaca. Namun, dia datang di saat yang tidak tepat, saat gue pengen berhenti, saat gue pengen mendiamkannya. Dia datang. Dia mengomentari tulisan kesedihan. Dia memanggil saat gue hampir menangis. Namun, gue merasa nggak bisa berkata apa-apa lagi. Gue nggak punya topik. Gue berhenti memanggilnya dengan sebutan dari gue dan gue nggak punya alasan untuk berbincang. Inikah akhirnya? Setelah tiga tahun lamanya? Gue tahu dia agak kasihan dan nggak enak hati karena gue berstatus orang yang pantas dihormati. Tiga paragraf? Hanya untuk menggalau ria tentangnya? Hahahahahah.... ke mana perginya akal sehat gue?

Gue kira, gue bisa menemukan orang yang baik sekali yang mau mengajak gue di festival hanabi di Gelar Jepang nanti. Namun, sepertinya itu hanya mimpi tanpa akan terbukti.

Gue sempat bahagia dibonceng oleh seseorang. Suka sekali ngebut dirinya. Dia biasa saja dari dulu pertama kali mengetahui namanya hingga sekarang. Hanya saja ada satu momen paling indah dan menyenangkan saat agak di dekatnya, di acara welcome maba. Baru sekali itu dia memburu kamera untuk berfoto yang kebetulan gue di sampingnya. Baru kali itu dia berkata selembut dan setenang itu, di dapur, dan hanya ada dia dan gue. Baru sekali itu gue berfoto di samping dia dan jantung gue serius berdebar heboh. Hanya satu kali di hari itu, Minggu yang lucu. Dan terakhir, baru sekali itu gue dikasih origami bangau sama cowok. Oke, maksud dia mah daripada origaminya dibuang mendingan dikasihin orang dan kebetulan orang di samping kirinya adalah gue. Namun, rasanya senang kayak baru dikasih bunga. Ah... dia banyak yang nge-fans, termasuk gue. Mbak Tari, pasti bahagia menjadi "kakaknya"...

Ah nggak tahu dah... Cuma menulis yang mampu mengusir kegalauan gue, ahahaha. Jadi bisa ketawa lagi nih. :D

Thursday 23 February 2012

Beberapa Orang yang Terlibat dalam Perkembangan Tulisanku



29 Februari 2010


Aku ingat nomor absen delapan
yang selalu berkomentar mengenai catatanku
yang bertanya, "Jam berapa kau menulisnya?"
dan aku menjawab, "Setiap bangun tidur"
(to: Annisa Dewi R. )

Aku ingat musafir Indonesia
yang kini berkelana di benua hitam
yang mengomentari catatan keduaku "Pengemis Paling Necis"
dan membuatku bersemangat bermain olah kata
(to: Khozien Dipo)

Aku ingat kawan bisuku
yang aku temukan dengan tidak tahu
yang selalu menghembuskan lawakan segar
yang seringkali menyumbangkan bulir-bulir inspirasi
dan membuatku kecanduan tak terperi
(to: Antaresta Radityaji, Dika Rizki Ardiana, Firman Hidayat)

Aku ingat si pujangga merdeka 
yang tak ragu memilih kata tak biasa
yang suka sekali menebarkan puluhan jempolnya
dan selalu gembira di dalam kemisteriusannya
(to: Agus TKR)

Aku ingat kawan baruku
yang telah lama tahu namaku
yang tak pernah bisa diam membisu
yang selalu bersedia merelakan kupingnya demi cerita-cerita gaje-ku
tanpa bisa kulihat rasa bosan di mata berbinarnya itu
(to: Iksanatun Fadila Oktabriani)

Aku ingat betul catatan pertamaku
saat semua orang bergembira bersatu
dalam buaian ombak dan pantai berbatu
berisi keluhanku tentang kelas yang ditinggal penghuninya bertamu
(lupa judulnya)

Aku ingat seorang muda
tiba-tiba datang lalu membuat jari semakin menari
datang lagi, lagi, lagi
lalu kami saling mengomentari
(to: Imam Mujahid)

Aku ingat lagi
si anak muda mempunyai banyak relasi
mereka mempunyai gaya dan ciri sendiri
hingga aku mulai iri 
dan lama-lama tak percaya diri
(to: Tri Susanti, Rahmatika Sari)

Aku ingat sebuah alamat
aku tersesat
lalu merasa nikmat
lama-lama tumbuh minat
hingga berniat  menciptakan sebuah nama keramat
(fanfiction.net)

Aku ingat membuka buku Andrea
aku membaca satu bab
membuka halaman-halaman belakang
teringat rasi bintang
teringat komik tentang piano yang berdentang
(Auriga)

Akhirnya, aku sering bergosip
aku mencaci
aku menyombongkan diri
aku memuji
aku menceritakan isi hati
dan titik-titik seputar itu dan ini
membawa namaku sendiri
sambil mempopulerkan nama pena yang tidak biasa di kuping

I'm Auriga Amarilis...  

Pujian Itu Lagi

20 Oktober 2010

Rabu ini, saya memposting tiga buah catatan dalam satu jam. Catatan itu sudah berumur sih. Sudah ada sejak zaman SMA yang polos, sama polosnya seperti sekarang.

Ehnn... Beberapa teman di fb bilang kalau catatan saya bagus, saya cocok jadi penulis, saya ini, saya itu, pokoknya yang baik-baik mulu. Padahal aku betul-betul membutuhkan saran dan kritik yang bisa membangun dan memperbaiki tulisanku yang masih tidak informatif itu.

Namun, hanya beberapa orang saja dari sejumlah orang yang saya tag, yang memberikan komentar mengarah kritik. Saran-saran yang ada sejauh ini adalah agar melanjutkan menulis dan mengirimkan beberapa tulisan untuk menghasilkan uang. Ini mungkin tidak sih??? Sepertinya ide-ide yang masuk sangat mustahil. Secara saya masih awam, bahasa saya masih dangkal, tidak informatif dan masih sangat jauh dari kesan komersial. Saya sungguh kecewa karena belum ada seseorang pun yang benar-benar tertarik me-review catatan-catatan gaje saya. Sungguh! Saya semakin tidak yakin dengan kemampuan saya. Saya semakin susah percaya pada perkataan orang lain karena berbagai hal. Saya takut mereka berbohong tentang kualitas tulisan saya yang pernah mereka baca. Saya resah sendiri karena memikirkan hal-hal tidak penting begini. Entah mengapa ini penting bagiku. Saya memang keras kepala, dan kerasnya sudah sekarang batu marmer dilapid baja tujuh lapis.
Saya itu semakin terbebani dengan adanya pujian yang berlebihan seperti itu. Saya orangnya cepat GR tapi juga suka memperkirakan hal-hal atau kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan mendatangi saya. Sayaaaa sungguh merasakan sakit kepala yang sangat karena tidak adanya tanggapan yang bisa diolah lagi untuk saya...

Please... SAYA BUTUH SARAN dan KRITIK, huhu

sesuatu yang akan ditulis pada Desember 2010 (tapi nggak jadi)

Selasa, 7 NOvember, kami anak-anak PERHIMAK UI 2010, berkunjung ke Kebun Raya Bogor. (haha, ini kalimatnya kayak kalimat anak SD suruh menceritakan pengalaman pribadi ngga sih?). Divisi PSDM yang di-PJ-i oleh Mas Haris dan Mas Arul, berepot-repot mengadakan tour ini hanya untuk kami anak-anak PERHIMAK 2010, eksklusif.

Kami naik KRL sampai ke Bogor. Sambil menunggu kereta datang, kami tidak melewatkan moment-moment langka ini (sedikit dusta). Berfoto-fotolah kami...



Resume Hari Kamis

Gue memilih buat nggak dateng kuliah hari ini. Luka di tangan gue masih basah dan kaki pun masih susah buat jalan.

Ya Allah, saya bersabar dan tak pernah berpikiran untuk menolak ujianmu. Hanya dzikir dan istighfar yang senantiasa mampu saya panjatkan, mengingat dan mengucap namamu lebih sering dibandingkan biasanya berkat sakit ini. Saya berharap agar mampu lebih tabah, ikhlas menuntut ilmu dan menjadi orang yang berjuang dalam kebaikan. Namun, sayangnya saya masih terlalu susah untuk lelah mengeluh. Maafkan hamba yang selalu berkeluh, keluh, keluh dan masih sedikit bersyukur. Semoa sakit semacam ini tak lagi hinggapi badan saya. Semoga lebih jarang lagi mengalami kesakitan...karena lag-lagi, mereka tak suka melihatku sakit. Tak suka dan tak suka dan mengira saya pemalas hingga malas kuliah. Sedih.... Sedih pun sendirian.

Dunia ini diliputi manusia beraneka watak dan sifat. Hitam putih bukan lagi pembeda. Dua warna itu telah berkolaborasi, meng-abu-abu-kan rupa manusia hingga makin sulit diterka. Bagaimana bisa terjadi, semanis kecil mungil Thumbelina ternyata adalah seorang egois, fanatik dan licik? Bagaimana bisa teruangkap secantik mulus Putri Salju adalah seorang putri yang haus harta dan suka menikam orang dari belakang? Bagaimana mungkin seorang pangeran tampan ternyata seorang pembunuh berdarah dingin, psikopa sekaligus pedophilia hidup yang bersembunyi di balik tiara kerajaan?

Makin susah diterka mereka, para manusia. Dan gue pun terima diam menyaksikan orang berlalu lalang dalam aksi heroik atau munafik.

Entahlah. Sore tadi, tiba-tiba gue teringat seorang kawan, tetapi lain angkatan. Dia yang terlihat shock, sedih karena ditolak. Namun, ternyata dia tak tertolak. Dia diterima dan memang berakhir penolakan di kemudian hari. Gue pun meng-update sebuah status:

Tangisnya...
Riuh, renyah seperti kacang bawang baru terlepas dari penggorengan
Dilembutkan, seperti musik klasik yang mampu menidurkan bayi lapar
Aku bertanya sebab?
Dihadiahkannya proses
Aneh
Hal itu tertangkap cermin
Terefleksi dan terekam hingga detik ini tetap berjalan
Sebab itu terbukti akibat
Kau menangis tiga bulan kemudian
Agak persis dengan sebab yang dipaksakan oleh mereka
Lalu, aku bertepuk tangan untuk kebolehan pemikiran mereka?

Beberapa saat kemudian, gue berpikir tentang kesendirian gue. Terkadang memang sendiri itu indah, tetapi entah kenapa gue yakin baha kesendirian itu mampu mengundang setan-setan yang kegirangan melihat anak manusia berpikir menyimpang dalam kemalangan yang dalam. Dalam kesendirian yang berkwan setan itu, orang-orang akan merasakan keindahan dalam keburukan dalam kesesatan akal, pikiran dan kenyataan. Bisa lah kau bayangkan sendiri muara dari pikiran-pikiran buruk yang timbul dengan ajaib di pikiran manusia putus harap. Gue, entah kenapa sempat meng-update status di bawah ini:

Sendiri itu indah
Menjadi saksi pertarungan angin
Mengarungi jejalanan penuh misteri
Merindik pelan, lewati muka peri-peri pemimpi
Sendiri itu indah, saat sedang indah
Namun, melelahkan saat tengah kau jengah
Jadilah manusia dengan kewajaran dan kewarasannya...

Gue lantas beraktivitas, setelah seharian tanpa perhatian dan peringatan manusia, tidur di kamar. Gue bolos kuliah tiga matkul penting dan gue nggak pernah tertarik memberitahukan keadaan gue kepada orang-orang selain mereka yang berusaha mencari tahu selain dengan bertanya. Gue memang aneh dan imajiner. Namun, mungkin dunia akan lebih sedikit maju kalau setiap manusia peka dan inisiatif. 

Gue betul-betul bangun pukul 15.45 lantas turun ke kantin untuk sarapan sekaligus makan siang-sore. Gue bertemu Saho dan Laras. Sedikit berbincang dengan paguyuban gue, juga tentang Bimbel yang makin lama makin membosankan untuk dijadikan bahan obrolan gue. Namun, entah gimana caraaaanya, gue pasti akan mendapati diri gue terlibat meski gue bilang gue vakum sekali pun. Inilah gue yang nggak pernah ingin ketinggalan sesuatu yang menurut gue perlu gue tahu dan bisa gue kerjakan.

Gue pun melanjutkan tugas Matkul Tekin dan SIG. Gue galau berat karena gue udah bolos sekian banyak kuliah. Ya ampun, gue niat? Ya nggak lah! Gue jauh-jauh ke sini ya buat kuliah! Adek gue waktu masih balita aja ngerti, nggak pakai melempar pertanyaan kayaknya udah pada kelempar balik sama jawaban kalian lah ya? Entah kenapa... gue rada kecewa pada beberapa hal dan beberapa titik manusia.

Ah! Daripada gue galau karena terlalu memikirkan manusia yang mana barangkali nggak sedikit pun teringat akan gue, mendingan gue teruskan mengerjakan tugas. Saat sampai pada tahap pembuatan file powerpoint, gue pun teringat desainnya Mas Danang untuk template Perhimak UI Fest. Gue suka kupu-kupunya, maka gue pun meng-crop kupu-kupu itu meng-copaste-nya ke paint dan gue jadiin format .jpeg. Gue jadiin kupu-kupu itu sebagai background ppt gue. Lalu tiba-tiba gue pengen belajar desain terutama corelDRAW biar gue bisa bikin desain-desain lucu macam itu. Namun, gue nggak tahu belajar sama siapa. Gue pengen minta diajarin Mas Danang, privat sehari sampai ngerti, tapi takut membuat beberapa orang salah paham lalu sakit hati. Maka gue pun hanya berkoar dalam status:

siapa saja, tolong ajari saya desain.... *teriakan frustasi*

Ini desain Mas Danang yang udah gue jadiin background ppt:
sederhana, tapi manis
*udah gue ubah. aslinya cuma kupu-kupu di pojok bawah. pojok atas kanan-kiri gue ada-adain*

Lantas, setelah mengakhiri obrolan gue dengan Dila, gue update status ini:

suatu saat nanti, orang itu pasti datang
melambaikan tangan
menebarkan senyuman
tanpa lelah, tanpa kenal bosan
tak menendang, tak juga terlampau memanjakan
suatu saat nanti... 
bersabar itu indah :)
*bukan kata-kata Ani*

Sebenarnya itu murni kata-kata gue. Namun, entah kenapa gue tulis begitu. Yasudah... Ada orang yang me-like-nya sepertinya orang yang sedikit terpanggil oleh status ini. Ahahaha...

Lantas gue mau nerusin ngerjain tugas aja deh!

Good bye, abis minum obat, mau bobo aja deh. 
Loh bentar lagi dong?
Yoi!
Tugasnya??? 
Ah besok aja deh....

Ya Allah segera sembuhkanlah hamba dengan segera.... Aamiin.

Sunday 19 February 2012

Nai (2)

Nai mampu mengingat dengan jelas wajah Robert, orang yang telah berhasil membuat ia malu di kelas. Sebenarnya teman-teman sekelas dan dosennya tidak terlalu mempermasalahkan kejadian itu. Namun, Nai sendiri lah yang terlalu merasa malu. Ia tak bisa melupakan kilatan cahaya hijau bening yang sesekali terlihat menghiasi kacamata Robert. Kejadian itu sudah berlalu seminggu, tapi perasaan tidak jelas yang ia rasakan seminggu lalu itu masih saja muncul setiap bertemu Robert.

Robert dan Nai menempuh kuliah di jurusan yang sama, Pendidikan Kedokteran. Bagi Nai, memilih jurusan ini adalah sebuah keterpaksaan. Ia sangat ingin belajar arsitektur untuk mewujudkan cita-citanya membangun kastil mini impiannya di tepian pantai Scotlandia. Ia tak pernah ingin menjadi dokter yang nantinya akan sibuk mengobati orang dan lupa keluarga. Namun, ayah ibunya sangat menginginkannya menjadi seorang dokter muda yang disayangi oleh banyak pasien. Mereka tak pernah memaksa Nai, tetapi Nai sendirilah yang memaksakan diri menuruti kemauan orang tuanya. 'Toh tanpa belajar arsitektur pun aku masih bisa membuat desain gambar kastilku, kan?' pikir Nai.

Namun, pertemuannya dengan Robert untuk pertama kali di hari pertama kuliahnya, sepertinya telah menumbuhkan rasa sesal telah memilih jurusan itu.

"Robert! Bisakah kau menghilang dari pikiranku barang sehari saja? Kacamata cupumu itu benar-benar mengganggu otakku! Tunggu! Seperinya, aku pernah melihat mata coklat itu. Mata dibalik kacamata cupu itu. Di mana??? Di mana??? Adududuh!" racau Nai di suatu malam. Perlahan dia memejamkan mata, mencoba mengingat suatu hal.

Senja di gymnasium. Bunyi bells, berdenting nyaring terbawa angin. Suara berat tiupan baritone yang melambai-lambaikan warna suara bass. Bendera aneka warna berputar elok susul menyusul dengan tongkat berhias yang melambung sesekali ke udara bebas. Lalu tiba-tiba terlintas sosok seorang bocah tengah asyik menabuh snare drum dengan ringannya. Seolah beban alat musik itu tak pernah mencapai 5 kg. Lalu Nai dan bocah laki-laki itu pun tertawa bersama.

"Karnaval sekolah! Itu adalah saat karnaval sekolah di Osaka delapan tahun yang lalu!" teriak Nai tiba-tiba. Tubuhnya melonjak hebat hingga menyenggol seorang pelayan yang sedang membawa senampan piring kotor. Untung sang pelayan dapat dengan sigap menangkapi piring-piring yang sudah melambung dan nyaris bertemu lantai itu bak seorang ninja lulusan Konoha Gakuen. Aksi sang pelayan mendapatkan tepuk tangan meriah dari pengunjung restoran yang lain sedangkan Nai hanya terbengong memandangi adegan tersebut hingga lupa meminta maaf kepada pelayan tersebut.

"Sumima... I mean, I'm so sorry for troubling you," ucap Nai tiba-tiba saat si pelayan sudah hampir mencapai dapur. Si pelayan hanya tersenyum ramah dan kembali melanjutkan perjalanannya ke dapur. 'Oh Nai! Adakah hal lain yang bisa kau lakukan selain membuat kacau dan mempermalukan diri sendiri?' batin Nai sambil sekali melirik orang-orang di sekitarnya yang sesekali memandang ke arahnya.

'Oh! Abaikan mereka, Nai! Jadi, sepertinya Robert itu adalah bocah laki-laki itu? Kawan lamaku di Jepang? Pantas saja dia bisa membalas perkataanku dengan bahasa Jepang. Masa iya? Wajahnya tak terlihat seperti bocah itu. Robert terlihat seperti orang Inggris lain pada umumnya, orang barat. Sedangkan bocah itu, jelas sekali penampakannya seperti orang Jepang, rambut hitam dan iris coklat dan... namanya bukan Robert, tapi Eiji. Tunggu! Eiji dulu pindah ke mana ya?' kali ini dia sukses membuat pengunjung restoran lain semakin menatapnya aneh karena Nai membatin sambil mempraktekan  gerakan tangan dan ekspresi wajah yang berlebihan. Sadar dengan pandangan orang-orang kepadanya, Nai pun berhenti membatin. Diminumnya jus apel yang tak lagi dingin di hadapannya dengan buru-buru hingga membuatnya tersedak dengan sukses, 'Uhuk!' Dipukul-pukulnya dadanya dengan pelan untuk melegakan sedak itu sambil melangkah pergi dari restoran.

"Hari apa ini? Hari sialku kah?"


kalau galau pasti mikir...

APAKAH INI YANG NAMANYA CINTA???
BERDEBAR-DEBAR SETIAP DIPANGGIL DIA, DAN RESAH KALAU DIA TIBA-TIBA DIAM!
TAPI ORANG DIA YANG ANEH, CUMA MANGGIL, "n"

entah kapan

Semoga cepat sembuh!

Hari ini terasa lebih menyedihkan daripada saat kehilangan hp, modem, fd, dan kartu atm itu. Uh! Nggak ada hal yang lebih menyedihkan dibandingkan sakit. Kemarin, baru ngomongin Tata yang gampang sakit gara-gara susah makan. Eh siang ini, malah gantian gue.

Alkisah, pas pagi hari emang udah kerasa nggak enak badannya. Tidur males bangun, udah bangun pengen tidur lagi. Males ngerjain ppt, males semua. Kayaknya itu bukan sakit, tapi emang males deh, hehe. Bukan, bukan males tapi deh! Ini emang murni nggak enak badan, badan pegel, kepala bagian kiri sakitnya bukan main, udah gitu baju, rok, dan kaos kaki abis lagi. Masih pada basah belum sempat dijemur. Sempurna!!!

Hari ini, gue melewatkan banyak sekali agenda penting. Padahal, dari kemarin gue udah jarang banget berkontribusi di agenda-agenda itu. Tugas PIE, bisa dibilang kemarin kabur ke Detos buat beli modem. Bakpao, hari ini kumpul untuk membahas banyak hal. Dari plotting hingga ini, itu dan lain-lain. Namun, itu semua nggak berjalan lancar, gara-gara migrain dan sakit itu. Sampai malu pada orang-orang. Malu jadi orang sakit-sakitan... :(


Saturday 18 February 2012

Perhimak UI at KCF 2012

Senin, 23 Januari 2012...


Stand Perhimak UI (dibuat dalam sekejap)
Aduh! Kenapa si Jodi nampangnya telat???



Klub Narsis di depan Stand, sampai diusir pas mau latihan flashmob, haha...



Serius! Ini ekspresi bocah lucu banget!!! Entah emang polos, entah karena bingung di tengah-tengah banyak orang.
Orang-orang di fotonya kayak bocah ilang semua, masa... uhuhuhu.



PO UI GTK 8: Bersemedi?



Gagal Narsis? Ya gini jadinya...



Alhamdulillah... antusiasme adek-adek SMA/SMK/MA masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya....
JANGAN TAKUT MASUK UI!



Entah kenapa cuma kuning-kuning yang ngga keliatan di flashmob ini, wiiiiuw...



awewe 2010, euy!




eit, ketinggalan sih dou FPsi 2010!





entah kenapa, ekspresi mereka ini selalu aneh saat dihadapkan dengan kamera hp-ku
*lirik Shinta yang kayak lagi nahan kebelet pipis*



gadis-gadis FIB!




pasti lagi mager mereka, makanya jauh dari jangkauan stand..
*mager aja narsis, wohoo*



hnnn... entah kenapa pengen ngupload foto ini... aneh soale...



Mas-mas Angkatan Tidak Muda




Mas Bolang: Segeran, monggo segerane. Mau Es campur? Atau Nasi Jelantah?
Tiara: Emm...ehm,,, mmmm... nyam nyam, nasi jelantah itu mananya nasi kucing?
Sari: emmm...hmmm....hmmm...nyamm, apa aja boye yang penting dibayarin dah..


Mas Noor: Kenapa acara minum es campurnya bertabur nasi jelantah? Bolang? Itukah makanan khas Ayah?
Sari: Nggak papa deh, mas... apa aja taburannya, yang penting gretong gituu... ahahaha
Martyn: *sambil ngetik, sambil ngejawab pertanyaan adek-adek SMA di grup UI GTK* Nyamen nyamen nyamen...



Puisi Dini Hari

Gubuk 

Ini gubuk tanpa jendela kaca 
Kami menghuninya 
Bertiga bersama dengan nasib yang berbeda 
Kau yang hatinya dipenuhi dengan cinta 
Dia yang sama sekali tidak pernah tersentuh cinta 
Dan aku, si abu-abu yang tak jelas mengenalinya atau tidak 

Gubuk kami selalu terang 
Tiga lentera memangku rasa, 
terpaku di sudut reremangan berbeda 
Merah muda, hijau dan ungu 
Tak secerah bianglala memang 
Namun, cukuplah berbagi pelita, 
turut berbenderang, perkebunan cinta 

Kau tak pernah bermasalah 
bagaimana dia begitu takut tertusuk duri cinta 
bagaimana aku begitu suka bermain dengan cabangnya 
dan bagaimana dengan seringnya kau menyiramnya 

Kau penguasa kemudi 
Namun membebaskan aku dan dia 
tak ada petuah membanting arah 
tak ada pokok terunjam harus tersebar 

Begitu bebasnya kami berlaut dan berkebun 

Aku suka gubuk ini 
Di atas perkarangan laut 
dibataskan pada rerimbunan perkebunan 
bertabur makhluk loyal dan penuh cinta 
memang benar 
jikalau semesta tak pernah berdusta 
Tuhan melukiskan segalanya 
juga menghadirkan hijau dan merah muda 

Gubuk ini akan selalu tak berjendela kaca 
Mentari berbagi tanpa aling-aling 
dan rembulan menyeringai tepat sasaran 
Ketiga lentera menyala sepanjang usia 
Menerang benderang hingga pelataran 

Gubuk ini selalu hangat bersama kalian, kawan... 


Kukel, 13 Januari 2012 

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...