Sunday 19 February 2012

Nai (2)

Nai mampu mengingat dengan jelas wajah Robert, orang yang telah berhasil membuat ia malu di kelas. Sebenarnya teman-teman sekelas dan dosennya tidak terlalu mempermasalahkan kejadian itu. Namun, Nai sendiri lah yang terlalu merasa malu. Ia tak bisa melupakan kilatan cahaya hijau bening yang sesekali terlihat menghiasi kacamata Robert. Kejadian itu sudah berlalu seminggu, tapi perasaan tidak jelas yang ia rasakan seminggu lalu itu masih saja muncul setiap bertemu Robert.

Robert dan Nai menempuh kuliah di jurusan yang sama, Pendidikan Kedokteran. Bagi Nai, memilih jurusan ini adalah sebuah keterpaksaan. Ia sangat ingin belajar arsitektur untuk mewujudkan cita-citanya membangun kastil mini impiannya di tepian pantai Scotlandia. Ia tak pernah ingin menjadi dokter yang nantinya akan sibuk mengobati orang dan lupa keluarga. Namun, ayah ibunya sangat menginginkannya menjadi seorang dokter muda yang disayangi oleh banyak pasien. Mereka tak pernah memaksa Nai, tetapi Nai sendirilah yang memaksakan diri menuruti kemauan orang tuanya. 'Toh tanpa belajar arsitektur pun aku masih bisa membuat desain gambar kastilku, kan?' pikir Nai.

Namun, pertemuannya dengan Robert untuk pertama kali di hari pertama kuliahnya, sepertinya telah menumbuhkan rasa sesal telah memilih jurusan itu.

"Robert! Bisakah kau menghilang dari pikiranku barang sehari saja? Kacamata cupumu itu benar-benar mengganggu otakku! Tunggu! Seperinya, aku pernah melihat mata coklat itu. Mata dibalik kacamata cupu itu. Di mana??? Di mana??? Adududuh!" racau Nai di suatu malam. Perlahan dia memejamkan mata, mencoba mengingat suatu hal.

Senja di gymnasium. Bunyi bells, berdenting nyaring terbawa angin. Suara berat tiupan baritone yang melambai-lambaikan warna suara bass. Bendera aneka warna berputar elok susul menyusul dengan tongkat berhias yang melambung sesekali ke udara bebas. Lalu tiba-tiba terlintas sosok seorang bocah tengah asyik menabuh snare drum dengan ringannya. Seolah beban alat musik itu tak pernah mencapai 5 kg. Lalu Nai dan bocah laki-laki itu pun tertawa bersama.

"Karnaval sekolah! Itu adalah saat karnaval sekolah di Osaka delapan tahun yang lalu!" teriak Nai tiba-tiba. Tubuhnya melonjak hebat hingga menyenggol seorang pelayan yang sedang membawa senampan piring kotor. Untung sang pelayan dapat dengan sigap menangkapi piring-piring yang sudah melambung dan nyaris bertemu lantai itu bak seorang ninja lulusan Konoha Gakuen. Aksi sang pelayan mendapatkan tepuk tangan meriah dari pengunjung restoran yang lain sedangkan Nai hanya terbengong memandangi adegan tersebut hingga lupa meminta maaf kepada pelayan tersebut.

"Sumima... I mean, I'm so sorry for troubling you," ucap Nai tiba-tiba saat si pelayan sudah hampir mencapai dapur. Si pelayan hanya tersenyum ramah dan kembali melanjutkan perjalanannya ke dapur. 'Oh Nai! Adakah hal lain yang bisa kau lakukan selain membuat kacau dan mempermalukan diri sendiri?' batin Nai sambil sekali melirik orang-orang di sekitarnya yang sesekali memandang ke arahnya.

'Oh! Abaikan mereka, Nai! Jadi, sepertinya Robert itu adalah bocah laki-laki itu? Kawan lamaku di Jepang? Pantas saja dia bisa membalas perkataanku dengan bahasa Jepang. Masa iya? Wajahnya tak terlihat seperti bocah itu. Robert terlihat seperti orang Inggris lain pada umumnya, orang barat. Sedangkan bocah itu, jelas sekali penampakannya seperti orang Jepang, rambut hitam dan iris coklat dan... namanya bukan Robert, tapi Eiji. Tunggu! Eiji dulu pindah ke mana ya?' kali ini dia sukses membuat pengunjung restoran lain semakin menatapnya aneh karena Nai membatin sambil mempraktekan  gerakan tangan dan ekspresi wajah yang berlebihan. Sadar dengan pandangan orang-orang kepadanya, Nai pun berhenti membatin. Diminumnya jus apel yang tak lagi dingin di hadapannya dengan buru-buru hingga membuatnya tersedak dengan sukses, 'Uhuk!' Dipukul-pukulnya dadanya dengan pelan untuk melegakan sedak itu sambil melangkah pergi dari restoran.

"Hari apa ini? Hari sialku kah?"


No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...