Monday 9 March 2015

Dari apa yang kulihat, saat itu sedang ada sebuah event yang berlangsung di sekitar stadion-gym UI. Banyak orang yang datang. Lalu, tiba-tiba terdengar suara ledakan dan rektorat terbakar. Dalam sekejap gedung itu luluh lantak, rata dengan tanah. Api berkobar hanya di gedung rektorat itu saja, tanpa menjalar ke tempat atau bangunan lain.
Orang-orang berlarian ke Kukel dan Kutek. Aku justru berlari tergesa menuju ke FKM, tepatnya ke gedung G. Lalu, aku nganyus ke polisi yang sudah tiba di TKP. Dan aku diusir.
Aku melangkah bebas tak berarah dan tiba-tiba tubuhku berada di dalam sebuah rumah serba putih, baik temboknya, lantainya, langit-langitnya, maupun tiang terasnya.
Di rumah itu aku bertemu dengan seseorang (lupa cewek atau cowok). Aku sedang mulai jatuh cinta pada rumah serba putih itu, ketika tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang menurutnya adalah sebuah saran, tapi bagiku terdengar seperti sebuah ancaman. Aku tak ingat apa yang dia katakan, tapi aku kira aku semacam diperingatkan untuk tidak ikut campur dalam kasus bom rektorat. Lalu dia pergi.
Aku pun, kemudian, pergi. Tiba-tiba aku sudah kembali berada di TKP, tempat di mana gedung rektorat UI pernah berdiri. Aku tiba di tempat di mana jenazah korban bom rektorat dikumpulkan, disemayamkan sejenak, sebelum dimasukkan ke dalam kantung jenazah.
Aku tidak mengenali satu pun korban. Aku hanya melihat mereka terbaring penuh luka dan debu. Kasihan. Beberapa di antaranya memakai toga, tapi aku tak ingat pita fakultasnya. Tak ada keluarga atau kerabat yang menghampiri. Hanya petugas dan polisi yang hilir mudik membersihkan dan menyelidiki TKP.

Lalu terbangun dan lanjut entry kuesioner lagi.

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...