Friday 3 January 2014

Bertanya-tanya

Gue tidak tahu apa namanya ini. Sebuah perasaan bertanya-tanya ketika dalam sebuah forum membahas topik, yang sebelumnya sudah pernah gue coba bicarakan, tapi terabaikan. Namun, ketika hari H semakin mendekat, barulah topik yang mungkin urgent itu diangkat kembali oleh orang berbeda dan dibahas betulan.  Jadi, ada dua hal yang membuat saya bertanya-tanya: 1) Apakah ada kecenderungan menerima opini, dilihat  dari siapa yang beropini?; 2) Apakah sudah menjadi tradisi dalam bermasyarakat, berpikir dan bergerak taktis di saat mulai terdesak, meskipun akan berdampak pada pelaksanaan dan pencapaian hasil yang bisa jadi akan biasa-biasa saja atau kurang memuaskan?

Oke. Hal seperti ini tidak dengan sengaja gue alamatkan ke forum tertentu, tapi (lagi-lagi) cenderung kepada diri gue sendiri. Oleh karena itu, untuk menyusun hipotesis dari pertanyaan gue itu, gue akan menggunakan diri gue sendiri sebagai sampel. Gue, bisa dibilang memiliki dua sisi.
1. Sisi pemalas menangani suatu hal ketika hal tersebut hanya menyangkut kepentingan diri gue sendiri atau dengan kata lain suatu urusan pribadi. Gue akan memaksimalkan waktu yang tersedia untuk merampungkannya, tidak terlalu berlomba dalam hal kecepatan atau ketepatan. Mengapa? Karena gue berpikir satu-satunya orang yang berkepentingan, bertanggung jawab penuh, dan mungkin nantinya akan menjadi korban hanyalah diri gue sendiri. Jadi, gue akan cenderung menjadi deadliner dan tidak terlalu membicarakan progress suatu hal tersebut. Gue selow berlebihan, jika menyangkut kepentingan pribadi.
2. Sisi antusias dan panik berlebihan ketika mengerjakan suatu hal, yang menyangkut banyak orang, baik dalam pelaksanaannya maupun penerapan hasilnya. Mengapa? Karena di sini gue harus turut bertanggung jawab untuk orang banyak, untuk tim, untuk sasaran, untuk semua pihak terkait. Gue pun akan berusaha dengan baik untuk mewujudkan hasil yang tidak mengecewakan. Akhirnya, gue cenderung tampak asyik, tapi pusing dalam mengerjakan hal yang menyangkut orang banyak ini hingga terkadang lupa dengan urusan pribadi, bahkan untuk sekadar makan atau mandi. Namun, gue justru terlihat terlampau eksis hingga semacam pencitraan di mata orang lain. Yep, kurang lebih inilah gue yang sering dilihat oleh banyak orang dan mulai tahun ini gue tidak peduli lagi, jika mereka berpikir demikian lagi. Allah Mahatahu, bagaimana niat tujuan dan isi otak-hati gue. Yeay!!!

Nah, sisi gue yang kedua lah, yang bisa jadi membuat sebagian orang bingung menanggapi opini gue. Mungkin mereka berpikir, "Panikan amat sih? Selow aja kenapa?" Hal ini membuat gue sedikit ter-"kacangkan" dan jika sudah demikian pada akhirnya gue menjadi bingung jika akan beropini lagi. Oke, sebetulnya ini hanya teori gue, hanya dengan memperkirakan.

Haduh, jadi melantur. Kembali lagi ke topik awal. Berdasarkae teori random dan analisis sok tahu yang sederhana, gue dapat menarik dua hipotesis. Pertanyaan pertama, mungkin sedikit terjawab oleh teori gue di atas, bahwa kecenderungan menanggapi seseorang bergantung pada bagaimana sifat dan watak perilaku sesungguhnya orang tersebut di dunia nyata.
Pertanyaan kedua, bisa jadi akan terjawab dengan jawaban klasik "Deadliner atau bukannya seseorang, ini dikembalikan ke dalam diri mereka masing-masing."

Pada akhirnya, semua ini saya pertanyakan dan saya jawab sendiri. AHAHAI.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...