Monday 6 January 2014

Hnn...

Gue tidak tahu, apakah ini akan tergolong sebagai tindakan yang tidak pantas dilakukan atau bukan, menuliskan hal-hal yang berasal dari pikiran, imajinasi dan keinginan gue sendiri, bak tipikal seorang individualis bermasalah, yang seolah-olah ingin tak terlihat tetapi sembari mencari perhatian. Berkaca dan menimbang semua yang telah terjadi selama hampir dua puluh dua tahun hidup gue ini, gue akan lebih menegakkan "batas" ini, menjadi semakin tinggi dan tebal, untuk mengingatkan gue sendiri bahwa setiap orang memiliki privasi. Agar gue tidak melangkah-melompati batas itu seenaknya sendiri; agar gue dapat tegas terhadap batas gue sendiri dalam arti lebih selektif menaruh kepercayaan dan materi yang akan dipercayakan; agar gue lebih pandai membedakan antara yang baik dan batil. Oleh karena itu, gue akan mulai membatasi tulisan yang menyangkut orang lain dan privasinya.

Mari gue mulai (lagi), hidup gue yang muatannya hanya tentang gue, tetapi tujuan utamanya tetaplah untuk menegakkan kebaikan, kebahagiaan dan kepentingan umum.

Oke, tulisan di bawah ini bersifat sangat random dan tidak memiliki korelasi yang baik dengan paragraf pertama. Ini tentang gue, yang akhirnya nekad untuk menceritakan tentang "sesuatu" ini untuk pertama kalinya kepada lo, bloggie. Tentang apa? Tentang ini...

Keinginan Mengasuh Anak
Di saat kebanyakan gadis beranjak wanita seumuran gue mulai memunculkan kegalauannya untuk menikah, gue justru ingin mengasuh anak. Ini bukan berarti gue tidak mengalami kegalauan menikah itu. Gue memiliki target menikah di tahun 2016 bahkan. Namun, keinginan untuk mengasuh seorang anak dari ia masih gelap indra penglihatannya; hingga mampu mengenali gue sebagai salah satu orang yang ikut campur dalam membesarkannya; dan menyaksikannya dalam proses menguasai kemampuan berbahasa, bereksperimen dan berkesimpulan serta menghasilkan karya untuk orang lain adalah keinginan terbesar kedua gue. Gue tidak mampu menyebutkan alasan pasti terkait motivasi keinginan gue yang satu ini. Namun, gue merasa mengasuh anak merupakan hal paling menyenangkan yang pernah gue lakukan di hidup gue.

Lo tahu bagaimana rasanya mengurus seorang bayi? Lelah! Bahkan saat gue hanya melihat rutinitas perawatan bayi yang dilakukan oleh Mom ketika adik-adik gue kecil, gue sudah lelah. Namun, hal itu yang membuat keinginan gue membesar. Gue ingin merasakan apa yang dirasakan Mom, mulai dari merawat, menangani tingkah dadakan, mengajari berjalan dan berbicara dengan nyanyian, membantunya menemukan minat, memilihkan nutrisi yang tepat, memilihkan alat musik yang akan dimainkannya, menuntunnya cara melafalkan alfabet dan hijaiyah, memilihkan kain untuk seragam dan kostum karnavalnya, dan segalanya.

Gue tidak pernah bilang membesarkan dan mengasuh anak itu gampang dan gue pun tidak akan bilang hal itu sulit. Gue tidak ingin memaksakan target 2016 gue betul-betul tercapai. Namun, target gue mengasuh anak, insyaAllah akan gue wujudkan segera setelah gue mampu dan kewajiban gue terhadap keluarga gue sendiri (Mom, Dad, Yaya, Ais) terpenuhi.

Mengenai "asal-usul" si anak, gue mengutamakan ia yang berasal dari keluarga gue, baik dari sisi ingkang romo maupun ingkang biyung, yang dalam kondisi tertentu ia "membutuhkan campur tangan orang lain". Namun, jika ternyata anak pertama itu adalah anak gue sendiri, gue akan sangat berbahagia.

Yaa Rabb, kukuhkan dan ridhoilah niat hamba-Mu ini. Aamiin.

Keinginan Menaikkan Haji Mom (Mama) dan Dad (Romo)
InsyaAllah, jika tidak ada halangan, mereka akan berangkat haji pada tahun 2019. Aamiin. Mereka telah mendaftarkan diri, mengantre sembari menabung. Nah, hal yang dapat gue lakukan untuk saat ini adalah mengamini rencana tersebut sembari mendoakan kemudahan mencari rezeki bagi keduanya. Namun, tahun depan, insyaAllah gue akan mulai turut serta menimbun untuk keberangkatan mereka. Aamiin.

Yaa Rabb, panjangkanlah umur hamba dan terangkanlah jalan hamba di masa depan dalam mewujudkan cita-cita ini. Aamiin.

Ia
Gue tidak tahu apakah cukup diperbolehkan mengutarakan harapan tentang ini. Namun, gue akan bersikeras untuk menuliskannya di sini, saat ini. Sedari kecil, gue sangat ingin diimami oleh Dad. Namun, kesempatan itu sangat jarang sekali. Hal ini membuat gue menempatkan "seorang imam" sebagai harapan pertama gue akan sifat calon imam gue suatu saat nanti karena menurut gue sifat seseorang dapat dilihat dari ibadah (shalat) nya. Seorang imam ini, akan mengajak dan mengingatkan orang-orang di sisinya tanpa terkecuali, bukan justru berangkat sendiri. Ia juga mempersilahkan, mau melangkah ke depan atau juga menggantikan. Menjadi seorang imam betul-betul sudah sangat so sweet dan lebih dari cukup untuk dijadikan seorang imam dalam keluarga. Wohoo...

Selain itu, seorang yang setia, komitmen, cerdas ucapan, penyabar, pandai dalam menjaga dan memanfaatkan kepandaiannya, juga terampil menanggapi diskusi dalam keseriusan tetapi jenaka adalah karakteristik pendukung lain. Secara sifat itulah harapan-harapan gue akan ia...

Huaow!!! Kenapa arahnya jadi ke sini??? Ya sudahlah, selamat pagi!!!

1 comment:

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...