Monday 23 December 2013

Jika Kau

Jika kau menemukan ini, mungkin kau akan segera tutup mata dan berbalik badan.
Jika kau tak sengaja membaca ini, mungkin kau akan muntah karena bosan.
Jika kau semakin mengenali diriku ini, mungkin kau akan semakin berdakwah di media tetangga.
Jika kau telah mengenalku sebelum melimpahkanku ini, mungkin kau akan segera berpaling mencari yang lain, yang lebih bermartabat.
Jika kau semakin menemukan sisi gelapku, mungkin kau akan semakin menjauhiku, membuatku semakin gelap akanmu dan lama-lama melupakanmu.

Namun, hahaha...
Ini sulit ternyata, melupakanmu tiba-tiba.
Semakin membulatkan tekad, semakin berat langkah yang kuseret dalam perjalanan.
Semakin besar memutuskan untuk tidak mau mengingat, semakin besar pula kecemasan yang bermunculan.

Kukira aku dapat membuat ini kembali hangat, seperti yang telah "waktu" lakukan dalam mengembalikan aku dan si tupai kacamata bulat kembali berteman.
Kukira aku akan cukup mengertimu hanya dengan membaca, satu dua celotehan bermuatanmu.
Kukira aku tidak perlu betul-betul menjauhkan raga, mempertebal dinding pemagar dan berceloteh tanpa batas dengan liar seperti ini.
Kukira aku telah mendapatkan sedikit perhatianmu, sedikit ingatanmu, sedikit spesialisasi darimu.

Namun, ternyata tidak ada.
Ini hanya profesionalitas.
Ini hanya penghormatan dan formalitas.
Ini hanya keceriaan dalam waktu terbatas.
Ini hanya perkiraan, ilusi dan kesalahpahamanku yang melulu melintas.

Perkiraan hanyalah praduga tanpa bukti dan tanda.
Semakin mengira, hanya akan semakin melahirkan tanya.

Semakin dibicarakan, semakin menguras logika, semakin menggerus harga diri.

Di sini, bertingkah macam orang patah hati dan tak mampu menjalankan hidup.
Memang sedikit banyak, kau memenuhi otakku, hingga setidaknya satu dua kali, kau muncul dalam imajinasi alam nyata dan mimpi.
Namun, aku tak sekeras itu, ingin memilikimu, memperoleh sepenuhnya perhatianmu atau mengemis dibalasi suka dari hati.
Meski demikian, aku tak ingin juga komunikasi antara kita berhenti tanpa arti, perjumpaan kita hanya pelarian dari mandat yang mampir dan silaturahmi berakhir karena aku yang terlalu pendir.

Aku mengoreksi diri, sudah pasti.
Aku menghukumi pikir, sesekali.
Aku membodohkan tingkah, tiap waktu.
Namun, pasti lagi dan lagi aku berbuat bodoh terus dan terus dengan cara bodoh, yang oleh orang bodoh pun dianggap bodoh.

Harus bagaimana?
Agar aku mau mengerti,
Agar aku mau mengakhiri,
Agar aku tak lagi menyesatkan diri,
Agar aku tak kecanduan untuk menguntit,
Agar aku dapat memberi pengakuan,
Agar aku berani mengajukan permohonan maaf,
Agar aku memperoleh kehangatan katamu,
Agar aku dan kau dapat berkomunikasi lagi?
Aku harus bagaimana?

Jika kau membaca ini, sebelum kau pergi, sudikah kau memceritahuku yang bodoh, cerewet di tulisan dan tidak tahu malu ini?
Maukah?
Di sini?

1 comment:

  1. Semoga saja yang dimaksud mau... ^_^
    Semangaaat! Hahaha... ^_^

    ReplyDelete

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...