Thursday 8 September 2011

Nai (1)

Kisah ini tentang Nai. Nai bertemu Robert pada suatu senja larut. Dia memperhatikan Robert yang tampak cupu dengan rambut bergaya John Lennon dan kacamata minus berbingkai besi tak bercat. Kalau kau tahu kacamata milik Harry Potter, kacamata Robert sama sekali tidak mirip dengan kacamata Harry. Jika, kau mengenali dengan pasti kacamata Betty Lavea dan mengira kacamata Robert akan mirip dengan miliknya, maka kau juga salah besar. Pokoknya kacamata itu aneh, dan parahnya, kacamata itu yang membuat Nai tertarik mengamati Robert.

******

Nai sama sekali tidak mengenal Robert hingga suatu hari dia menginjak bulpoin bergambar Spongebob yang terjatuh di samping kaki Robert. Tindakan tidak sengaja Nai membuat bulpoin Spongebob itu tertawa keras khas Spongebob: “Aaahahaha’! Aaahahahha’!” Sontak seluruh mahasiswa di kelas itu pun tertawa terpingkal-pingkal, tak terkecuali Nai dan Pak Matthew, dosen yang sedang mengajar mata kuliah Anatomy saat itu.

Satu-satunya orang yang tidak tertawa hanyalah Robert. Jika kau mengira dia membisu dikarenakan malu, maka kau salah. Dia tidak pernah mengenal kata malu dalam kamus hidupnya. Lalu, jika kau mengira dia diam karena tertidur, maka kau juga sangat salah. Baginya, terlelap di tengah-tengah perkuliahan merupakan salah satu tindakan paling amoral di dunia. Lagipula, dia adalah pemenang lomba nonton tv paling lama tanpa tertidur selama 5 tahun berturut-turut di kotanya. Rekor terlamanya adalah 27 jam 23 menit 5 detik, jadi sangat tidak mudah baginya untuk tertidur di depan dosen saat jam perkuliahan. Lalu apa yang lakukan dalam diam itu? Oh tidak! Dia memang tidak melakukan apa-apa! Dia diam, menatap lurus ke layar dan sesekali mencatat istilah-istilah yang berada di slide.

Jlep! Perlahan gemuruh tawa mulai berhenti dengan sendirinya. Mereka salah tingkah karena melihat Robert yang tak bertingkah sedikit pun. Nai yang awalnya merasa bersalah dan mengira telah membuat malu Robert ke seantero kelas berubah ekspresi mukanya di depan Robert yang tanpa ekspresi. Diambilnya bulpoin Spongebob yang terjugkal parah di lantai dan diserahkannya kepada Robert yang bermuka datar sedatar tembok sambil berkata, “Maaf ya, kawan!”

Diam. Tidak ada respon dari Robert. Nai mulai bosan dengan orang itu. Situasi dan suasana ini semakin terlihat berlebihan saja. Bagaimana mungkin orang ini marah setengah mati hanya karena bulpoinnya terinjak? Akh!

“Maaf, tuan muda yang terhormat! Maaf karena aku telah menginjak bulpoinmu yang lucu ini,” kata Nai seraya menyerahkan bulpoin berwarna kuning cerah itu. Namun, Robert tetap tak menjawab. Dia menunduk tepekur dan khusyuk pada buku catatannya. Hal ini membuat Nai sangat kesal hingga membuatnya setengah berteriak, “Hei, tuan muda cupu berkacamata kuda! Aku sedang bicara padamu!”

‘Berhasil!’ pekik Nai dalam hati. Akhirnya, Robert mengalihkan pandangannya ke Nai. Kacamatanya tebal dan berbingkai besi tak berwarna, menyembunyikan sebuah kilatan mata tajam yang mampu membekukan nyali siapa pun yang menatapnya. Siapa pun atau hanya Nai?

“M... Mm-aaf!” hanya kata itu yang mampu Nai ucapkan.

“Sudah empat kali kau mengucapkan kata maaf. Apa kau hanya mengenal kata itu? Oh iya, sepertinya kau salah alamat,” jawab Robert tenang memandang lurus ke arah mata Nai. Penghuni kelas yang lain seolah-oleh terhipnotis oleh percakapan mereka, bahkan Pak Matthew berhenti memainkan mouse komputernya. Sebaris adegan telenovela seakan tengah berputar di layar yang tertancap tengah kelas. Nai salah tingkah untuk yang kesekian kalinya menerima terpaan aura teman-teman dan dosennya yang super berlebihan itu.

“Apa maksudmu dengan salah alamat, tuan?” tanya Nai seperempat emosi.
“Bolpoin itu bukan milikku, tapi milik gadis berbaju kuning di sebelahku yang saat ini sedang ke kamar mandi,” jawab Robert sambil menunjuk sebuah kursi kosong di sampingnya. Tiba-tiba terdengar suara kekehan tertahan dari seluruh penghuni kelas itu. Robert tak lagi memandang Nai. Perhatiannya telah beralih kepada sebuah buku tebal di hadapannya yang sedang ia bolak-balik. Deg! Angin topan superkencang seakan baru saja menerpa kepala Nai hingga membuatnya jatuh tertunduk keras dengan awan-awan hitam memayungi di atasnya.

“Siapa namamu?” tanya Nai dengan kepala yang masih tertunduk.

Krekk! Suara pintu kelas terbuka diikuti masuknya seorang gadis berambut coklat tua panjang dan berbaju kuning cerah. Dia menuju kursi di mana Robert dan Nai berada. Diliriknya sebuah benda kuning yang tergeletak di meja Robert dan tiba-tiba dia berteriak, “Aaaaa! Robert! Terima kasih telah mengambilkan bolpoin itu. Akhirnya kamu perhatian juga sama aku. Aaaa *^$#*^&$#!@%#$@&^%$#E#$………” kata gadis itu dengan cerewetnya kepada Robert.

“A… Arigatou, R..R-obert-san!” kata Nai membuat si gadis berbaju kuning berhenti mengoceh.
Robert terdiam dengan wajah yang masih menghadap ke buku. Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya dia kaget karena Nai tiba-tiba berkata terima kasih. Dia menoleh kepada Nai, memandang matanya sejenak, lalu menyunggingkan kedua sudut bibirnya dengan sangat simetris. “Iie… Douitashimashitte, Nai-chan!”
“………”

(bersambung)

Depok, 30 Desember 2010

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...