Sunday 6 March 2011

Dunia Penuh Koma (4)


“Aji! Awak yakin, awak akan memenangkan lomba kau, lalu awak akan pulang kampung! Hahaha!” kata Joko sambil membusungkan sebelah dadanya. Aku sedikit curiga sebenarnya. Namun, apa gunanya? Curiga menguras hati. Biarlah si Joko berdansa sebelum pengumuman.

Seminggu berlalu. Jumlah pendaftar mencapai 77 orang. Fantastis! Dan seperti yang kuduga 80% peserta yang ikut adalah orang-orang daerah. Sepertinya, hipotesisku terbukti, bahwa anak daerah cenderung lebih tertarik dalam mencoba hal-hal baru. Hal ini mungkin sedikit mematahkan opini beberapa orang yang mengatakan bahwa anak daerah cenderung susah bergaul dan tidak gaul. Justru, mungkin dikarenakan mereka memang benar-benar berniat menuntut ilmu, maka mereka kurang begitu mendewakan “apa yang oleh orang-orang disebut gaul”.

*****
Joko dan aku telah tinggal di kontrakan yang sama sejak pertama masuk UI. Dia lulusan 2008, setahun di bawahku. Aku jurusan Sastra Indonesia, dia jurusan Ilmu komputer. Jurusan yang “sedikit” tidak santai sebenarnya. Namun, entah bagaimana Joko justru membuat segalanya selalu santai setiap saat. Dia unik. Joko diterima lewat jalur PPKB. Dia mengikuti accelaration dan lulusan SMA SMART Ekselensia Indonesia yang terkenal telah menjebolkan lulusan-lulusan yang terbilang nyaris terbaik di negeri ini. Dia hijrah dari Medan ke Depok sejak umur 15 tahun, tapi logatnya tak pernah hilang. Satu yang aku tahu tentang dia, “dia nyaris tidak suka menulis dan mengarang”. Atas alasan inilah, aku ragu tentang keikutsertaannya dalam lombaku. Kukira dia hanya sungkan.


Hingga hari ini, aku masih tidak tahu apakah si Aurora mengikuti lomba ini atau tidak. Yang aku tahu besok adalah batas pengumpulan tulisan. Lalu seminggu lagi, pemenang akan diumumkan. Dua puluh karya terbaik akan dibukukan dalam menjadi sebuah buku berjudul Gado-gado Sains. Judul ini diambil dari cerpenku yang berjudul sama. Juri untuk lomba ini adalah dosenku, di jurusan Sastra Indonesia.

Seminggu lagi dan mungkin aku akan mengetahui nama si anak Kebumen ini, si penghuni dunia penuh koma, si misterius...
*****
Aku belum membuka internet sejak kemarin. Padahal pengumuman lombaku diumumkan kemarin. Aku masih di gunung Slamet bersama teman-teman MAPALA lain. Pendakian MAPALA kali ini adalah dalam rangka memperingati hari wafatnya almarhum Soe Hok Gie di tempat yang sama.

Aku kembali dua hari kemudian. Dan kudapati kontrakan rumahku kosong tak berpenghuni. Kemana si Joko? ‘Tunggu!’ aku berkata pada diriku sendiri. Lalu bergegas ke kamar Joko yang ternyata, terkunci. Di pintu terpajang memo, “Aji. Awak pulang ke Medan. Awak menang lomba kau. Terima kasih banyak buat hadiahnya yaaa...”

“Jadi?? Yang menang Joko? Kok? Kenapa bukan Aurora? Ah! Apa sih yang ditulis Joko Tole itu? Namun, tidak mungkin dosenku salah... Lalu...” Tanpa sadar aku sudah membuat si Garong yang sedari tadi terdiam membisu di ruang tamu rumahku ternganga setengah senti. Mungkin dia berpikir kalau aku merasa kehilangan dengan kepulangan Joko ke kampung sehingga frustasi, lalu gila mendadak dengan berbicara pada diriku sendiri. Ah! Aku tak peduli apa yang sedang dipikirkan kucing kembang asem ini. Kulemparkan sebuah tempe goreng ke arah si Garong yang sontak saja langsung dilahap dengan membabi buta.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...