Monday 30 August 2010

Experience is Gold (part 5): "Mr. Wilson"

Namun, aku tak pernah menyangka bahwa kami betul-betul tidak disambut seperti ini. Mungkin benar apa yang dikatakan Sandra, penginapan ini kosong.
Karena tidak juga ada suara, aku pun menjadi penasaran. Dengan hati-hati aku melangkah memasuki penginapan diikuti keempat temanku. Tangan kananku masih memegangi pintu, mencoba memperkecil gerakan pintu yang dapat membunyikan bell nyaring itu lagi. Kami menemukan sebuah ruangan --mungkin dapat disebut lobi penginapan-- berpenerangan neon redup dan berlantai hitam kelam dari batu pualam. Dindingnya berlapis kertas dinding berwarna coklat kusam yang aku yakin dulunya pasti berwarna krem dengan corak keemasan. Keemasan? Lagi-lagi keemasan? Hn! Sebuah meja tinggi panjang terletak di tepi pintu masuk yang tampaknya berfungsi sebagai meja resepsionis. Hn, ini penginapan tua yang besar, terawat dan mahal kalau dijual. Ada yang merawatnya? Itu berarti penginapan ini kemungkinan memang masih disewakan. Dan aku sedang mulai berpikir untuk memanggil si empunya penginapan ketika Karen "kring...kring...kring..." lagi-lagi berulah --memencet-mencet bell resepsionis dengan antusias. Dia betul-betul bertingkah seperti anak kecil diberi sekarung permen sekarang, senang tak alang kepalang. Sammy dan Sandra pun hampir tak mampu memisahkannya dari bell berlukisan angsa kembar itu. Hn, bahkan bell pun ada lukisannya? Detail sekali segala hal di tempat ini? Menarik.
Ulah Karen pun membuahkan hasil. Tiga orang laki-laki berbeda usia tiba-tiba berlari dari arah tak terduga ke arah kami. Satu orang di antaranya tampak berumur sekitar 60 tahunan, sedangkan yang lain tak tertebak. Postur tubuh keduanya yang mungil sempat membuatku berpikir apakah aku baru saja memasuki kerajaan liliput?
Si orang tua pun mulai bicara diiringi nafasnya yang berkejaran, "Se..selamat datang di penginapan ini. Saya Mr. Wilson pemilik penginap..pan ini. Ad.. Ada yang bisa kami bantu?" Di akhir ucapannya pun dia masih terlihat ngos-ngossan. Kasihan.
"Iya. Terima kasih kami dari Hogsmitry sedang mencari Horsehouse. Tapi karena kemalaman, akhirnya kami memutuskan untuk mencari penginapan dan kami menemukan tempat ini. Jadi kami pesan lima kamar untuk kami. Terima kasih," ucap Sammy dengan lancar, sopan dan intonasi pidato yang tepat diakhiri senyum lebar yang memukau. Sungguh jika aku seorang gadis aku akan terpesona padanya. Tapi karena aku bukan perempuan, aku hanya beriya-iya sambil mengangguk-angguk seperti demonstran yang tak tahu apa-apa mengiyakan ucapan pemimpin demonya.
Lama sekali kami menunggu reaksi dari Mr. Wilson. Dia tak juga menanggapi kami dan terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Apa orang ini sedang bertelepati? Ah aku meracau lagi. Namun, aku pikir ekspresi wajahnya memang terlalu cepat berubah setelah mendengar ucapan Sammy. Ada yang aneh kah dengan kami?
"kriiiing..." Terdengar suara bell yang lagi-lagi dipencet oleh Karen. Kali ini sudah keterlaluan karena dia berhasil membuat Mr. Wilson melonjak kaget sambil memegang dada kirinya. Hampir saja dia menimpa dua orang mungil yang ada di sampingnya.
"Maaf! Maaf ta...tadi saya sedang melamun. Oh iya, kalau boleh saya tahu ada urusan apa kalian ke Kastil Lu... Maaf maksud saya Horsehouse. Padahal jarak Hogsmitry sangat jauh dari sini," kata Mr. Wilson setelah beberapa detik. Nada bicaranya berubah drastis dari ramah menjadi panik. Dan kenapa dia tiba-tiba hampir menyebutkan nama kastil itu, tapi tak jadi? Tatapan matanya pun penuh selidik. Ada apa sebenarnya? Aku lihat Sammy pun sama curiganya denganku. Sepertinya kami berdua berpikiran sama tentang orang ini. Dia aneh! Seperti hari ini!
"Tidak ada apa-apa. Kami hanya ingin berlibur. Anda tahu kan? Berkuda, itu sangat menyenangkan. Yeah! Cowboy Amerika! Huhuhu..." jawabku asal-asalan. Aku sendiri bingung kenapa aku mengatakan itu. Sungguh aku geli sendiri melihat tingkahku menari-nari dan berteriak ala Indian, padahal tadi aku menyebut cowboy. Kurasakan panas di wajahku. Pasti mukaku merah sekali sekarang. Alih-alih itu aku melempar pandangan pada Sean dan Sandra yang sedang membekap mulut Karen sambil menahan tawa. Syukurlah mereka berdua bertindak cepat. Jika tidak, mungkin Karen sudah mengatakan yang sebenarnya tanpa bisa direm.
"Boleh kami minta kunci kamarnya?" kataku setelah aku dapat mengatasi rasa maluku.
"Tentu! Ini dia!" kata Mr. Wilson disertai senyum yang dipaksakan. Sepertinya dia menyadari kecurigaanku sehingga dengan cepat dia mengubah air mukanya. Lalu dia menyuruh dua orang pegawainya tadi yang ternyata bernama Chuck dan Jones untuk mengantarkan kami ke kamar.
Kami pun meninggalkan lobi dengan cepat karena ingin segera memeluk selimut dan bantal. Saat aku menengok ke belakang kulihat Sammy yang juga sedang berlaku sama denganku. Aku mendekatinya dan bertanya, "Ada apa, Sammy?"
"Mr. Wilson terus mengawasi kita hingga kita berbelok ke koridor ini dan hilang dari pandangannya. Memangnya kita terlihat seperti penjahat?" jawab Sammy....

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...