Monday 30 August 2010

Experience is Gold (part 4): "Penginapan Calmbell"

"APA? Jadi kamu baru dapat SIM kemarin sore? Gila!! Tidak meyakinkan sekali! Aku mana mungkin bisa menyetir, Sean, umurku baru 16 tahun! Ah kau ini!" kataku pada Sean setengah kesal membuat dia terbingung-bingung.
Aku sendiri juga bingung kenapa aku tiba-tiba marah begitu. Mungkin itu disebabkan oleh kondisi badan dan pikiran yang sudah sama-sama lelah. Kulihat keempat temanku juga sama bingungnya denganku sehingga aku memutuskan angkat bicara.
"Ya sudah lah! Maaf tadi emosi sesaat. Hehe. Lebih baik sekarang kita lanjutkan mencari penginapan. Okay?" kataku berharap dapat mencairkan suasana.
Kulihat bibir Sean komat-kamit menggumamkan beberapa umpatan ringan yang pastinya untukku. Darimana aku tahu dia mengumpat? Ah, itu memang sudah kebiasaannya. Aku sudah hafal. Dia memang berbeda dengan Sammy yang tenang atau boleh dibilang sok cool. Hehe.
Mobil melaju pelan di tepian malam dan jalanan yang basah. Binatang malam mulai menyanyikan intro dari theme song malam hari. Kedengarannya katak-katak lah yang mendominasi orkes malam yang basah ini. Gerimis pun belum mereda, sedangkan mobil yang kami naiki sudah hampir dehidrasi.
"Penginapan Calmbell 100 meter lagi," ucap Sandra.
"Apa? Mana di mana? Oh yeah, kau benar Sandra! Aku bisa melihat papan itu. Oke tinggal masuk gang dan kita akan segera sampai. Akhirnya, aku bisa melepaskan jari-jari kerenku dari setir mobil yang membosankan ini. Kenapa di mana-mana setir mobil bentuknya seperti ini? Aku besok mau bikin yang bentuk... " cerocos Sean sangat panjang dan lumayan lebar.
"Cerewet sekali kamu! Dasar kodok! Makan saja sekalian itu setir biar mulutmu bisa diem. Rewel!" kata Karen memotong ucapan Sean dengan tajam setajam samurai. Menurutku, Karen tak akan pernah akur dengan Sean sebelum perang dunia ketiga pecah.
Sepanjang seratus meter jalan aspal menuju penginapan itu, penerangan semakin buruk. Pepohonan berjajar semakin rapat seolah-olah ingin bergandengan. Gelap dan lagi-lagi mencekam. Aku lihat Sandra kembali membuat jok bergetar. Mungkin dia bakal berpikir tujuh kali untuk menginap di penginapan itu melihat lingkungan di sekitarnya seperti ini. Ah lagi-lagi aku mengkhayal. Lama-lama aku tertular penyakit Sammy nih, berkhayal tanpa batas.
Sebenarnya aku merasa aneh. Di tempat seperti ini, begitu mudahnya ditemukan penginapan. Apa mungkin laku? Apa di sini banyak pengunjung dan turis? Hn! Aneh!
"Kita sampai! Horrree!" teriak Sammy dan Sean bersamaan seperti anak ayam tersesat bertemu induknya . Kali ini sepertinya Sammy lupa kalau dia sedang berlaga cool. 'Thank's God!' batinku.
Benar dugaanku! Sandra mulai menampakkan tampang tampang panik dan ketidaksetujuannya. Dia pun mulai bicara dengan suara sedikit bergetar, "Apa kalian tidak merasa penginapan ini aneh? Apalagi pohon ek yang itu. Bukanlah dia terlalu menyeramkan? Apa kita serius mau menginap di sini? Mungkin saja ini penginapan kosong dan sudah ditutup. Le.. lebih baik kita c..cari yang lain ss..saja.... Atau...." Sungguh Sandra semakin gawat karena mulai terbata-bata seperti itu.
Karen pun mulai bertindak. Ia mengitari pohon. Menelitinya dengan seksama bak seorang ilmuwan memainkan mikroskop. Setelah memutari pohon itu setidaknya enam kali, tiba-tiba ia berteriak keras dengan telunjuk terangkat ke atas, "PANTAS! Pantas saja dia tampak aneh! Dia memang aneh. Dia sakit. Pohon ini mengalami gizi buruk. Daunnya menggulung dan kulit batangnya terkelupas di sana-sini. Itulah yang bikin dia aneh! Kasihan banget kamu. Huhu! Yah aku tahu kan? Hebat kan aku?" Selama beberapa saat Sandra merasa senang karena ia kira Karen sependapat dengannya mengingat ekspresi bicara Karen pada awalnya begitu meyakinkan. Namun, ucapan hipotesa atau malah simpulan si gadis penyuka biologi ini sungguh sangat berakhir sad ending bagi kami sehingga cukup membuat kami sweatdropped akut.
Aku heran kenapa teman-temanku semakin tak jelas begini di saat seperti ini di tempat yang tidak tepat seperti ini. Oh My... Help me!
"Hey! Teman-teman, apa kita mau semalaman menunggui pohon ini? Kalau aku sih mau tidur saja. Aku masuk dulu ya. Bye..." kata Sammy sambil berlalu menuju pintu masuk penginapan.
"TUNGGU AKU!!!" teriak aku, Sean, Karen dan Sandra bersamaan dengan Sandra yang hampir boleh disebut meraung.
Entah bagaimana caranya, Sean sudah sampai di depan pintu masuk lebih dulu. Untuk hal-hal yang cepat-cepat dia memang sangat bersemangat. Selama kurang lebih dua detik mata birunya terpaku pada gagang pintu yang bercat keemasan. Lalu diputarnya gagang pintu itu hingga pintu terbuka. Klinthing... Suara bell berbentuk sinterklas yang terpasang di balik pintu bergemerincing keras. Aku yakin si resepsionis penginapan akan terkaget mendengarkan bunyinya yang membahana memecah kesunyian. Ya! Memang saat itu betul-betul sunyi dan sepi. Hanya kami berlima yang teridentifikasi sebagai makhluk berisik di sana.
Namun, aku tak pernah menyangka bahwa......

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...