Saturday 22 November 2014

Salah Satu Rindu

Tentu saja, ada orang-orang yang merindu, tapi tak mau mengaku. Bisa jadi, bukan karena mereka tak rela malu, melainkan karena mereka percaya bahwa rindu bukanlah paket yang wajib dikirim ke penerima rindu, tepat alamat dan tepat waktu. Perindu terkadang memilih jalanan sunyi, melangkah pelan melompati biang berisik, sembari menanti sebuah perjumpaan di perpotongan jalan yang pasti. 'Cukuplah Tuhan yang Tahu,' batin mereka meyakini kepastian-Nya. Hanya saja, terkadang luput menggantung di kelopak mata, memaksanya tertutup barang sekejap, membuat mereka tak melihat apa yang berhasil dilihat oleh para pencuri lihat benda-benda rahasia orang-orang lewat. Mereka tahu, tapi banyak yang memutuskan tak mau tahu. Mereka tahu, lalu beberapa di antaranya diam menunggu. Mereka tahu, dan seperempatnya berkasak-kusuk mengembuskan berita busuk. Beberapa perindu mengaku memiliki strategi untuk menghadapi para pencuri. Sedangkan sisanya menggumam, 'Mungkin ini saatnya membunuh diri,' dalam geming. Namun, bagaimana pun, sampai kapan pun, rindu tak pantas dikambinghitamkan sebagai penyebab mati. Dia rasa yang terkadang berkawan dengan imaji, bukan benda tajam atau alat mematikan diri. Dan pemiliknya pun bukan narapidana yang harus diinterogasi apalagi dihakimi. Sebab Tuhan pun tak pernah bilang bahwa rindu dan merindu adalah benda ilegal atau kejahatan yang merugikan. Kukira keduanya merupakan hadiah dari-Nya untuk para makhluk yang dicintai-Nya.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...