Thursday 17 April 2014

Saya di Paguyuban (disunting dari pos saya sendiri di tumblr)

Ini tahun ke-4 saya di sini, di bumi perkuliahan Universitas Indonesia. Ini tahun ke-4 saya menjadi salah satu warga dari keluarga besar paguyuban Perhimak UI. Dan di tahun ke-4 ini, saya masih saja ingin tahu dan sedikit-sedikit ikut campur dalam salah satu agenda terbesarnya. Ckckck. Parah, ya?

Perhimak UI, siapa yang menyangka saya dapat menjadi bagiannya? Siapa pula yang menyangka jika, pada akhirnya, jalur perjalanan yang saya pilih justru didominasi oleh interaksi yang terjadi dengan warga dan kegiatan di Perhimak UI, dibandingkan dengan teman-teman atau kegiatan di kampus? 

Perhimak UI ini, bisa dibilang merupakan keluarga kedua saya. Segera setelah saya diterima di UI, saya pun menjadi anggota paguyuban, yang ternyata supersibuk dan superbanyak agendanya, ini. Sekarang, saya sudah angkatan senior, angkatan aktif tertua di tahun ini, tapi saya curiga ada yang salah dengan saya karena kesan dewasa sama sekali tidak tampak melekat pada diri saya. Dari segi umur, saya tidak lagi muda. Saya ingat, ketika saya masih mahasiswa baru (2010), saya memandang angkatan tertua saat itu (2007) sebagai angkatan senior yang harus dihormati karena lebih matang usianya, luas pengalamannya, keren pengabdiannya, tinggi ilmunya, dewasa pembawaannya, dan lain-lain. Sayang sekali, hingga saat saya menuliskan ini, saya merasa poin-poin yang saya sebutkan di atas, yang mengindikasikan bahwa saya angkatan senior yang mestinya dapat diteladani oleh adik-adik angkatannya, sama sekali tidak tampak pada saya saat ini. 

Satu-satunya pembawaan saya yang membuat saya tampak dewasa (mungkin?) menurut saya adalah sikap tenang (lebih ke kalem sebenarnya) yang cukup dapat saya kuasai akhir-akhir ini. Namun, pembawaan tenang ini bukanlah pertanda pendewasaan, melainkan karena saya yang semakin "krik" berinteraksi dengan orang lain. Pembawaan saya yang diam (saya memang pendiam) ini justru membuat beberapa adik kelas bingung. Ekspresi muka diam saya memang mengerikan, haha. Mungkin mereka kikuk melihatnya. 

Selisih usia antara saya dan adik-adik angkatan saat ini semakin lebar. Saya semakin merasa bahwa saya tidak memiliki topik atau urusan dengan mereka. Saya bertanya sesekali, menjawab jika dipersilahkan, bicara jika perlu dan sebagainya. Seharusnya, sudah saatnya saya tidak lagi terlalu ingin tahu dan mencampuri urusan mereka jika tidak diminta. Mereka pun pasti bingung, jika ditanyai, dikepoi terus menerus. Hnnn... Andai saya dapat menahan hasrat kepo ini sebaik dia. Toh, setelah saya bertanya dan mendapatkan informasi tentang kendala atau hal yang terjadi di dalamnya, saya hanya dapat menampungnya, memujinya jika memang itu adalah hal yang patut diapresiasi atau memberi dukungan semangat jika ada hal tersendat yang terjadi dalam pelaksanaan suatu kegiatan. 

Saya memang angkatan 2010. Namun, entah mengapa sejak 2011 hingga pertengahan 2013, sejak saya memiliki adik angkatan, saya justru merasa lebih mudah berkomunikasi dengan adik-adik itu. Selain karena sempat adanya kesalahpahaman saya terhadap 2010, saya juga lebih sering berinteraksi dengan para adik tingkat. Mungkin inilah yang membuat saya masih kekanak-kanakan. Sekarang, saya mulai terusik karena mereka, para adik angkatan pun, mulai menyinggung-nyinggung masalah kedewasaan saya yang patut dipertanyakan.

Satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar bagi saya saat ini adalah: Meskipun saya sering kepo dengan kegiatan-kegiatannya, bahkan saat tahun ke-3 (tahun lalu) masih mengikuti kepanitiaannya sebagai salah satu PJ, saya masih tidak terlalu mengenal dan dekat dengan para warganya. Di sini saya tetaplah saya yang pendiam dan tidak cocok untuk terlibat dan dilibatkan dalam inti pusaran dan pergerakannya. Saya di Perhimak adalah seorang teknis 70%, tak pandai berbicara sistematis dan tak juga cukup pantas dimintai wejangan (meski sudah senior).

Selama tinggal di Depok ini, saya merasa, porsi yang saya sediakan untuk kuliah dan paguyuban ini hampir sama. Terkadang saya membelot ke paguyuban ketika bosan dengan hal-hal terkait perkuliahan, tetapi terkadang saya menjadikan urusan kuliah untuk kabur dari rapat-rapat paguyuban. Saya adalah orang yang mudah ter-distract oleh hal-hal baru yang menurut saya lebih menyenangkan untuk dijalankan. Inilah mengapa saya sering kali berakhir dengan mencari-cari sesuatu yang bisa dilakukan di paguyuban ini ketika saya sedang bosan dengan kuliah, hingga tanpa sadar saya keasyikan main di paguyuban nyaris lupa atau parahnya malas mengerjakan kewajiban kuliah. Haha... (jangan ditiru). 

Beberapa orang pernah bilang, jika motivasi saya untuk sebegitu sukanya muncul di paguyuban bisa jadi adalah suatu pencitraan diri saya sendiri, agar terlihat baik dan bagus di mata orang-orang Perhimak UI. Ah. Bisa jadi tuh. Mungkin saya terlalu terlihat ingin eksis kali, ya? Haha, sekarang saya tidak peduli apa kata mereka. Saya pernah menjadi angkatan muda di sini dan saya tahu bagaimana rasanya ketika dalam masa-masa sulit dan membutuhkan solusi atau bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, saya sering kepo dan tetiba muncul di berbagai kegiatan. Monggo saja dibilang pengen eksis atau sebagainya. Saya hanya mampu beralasan bahwa saya hanya tidak betul-betul bisa untuk tidak mencari tahu berita tentang Perhimak UI. Selalu saja ada faktor penarik yang membuat saya datang lagi dan datang lagi ke event-event-nya, meskipun pada akhirnya hanya menonton mereka dengan krik. Bisa jadi, saya memang udah terlanjur pengen kepo keterlaluan pada Perhimak. Cinta? Tidak juga. Saya menyadarinya setelah teman sekampus saya mengatakannya. 

Jika ada anggota Perhimak lain yang membaca ini, bisa jadi mereka heran, “Kok bisa ini orang segitunya ke Perhimak UI? Hidup sejahterakah? Nemu cintakah? Dikasih makankah? Atau memang pengen ngeksiskah?”

Saya orangnya memang cukup keras kepala, suka penasaran dan mungkin setia. Meskipun lebih dari sekali dua kali saya merasa kecewa selama berada di Perhimak UI, tetapu selalu ada kenangan akan hal-hal yang menyenangkan yang mampu menghapus kekecewaan tersebut.

Saya sendiri bukan orang yang mudah move on atau jatuh hati. Jika saya suka menyapa atau mendatangi sesuatu, ini berarti bahwa saya memang masih cukup nyaman dengan hal itu. Dalam hal ini adalah Perhimak UI. Meskipun saya akui, hanya beberapa orang di sana yang nyaman dan menyamankan. Meskipun saya tidak yakin, apakah beberapa orang itu memiliki perasaan yang sama dengan saya. Meski pada akhirnya, saya sering mendapati diri saya yang sendirian saja persis orang tak punya visi, luntang-lantung tak punya lawan mengobrol di sana.

Pada akhirnya, kepada dan karena anak-anak Perhimak lah saya berkisah, tertawa, marah, sedih, berkarya, bertamasya, belajar hidup, bertanya dan mungkin bisa jadi jatuh cinta. Memang sih, tidak selalu hanya ada Perhimak UI di kehidupan merantau saya. Namun, tetap saja, Perhimak UI adalah salah satu hal paling berpengaruh dalam hidup saya. Di sini, saya memperoleh kesempatan memimpin dan memandu beberapa orang. Di sini, saya pernah dipercaya mengerjakan tugas besar. Di sini, saya merasa saya pernah dibutuhkan. Di sini pula, saya merasa bahwa saya cukup bermanfaat untuk beberapa orang. 
Terima kasih. :)

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...