Tuesday 4 February 2014

Update dan Cari Perhatian

Kata Umam, orang yang sering meng-update setiap hal yang dialaminya ke dalam jejaring sosial mungkin karena mereka ingin memperoleh perhatian. Pernyataan tersebut membuat gue bertanya-tanya, "Jangan-jangan gue termasuk ke dalam orang-orang yang (terkesan) suka mencari perhatian?"

Pernyataan itu muncul pada saat Amel bertanya, "Apa yang harus aku lakukan ketika menghadapi orang yang begitu suka mengeluh?"

Apakah saat ini, sering update status identik dengan suka mengeluh? Pasalnya, gue memang sering sekali update dan men-tweet. Setelah dipikir-pikir, muatannya memang terkadang berupa kritikan atau rangkuman kejadian selama sehari. Samakah dengan mengeluh?

Tidak hanya status dan tweet, blog pun disebut-sebut sebagai wahana lain untuk curhat atau mengeluh oleh seorang adik kelas, Juned. Dia mengatakannya lewat twitter. Nah! Bukankah hobinya juga mengritik di jejaring sosial?

Selain itu, di dunia nyata, ketika gue bercerita, muatan cerita gue dibilang terlalu pesimis. Gue melakukannya tanpa sadar sebenarnya. Kata mereka, gue terlalu terbiasa memprediksi hal terburuk dari suatu rencana di samping memikirkan hal baik yang akan dicapai. Pemikiran realistis gue menurut mereka bergeser ke arah pemikiran negatif yang diwarnai pesimis dan rasa sensitif berlebih sehingga berakibat buruk pada suasana obrolan atau parahnya pada suasana hati dan semangat orang lain.

Gue memang sangat terlalu mendengarkan dan mempertimbangkan apa kata orang lain. Oleh karena itu, gue parno jangan-jangan apa yang gue lakukan selama ini begitu mengganggu mereka sampai-sampai banyak yang kurang suka dengan sifat gue?

Roland pernah bilang, jangan terlalu mendengarkan apa kata orang. Kalau Tiara lebih menekankan untuk menjadi diri gue sendiri, temukan hidup gue dan jangan cari perhatian. Hal ini membuktikan bahwa gue terlalu menuruti dan ingin menjadi apa yang seharusnya, seperti yang orang lain katakan.

Bukankah ini yang sebaiknya dilakukan? Atau selama ini gue salah mengartikan? Haha! Lihat? Gue masih sangat seperti bocah.

Setelah gue menyelami diri gue selama beberapa saat, memang inilah gue. Gue yang terbiasa karena dibiasakan untuk mengabulkan permintaan orang lain. Gue yang sejak mampu membaca dan menulis lebih terbiasa dan berani meminta, berbicara, memecahkan masalah, meminta maaf dan berterima kasih melalui kata-kata tertulis, entah SMS, surat kecil, gambar dan alur, chatting hingga status dan tweet.

Gue memang sulit menyuarakan pikiran. Pilihan kata gue di dunia pelafalan lebih sedikit dibandingkan di dunia penulisan. Ini yang membuat gue lebih sering menyampah di jejaring sosial, yang justru terbaca sebagai keluhan, kritikan, opini salah paham atau perlawanan yang tidak tersampaikan lewat ucapan.

Sebenarnya, jujur gue tidak terlalu suka eksis dan pamer atau semacam mencari perhatian. Hanya saja memang metode "berpikir dan menuliskannya yang terlalu sering seperti itu" lebih terkesan bersifat atau bertujuan demikian. Sebab ia tercetak, lebih mendetail, tidak mungkin salah dengar kata, dan tidak memiliki intonasi pengucapan. Artinya, setiap pembacanya bebas memaknai dan menciptakan intonasinya sendiri. Namun, sekali lagi saya katakan, sebagai salah satu orang yang sering update status, gue menulis sering kali dengan tanpa ada niat untuk melulu mengeluh, eksis dan mencari perhatian, melainkan begitulah cara ternyaman gue dalam berpendapat.

Jadi malu deh -,-
Sudah tua, tapi cara berpikir gue dan topik pikiran gue masih berkutat pada ini-ini saja.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...