Wednesday 25 April 2012

Maaf, Mama...

Gue sudah hafal dengan ekspresi dan tekanan batin seperti ini. Gue seperti seorang udang ribon yang benar-benar nggak yakin otakku berada di tempat yang benar dan digunakan untuk memikirkan sesuatu yang benar-benar benar. Gue seperti becak yang tak bisa mengejar kelajuan shin kan zen, apalagi pesawat jet Rusia.

Gue masih nggak ngerti, seberapa besar pun gue berusaha gue masih nggak bisa menjadi orang yang keren di bidang ini. Gue sering sekali melakukan hal yang sangat melenceng 180 derajat dari apa yang seharusnya gue perbuat. Gue seperti orang yang nggak visi lalu dengan sok melaksanakan misi-misi sesuka hati. Apa yang harus gue lakukan? Gue nggak siap membuat keluarga-keluarga gue di kampung sedih dan kecewa.

Apa yang harus saya lakukan, ya Allah? Saya benar-benar hilang ide dan kejernihan pikiran. Saya benar-benar ingin menangis karena lagi-lagi berada di mulult gua penuh kegelapan. Apakah saya akan berakhir dengan segala sesuatu yang biasa-biasa saja? Apakah saya akan selamanya menjadi pesuruh yang bahagia asalkan diupah diingat oleh sang majikan?

Gue nggak ngerti, kenapa gue tertarik nulis kalau lagi nggak jelas begini doang. Gue nggak ngertiiiiiii....

Gue seperti keong yang lambat, berlendir dan menghama tanaman.

Gue makin nggak berani untuk berteman dengan orang hebat, takut mereka menyesal lalu hilang perlahan, dengan  meninggalkan jejak kenangan yang menggantung di ujung kaki bulan.

Huwaaaa... Mama, maafkan anakmu ini. Anakmu yang selalu merepotkan dan nggak begitu pintar. Maaf, ya, Ma.... Maaf banget. Nggak tahu lagi harus ngomong apa. Cuma bisa diam di tanah sepian di tepian malang tanpa tanda bertemu dengan daratan... Maaf, Ma... :(

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...