Tuesday 4 October 2011

SENI-OR PERHIMAK UI 2011


Sebenarnya gue sedang ngerjain tugas K3 Dasar saat sedang bikin post ini. Namun, entah kenapa gue lebih tergerak untuk nge-post ini dibandingkan ngerjain K3 itu. Huhuhu... Parahnya nggak ilang-ilang nih! Ckck.

Jadi, ba'da maghrib tadi, gue nge-like dan ngomentari album fotonya Iam di FB: "Pertama dan Terakhir". Isinya itu foto-foto anak-anak bidang Litbang Perhimak UI saat mengikuti acara.......Acara apa ya? Pokoknya itu acara diadakan di YDBP, di hari Sabtu, pas lagi Try Out Bimbel, masih bulan-bulan Mei gitu. Gue kasih komentar: "Litbang will always ana, kok, Am :D" Dijawablah "iya, An"

Eh, beberapa menit kemudian malah muncul pemberitahuan bahwa Iam telah mengirimkan sesuatu di dinding gue. Penasaran, gue klik lah link itu dengan bermodal koneksi internet yang lola.

Ternyata sebuah foto...
Foto yang dulu sempat gue nanti-nanti, soalnya gue penasaran sama ekspresi "muka nggak siap difoto" gue waktu itu. 

Inilaaaaaaaaaah... Foto Bidang SENI-OR PERHIMAK UI...

Jeng-jeng-jeng! Kuning-kuning! Cling-cling!



Tomo - Mas Wahid - Mas Reda - Gue - Nurmala
(beserta Nurul, Kuni, Ubbad dan Ryan yang nggak hadir, :p)
*lihatlah betapa mesranya bapak biyung kami: Mas Wahid dan Mas Reda*
*lihatlah betapa machonya Nurmala dengan gaya khas dia yang nggak terungkapkan kata-kata*
*lihatlah betapa Tomo senyum-senyum soim kepada si fotografer biar bisa minta foto lagi*
*dan lihatlah pose tangan dan muka gue yang bener-bener nggak sinkron sama sekali -,- *


Astaghfirullohal'adziim... Awalnya gue shock melihat foto ini. Nggak enak banget posisi gue buat dilihat. Gue malu pada siapa pun. Bisa dibilang nyaris nggak pernah gue foto sampai nempel ikhwan gitu. Malu juga pada temen baik gue yang dulu sempat ada konflik. Huhu... maaf. Namun, karena ini satu-satunya foto bidang gue, so gue pampang lah ini foto di blog ini. Semoga orang-orang di atas nggak ada yang keberatan. Aamiin...

Foto ini diambil saat kami berlima baru saja selesai membakar ayam di acara Perhimak yang udah gue sebutkan di atas tadi. Lihatlah betapa merana ayam tersebut. Kalau nggak jelas, gue deskripsikan penampakan ayam itu: 
"Setengah gosong, tapi agak setengah matang. Dibumbui hanya dengan saus dan kecap hasil comot sana comot sini. Ditaburi daun-daunan hasil metik di pinggir pagar dan di atasnya diberi tancapan bunga Ixora paludosa merah yang melunglai karena efek panas dari ayam terbakar itu."

*Flashback on*
Kami begitu bersemangat melakukan prosesi pembakaran tersebut. Gue berdiri menyemangati. Nurmala menggendong sebotol kecap Kentjana kebanggaan masyarakat Kebumen. Mas Reda sibuk berkebun mencari "lalapan". Tomo dan Mas Wahid secara bergantian membumihanguskan si ayam dengan penuh perjuangan karena harus berebut panggangan dengan anak-anak bidang lain. 

Aaaaa...syik banget! Gila! Seumur-umur gue nggak pernah sebahagia itu di acara Perhimak bahkan di saat Makrab sekali pun yang notabene proker angkatan gue, 2010. 

Sehabis ayam terbakar itu layak tampil di atas piring, kami berlima pun mulai menghias piring saji. Atas kekreatifitasan Mas Reda, terciptalah garnish super miris di atas piring ceper nan comal-camel. Sehelai daun ketapang terbujur kaku di atas piring, lalu ditaruhlah si ayam terbakar di atasnya. Baru kemudian, ditaruhlah taburan bunga sokka dan daun-daun pagar yang tadi gue ceritain di atas.

Momen yang paling kami tunggu-tunggu pun tiba. Foto-foto dan makan-makan. Yey yey yey! Mas Dhani segera menggiring kami menuju tempat yang paling layak dibuat background foto. Dipilihlah ruang tengah dekat lemari furniture. Mas Dhani dengan gaya fotografernya berkata, "Top banget! Manis banget ayamnya! Nggak tahu tuh rasanya gimana! Haha. Oke silahkan menikmati!"

Glek. Oh iya! Gimana rasanya ya?

Namun, hasrat ingin makan telah mengalahkan seluruh pikiran mengkritisi gue. Akhirnya, kita coba cicipi lah si ayam terbakar lemas itu. Aaaa... kurang saus. Lari! Lari! Lari! Jambret botol saus yang lagi dipegang orang. Crot! Crot! Cicipi lagi. Kurang mataaangg... Lari! Lari! Lari! Ke halaman samping tempat panggangan tergeletak lemah. Hanya pepatah "Habis manis sepah dibuang" yang pantas menggambarkan keadaannya saat itu. Kita pun nggak peduli. Kita paksa dia bekerja lagi lebih giat. Panggangan serasa milik kita. Kita berjaya, menguasainya seorang diri sedangkan anak-anak bidang lain sedang asyik berfoto dengan ayam-ayam malang mereka masing-masing. 

Riweuuuh! Namun, asyik! Sungguh, gue nggak bakal bisa melupakan ini.

Kami pun menikmati ayam terbakar itu hingga daging dan tulang terakhir. Hal ini kami lakukan karena kami tak tega menyia-nyiakan pengorbanan ayam ini. Kami lahap habis berlima doang. Alhamdulillaaaaah.... Malam itu berakhir bahagia.

Kami pulang ke tempat tujuan masing-masing. 
Gue balik ke Rumah Bimbel bareng Mbak Fitri, Ipin, Mas Andi, Mas Ilham dan Amel kalau nggak salah...
Di saat inilah, mulai malam inilah gue mulai menemukan diri gue yang makin "begini". Mungkin ini titik kulminasi gue... Gue yang harus berjuang, terseok-seok karena pikiran-ego-emosi gue sendiri...

SENI-OR PERHIMAK UI... apa ya?? Haha...


No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...