Sunday 21 August 2011

Ramadhan...

‘Allahu akbar… Allahu akbar…’ Sayup-sayup suara penyeru kebesaran Tuhan mulai terdengar, merdu bersautan, menuntun mataku melirik ke ufuk barat nan memerah merona. Beberapa orang membuat barikade teratur mengelilingi meja berukuran sedang yang tidak biasanya tampak manis menggiurkan dengan gelas-gelas berisi sejenis limun segar di atasnya. Tepat di samping meja, kudapati kolong “rumah kegiatan” kampusku yang tampak lebih putih dari biasanya. Subhanallah! Ternyata puluhan pejuang baru kampus ungu telah tiba. Kostum serba putih yang menyelimuti lantai 1 BKM seolah menandakan lembaran baru mereka yang siap mereka isi dan tulisi perjuangan yang melahirkan sejarah. Entahlah ikut menyambut atau apa, tanpa sadar selarik syair lagu Selamat Datang Pahlawan Muda meluncur ringan dari bibirku.
Hari itu bertepatan dengan pertengahan Ramadhan tahun ini, pun bertepatan dengan berakhirnya (untuk sementara waktu) salah satu kegiatan paling tak terlupakan oleh kebanyakan para mahasiswa FKM, OKK IM FKM UI. Dua kali tak kulewatkan kegiatan tersebut. Meski dengan status berbeda, umur berbeda, partner berbeda, tugas serta kewajiban berbeda tetapi tetap saja makhluk bernama OKK ini selalu menyisakan banyak kesan yang tak terlupakan. Kesan tak terlupakan, bukankah tidak selalu berbentuk sesuatu yang menyenangkan? Dan kurang lebih kesan yang kudapat bukanlah sesuatu yang menyenangkan apalagi menyakitkan. Alih-alih itu semua, kesan itu berupa pembelajaran yang mendewasakan dan mengingatkan kita untuk selalu ingat dan bersyukur kepada Allah.
Hampir seharian penuh selama dua hari tersebut, aku berkubang di ruangan ber-AC, meneliti coretan tangan dan kreasi pejuang termuda di kampus ungu saat ini. Lalu dalam hati aku berkata, “Alhamdulillah, terima kasih untuk udara dingin dan segar yang senantiasa bertiup mengusir kegerahan di Ramadhan siang ini. Alhamdulillah, terima kasih untuk kesempatan yang telah Engkau berikan sehingga saya dapat mengenal para pejuang ini melalui pola pikir mereka yang tertuang di atas helai-helai kertas ini. Alhamdulillah, terima kasih Yaa Rabb Yang Maha Bijaksana yang telah menempatkan saya di antara orang-orang hebat saat ini bahkan selama setahun ini di sini.”
Kupandangi sekeliling ruangan. Ruangan yang dulu pernah kuhuni selama 300 menit setiap minggunya untuk mengikuti perkuliahan MPKT. ‘Sedikit tampak lebih menyenangkan dibandingkan setengah tahun yang lalu,’ pikirku. Mungkin setengah tahun lalu pressure dan atmosfernya berbeda dengan saat ini sehingga ruangan ini terasa lebih nyaman. Beberapa orang mengantuk karena saking nyamannya. Salah! Mereka terlalu lelah setelah bekerja keras bersama dengan yang lain demi kesuksesan kegiatan ini dan terwujudnya tujuan kegiatan bagi para mahasiswa baru ini. Kalian benar-benar hebat! Dan aku yakin mereka yang tadi berbalut kostum putih itu juga mempunyai kehebatannya sendiri. Sungguh aku terkejut saat komitmen mereka benar-benar terpenuhi. Seratus persen datang lebih baik dari on time merupakan bukti yang tak terbantahkan: bahwa mereka punya keyakinan, bahwa mereka tak ragu berjuang, bahwa mereka datang ke kampus ini tak untuk main-main. Jujur, aku sempat merasa kalah dari mereka.
Saat Ramadhan, iman dan kesabaranmu benar-benar diuji, memanglah benar ungkapan itu. Aku bertemu seseorang, sesama pejuang 2010. Tak dekat, kurang kenal dan tanganku terbuka untuk menyambutnya. Menit berlalu, asyik. Beberapa menit kurang enak pun tiba-tiba hadir, saat si pejuang itu mengungkapkan kata IP. Dia sejajarkan diriku dengan orang-orang pintar yang mempunyai skala mendekati sempurna. Terusik, aku menyela, “Gara-gara IPU?” Yeah! Sudah kuduga, siapa yang tidak mengenalku gara-gara IPU? Pemilik NPM ditandai kuning karena nilai Kuis dan UTS-nya tak setimpal. Orang yang selalu memperoleh nilai sempurna di kuis hari Rabu. Siapa yang tak mengenalku? Siang ini semakin gerah. Kurasakan panas yang menjalar dari leher hingga pipi dan dahiku. Sontak emosiku menaik. Aku mulai menenggelamkan kepala ke dekapan tanganku sendiri. Aneh! Perilaku yang sangat aneh dipandang orang lain. Namun, aku tak peduli. Lebih baik aku mengingsut seperti itu, meracau tidak jelas dibandingkan berteriak atau berkata keras kepada orang lain. Seperti orang gila saja! Tanpa sadar aku mulai menggumamkan kata-kata dengan jelas, “Lupakan saya, ngga usah inget-inget saya. Saya ngga mau dikenal, ngga usah inget-inget Ani.”
Siapa wanita yang tidak salah tingkah saat orang di hadapannya tiba-tiba berperilaku aneh sepertiku? Seolah merasakan beban penderitaanku, si pejuang wanita 2010 yang tiba-tiba seperti telah kenal lama itu tiba-tiba berbicara, “Maaf ya, Ani, kalau perkataanku membuatmu sedih, membuatmu ingat hal tersebut.” Sebenarnya aku tidak terlalu mempermalahkan perkataannya yang sebelumnya. Aku hanya sedang sedikit mengutuki diriku sendiri saat itu. Aku yang selalu tidak mampu bertindak maksimal di saat yang seharusnya perlu tindakan supermaksimal. Pun aku yang selalu down dan memikirkan setiap hal dengan rumit seolah-olah dunia akan kiamat jika aku tidak memikirkannya dengan rumit dan teliti. Aku mulai menyadari bahwa diriku memang masih sangat belum bisa dikatakan dewasa saat itu. Seorang dewasa mungkin akan tenang menghadapi kondisi seperti itu, berpikir jernih dan menjawab segala halnya seperti seorang putri Indonesia. Ah… OKK memang mengesankan. Ramadhan ini memang penuh kejutan. FKM UI tampaknya masih asing bagiku. Ini memang aku yang terlalu suka mengasingkan diri pastinya. Namun, keikutsertaanku di perjuangan di tengah Ramadhan kali ini, toh membuatku semakin tidak asing dengannya dan dengan mereka.
Keberadaanku di kampus berakhir setelah shalat Maghrib berjama’ah. Asyik sekali shalat berjama’ah sebenarnya. Namun, kenapa aku lebih suka shalat sendiri? Aku merasa aku memang terlalu suka mengasingkan diri. Sungguh Yaa Rabb, saya tak ingin asing di hadapanmu, tak ingin mengasingkan diri darimu, atau membuat-Mu asing bagiku karena terlalu sibuk dengan urusan sendiri dan lupa bersyukur dan berkomunikasi dengan-Mu. Sungguh Yaa Rabb, saya hanya terlalu tidak menyukai di tengah banyak orang, meski saya tahu bertemu dan bersilaturahmi dengan banyak orang mempunyai banyak sekali manfaat yang salah satunya memperpanjang umur. Maaf Yaa Rabb, saya pun sedang berusaha mengatasi fobia orang ini. Saya suka bertemu orang, hanya saja saya takut tersakiti dan menyakiti orang lain.
Ramadhan tahun ini seharusnya sangat indah…
Dan memang sepertinya akan lebih indah jika aku lebih percaya pada diri, lebih menjauhi dendam, lebih melupakan dan meperbaiki keburukan serta lebih mendekat kepada Allah…




No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...