Wednesday 27 April 2011

Serial Aisyah Adinda edisi ke-2

Serial AISYAH ADINDA

Assalamu’alaykum... Wilda, entar pas rabid tolong bawain hardcopy slide Patologi kamu ya. Mau fotocopy nih. Jam 1 depan kantin? Oke deh! Wassalamu’alaykum Wilda cantik,” kata Dinda seraya memencet tombol end call di handphone-nya. Setelah mengecek pulsanya yang ternyata tinggal Rp2.337,5, Dinda membuka buku catatannya dengan terburu-buru. Diliriknya jam tangan dan….”What? 10.30? Tidaaak! MPK Bahasa Inggris!”
Dinda berlari menuju ke sebuah gedung paling pojok di kampusnya. Lift sudah penuh sesak saat dia sampai di depan lobi. “Ah! Lantai 4 aja! Okelah kalo begitu! Ayo kita terbang!” Lalu Dinda menaiki tangga dengan setengah berlari. Ekor jilbabnya menari lincah mengimbangi larinya.
Satu menit kemudian dia sudah sampai di ruang 4.07. Ia sedang mengendap-endap membuka pintu saat tiba-tiba seseorang di belakangnya memanggilnya, “DINDA!! Kamu telat lagi? Pasti abis rabid?” Deg! Jantungnya seakan berhenti berdetak saking kagetnya. Saat ia berbalik, tampaklah wajah timur tengah sahabatnya, Maryam. Kalau mereka bukan sedang di depan ruang kelas mungkin Dinda sudah memberi Maryam pelajaran berupa jurus “gelitikan dan cubitan seribu jari superpedih ala Dinda”.
“Hehe, kaget ya?” tanya Maryam tanpa rasa bersalah, sedangkan yang ditanya hanya mengangguk-angguk karena masih shock. Mereka pun masuk kelas dan duduk bersampingan. Melihat Dinda yang keterlaluan shock-nya, Maryam berusaha mencairkan keadaan dengan bertanya, “Eh, by the way, kamu udah siap buat UAS Anatomi besok siang belum, Din?” Bukannya mencair, si Dinda malah makin beku.
*****
Namira dan Luna sedang memilih-milih jilbab di salah satu stand bazaar bulanan di kampus. Di tangan kanan Luna tergantung lesu sehelai jilbab ungu menawan, sedangkan di lengan kirinya terkulai jilbab biru muda nan cantik. “Nam, yang mana ya? Luna bingung dahsyat nih. Atau Luna salat istikharah dulu aja kali, ya, Nam?” Namira hanya geleng-geleng. Dalam hati ia berkata, ‘Nih anak galau amat ya?’
Dari kejauhan muncul Dinda melangkah gontai tak terarah. Namira dan Luna lantas menghentikannya.
“Kenapa lo, Din? Lemes amat?” tanya Namira.
“Dinda! Dinda! Kira-kira mana yang lebih bagus? Ini atau ini?” tanya Luna sambil menyodorkan dua jilbab tadi. Sepertinya Luna mengatakan hal tidak tepat di saat tidak tepat karena sekarang wajah Dinda terlihat memerah dan itu artinya dia sedang kalut parah.
“Luna, bisa tidak, sehari aja bersikap dewasa? Rabid, kuis, UAS sehari tiga makul ditambah lagi kamu merengek-rengek gitu, bikin kepala tambah pecah aja tahu ngga sih?” kata Dinda, lalu berlalu tanpa mempedulikan reaksi kedua sahabatnya.
“Emang Luna seganas kuis dan UAS ya?” tanya Luna polos. Matanya berkaca-kaca.
“Mungkin Dinda lagi banyak pikiran, Lun. Positive thingking aja,” jawab Namira sambil mengelus bahu Luna.
*****
“Eh! Tahu nggak? Kata anak-anak yang kemarin udah UAS Anatomi, soal-soalnya itu mirip sama yang tahun lalu! Gue mau fotocopy nih sekarang, pada mau nggak lo-lo pada?” Setidaknya ucapan itu yang didengar Dinda dari obrolan  teman-temannya saat ia duduk di taman kampus.
‘Kata Maryam, UAS Anatomi besok. Berarti bareng sama MPK Bahasa Inggris dan Agama. Aku belum mempelajari materinya sedikit pun. Nanti pulang malem. Takutnya kecapekan dan nggak jadi belajar. Gimana dong? Kayaknya fotocopy soal-soal dan kunci jawaban itu nggak papa kali ya?’ pikir Dinda. Ia memikirkan hal ini hingga CS gedung selesai mengepel lobi di samping taman.
“Sudah diputuskan! Mau fotocopy aja! Yeah! Wah itu Sabrina pasti mau ke kelas deh, kebetulan banget! Sab! Bilangin deh!” Sabrina mendekat dan, “Aku nitip absen ya, soalnya ntar dateng telat, mau ada kumpul itu, tahu kan?”
“Selalu aja lo, Din! Ckck…” timpal Sabrina. Dinda hanya cengar-cengir malu.
*****
“Yes!!! Bener-bener keluar semua tuh soal. Alhamdulillah…” kata Dinda seusai mengerjakan soal-soal UAS Anatomi yang berjumlah 60 nomor. “Eh, tapi ini curang! Sebenernya kalo belajar pun pasti bisa ngerjain. Tapi.. ya sudahlah, sekali ini aja, hihi… Astaghfirullohal’adzim… Nggak ah! Nggak boleh begini!” ujar Dinda pada dirinya sendiri. Wilda dan Maryam yang sejak tadi memperhatikannya dari jauh semakin khawatir. Mereka takut Dinda mulai stress karena kurang mampu membagi porsi waktu kesibukannya.
Mereka berdua mendekati Dinda untuk memastikan keadaannya. Belum sempat mereka mengucapkan sesuatu, Dinda sudah nyeletuk lebih dulu, “Aku udah dapet bocoran soal. Buat apa kuliah susah-susah kalau ujungnya curang?” Pengakuan Dinda membuat Wilda dan Maryam tercengang.
Lalu Wilda bertanya, “So, kamu mau ujian ulang, Din?” Dinda mengangguk pasti.
Subhanallah…” ucap Wilda dan Maryam serempak.
“Yeah, tadi tiba-tiba teringat hadits nabi yang berbunyi: Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka dimudahkan-Nya jalan menuju syurga. Terus, aku merasa percuma aja, kalau dalam perjalanan hidupku aku menuntut ilmu hanya setengah-setengah, masa cuma dapat setengah syurga. Ngga mungkin bisa kan? So, ya aku harus bener-bener usaha! Hehe…” kata Dinda panjang lebar. Wilda dan Maryam menatap Dinda dengan ekspresi seperti berkata, “Bukan Dinda yang biasanya”
“Oh iya! Bye Wilda, Bye Maryam!” Dinda pun berlari.
“MAU KE MANA?” teriak Maryam.
“Minta maaf ke Luna, terus nemuin asdos Anatomi, deh, hehe.” 

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...