Tuesday 8 March 2011

Selasa, 8 Maret...

Waaaah... seminggu lagi my birthday...

Mama sih udah ngucapin hari Minggu kemarin. Dan saya ngga berharap banyak yang ngucapin. Berharap ada pun ngga... Seperti tahun-tahun sebelumnya laah... Biasa dan tidak lebay.

Hnn... mau cerita tentang ngamen!

Ceritanya, pas malam Minggu kemaren (6/3), saya dan teman-teman 2010. Dapat uang banyaaak... penghasilan pertama yang pernah saya dapat dengan hasil keringat dan suara sendiri, maksudnya hasil kerja keras bersama teman-teman semua. Waaah! Lumayan sekali uang yang kami dapat, alhamdulillah mencapai 438.500 rupiah dalam waktu sekitar 1,5-2 jam.

Kami mempunyai alasan yang jelas mengenai mengapa kami ngamen, yaitu untuk danus acara kami, MAKRAB Paguyuban. Kami ngamen dengan sopan, saya kira. Kami menggunakan baju batik yang sopan, batik identitas paguyuban kami. Kami menyampaikan alasan, asal dan tujuan kami ngamen kepada pendengar. Kami mencoba bertindak profesional walaupun canggung-canggung gimana. Namun, setelah gitar digenjreng kecanggungan dari dalam diri saya sedikit hilang. Lalu, mulailah menyanyikan lagu "Kita" Sheila on Seven. Setelah selesai, kami menutup acara ngamen itu dengan sopan, berterima kasih kapada pendengar semua karena telah bersedia diganggu, meminta maaf, lalu berlalu dengan sopan.

Senin kemarin, saat syuro Medium Nurani X+1, saya keceplosan bicara tentang ngamen ini. Lalu saya mendapat teguran dari Kadept. saya, Kak Darmawan. Saya, malu pada teman-teman Medium...karena ekspresi yang mereka tampakkan sangat akhh... gimana gitu, seolah-olah ngamen itu hal yang sangat buruk dan buruk sekali. Kak Darmawan menyuruh saya, dan siapa saja yang akan mendanus untuk tidak mengamen. Lebih baik jualan-jualan aja. Kalau ngamen pun pasti bawa-bawa nama UI. Hal ini bisa membawa dampak tidak baik. Apalagi Pak Dibyo pernah menegur dan memarahi beberapa mahasiswa UI yang mengamen di Mang Engking karena mereka mengamen dengan menggunakan Jas Kuning, Jas almamater. Namun, kami berbeda, kami ngga pake jakun.

Saya menangis saat sampai ke kamar. Sebelum ke kamar, saya ikut buka bersama warga Perhimak UI, yang diadakan oleh Kementerian Agama Perhimak UI. Minum dibayarin, makan bayar sendiri.

Saya menangis oleh 2 sebab, pertama karena saya mengingat Mama saya di kampung halaman, ingat tentang saya yang belum bisa memberi apa-apa baginya. Yang kedua adalah tentang ngamen ini. Setelah ditegur, pikiran-pikiran dan keinginan-keinginan dalam diri saya berkecamuk. Di satu sisi, saya memang selalu berpikir dari dulu, kalau ngamen kurang cocok untuk anak perempuan. Kata Mas Asep dan Martyn juga begitu. Namun, kata mas Cocol ngamen itu ngga papa asalkan tujuannya jelas, sopan dan tidak berbuat hal-hal yang menyimpang. Lurus di jalur gitu! Namun, di sisi lain, saya sangat ingin sekali ikut ngamen. Saya orangnya selalu ingin terlibat dengan segala hal. Saya merasa rugi, jika ada satu hal saja tentang sesuatu yang saya sayangi (di sini keluarga saya, Perhimak UI) terlewatkan begitu saja.

Saya memikirkan hal ini semalaman, hingga tidak bernafsu untuk belajar Ilmu Penyakit Umum yang akan Quiz. Saya tidur selepas tengah malam, dengan laptop menyala tak berdaya ditimpa jemari saya. Saya tak begitu ingat apa yang saya lakukan dengan laptop ini... Namun, sedikit ingat sebenernya, saya sempat menuliskan nasehat-nasehat tentang ngamen di grup 2010... Yeah yang pastinya seperti biasanya, tidak ditanggapi. Saya nyampah, saya bicara serius, saya ngapa-ngapain pun... ngga pernah ditanggapi. Kalau saya mulai emosi dan marah-marah pada sendiri, barulah mereka merespon. Respon negatif pastinya. Saya melihat dari tatapan orang, seperti Odah terutama, dll. Saya sering mengajak mereka berbicara, yang kemudian berakhir berbicara sendiri pada tembok atau keran kamar mandi asrama.

Selain saya memberi nasihat (nasihat ini juga berlaku untuk saya yang juga masih sangat buruk di saat ngamen itu). Saya juga mengungkapkan perasaan gelisah saya yang ingin berhenti ikut ngamen. Saya menyemangati mereka. Yah! Memang cuma itu yang bisa saya lakukan.

Saya menyayangi anak-anak lebih dari yang mereka tahu. Saya ingin berinteraksi dengan mereka, menyapa dan berkomunikasi lebih dari sekedar memandang dan menoleh dan pura-pura tidak kenal. Seperti Ubbad yang mungkin terlalu sibuk dengan kepanitiannya sehingga tidak sempat untuk sekedar tersenyum jika ketemu di Bogenville atau kantin. Seperti Dio yang sebenarnya ramah, tapi ragu untuk bergabung. Seperti Wahyu, yang lama-lama hilang ditelan keadaan. Seperti Umi yang bahkan saya cuma ingat namanya. Seperti Jodi, si ketua angkatan yang malas menanggapi kecerewetan saya karena kesibukannya. Seperti Fajar yang selalu sibuk dengan organisasi di kuliahnya dan menomorsekiankan Perhimak UI. Seperti... ahh! Seperti saya yang sukanya omong doang. Ngga ngerti apa-apa, ngga berbuat apa-apa.

Oleh karena itu, mungkin saya akan mulai menjaga jarak dengan kalian. Saya akan seperti Wahyu. Saya akan mencari kesibukan. Saya akan mengerjakan tugas yang diberikan, tapi saya akan jarang berkumpul. Saya akan ngomong di tulisan, tapi saya akan menyusun kalimat-kalimat saya dengan bagus dan sopan agar tidak menyinggung perasaan kalian yang selembut bulu angsa. Kalian yang istimewa. Ya ampun, jika kalian membaca post ini, ngga usahlah mengelak dengan berkata "Ini cuma perasaanmu saja Ani! Kami mah ngga sebenarnya begitu. Kamu saja yang sensitif, suka berpikir su'udzan. Rada ansos kamu, An. Terus emosian." Oke buat yang terakhir, memang benar begitu saya. Oleh karena itu lagi, saya akan menjaga jarak...agar tidak mengganggu kalian dengan celotehan blak-blakan saya, yang selalu salah dan bikin marah

Keesokan harinya, alias Selasa ini... Imam mengirimkan chat di grup 2010. Chatnya seperti ini:

maksude apakoh selamat tinggal ngamen??!!!!!!!!!!!!
aku thok kok sing arep selamat tinggal, hehe
nangapa koh??
aseng sulaya temen
ora papa, :(
nek arep ijin ora sah ngomong kaya kue ngapa, terlihat frontal bgt lho..
ngomong sing apa??????? selamat tinggal?????? oke lah, maaf maaf maaf pangkat 1000.
hadeeeeh, ana apa lah ya
sarapan-sarapan
naaaaaasi uduuuuuuk
07:18
yang selamat tinggal kekasih, maksudnya emang lagi nyanyi...

yang selamat tinggal ngamen, itu cuman saya yang mau ngga bisa ikut ngamen edisi selanjutnya,

maaf, telah salah besar dalam ngomong.

semangat ngamen!
wassalamu'alaykum



Di tengah-tengah chat ini, saya nangis sejadi-jadinya. Saya ditegur oleh kak Darmawan, saya ditegur dan dimarahi oleh PO. Iya memang saya frontal, memangnya salah jika saya izin langsung? Toh, kemarin banyak yang ngamen tanpa ikut izin. Chat dari PO itu, membuat saya semakin membulatkan tekad untuk tidak ikut ngamen. Tidak apa jika saya harus kehilangan kehangatan bersama kalian. Tidak apa jika aku disangka anti sosial. Tidak apa jika aku disangka egois. Tidak apa... Namun, aku sempat sakit hati hari ini.... separah itukah saya di mata sang PO? Saya paling tidak bisa diberi kata-kata kasar. Bahkan Mama saya tidak berkata kasar. Saya tidak terbiasa. Saya trauma. Ucapan dari PO itu, meskipun biasa saja, tapi sangat menyakitkan saya.

Saya berbenah diri, lalu berangkat kuliah dengan mata sembap. Sebelumnya, saya menonaktifkan chat di grup 2010. Saya setting agar saya tidak terlalu update, kecuali saya ingin tahu sendiri. Saya menghapus komentar-komentar saya untuk menghapus jejak langkah saya yang selalu salah. Saya cukup capek ngomong berkali-kali tanpa respon. Coba kalau aku sekeren Ryan, Aan, Tyas, dll... se-eksis dan sepopuler yang lain... selucu dan sesupel Anti, Leli, Ivah... sehebat Jodi, Martyn... dll... Saya cuma bisa menulis tentang keluhan. Saya cuma bisa mengeluh dan mengeluh...

Maaf! Saya benar-benar akan menjaga jarak... Semangatlah! Saya bahkan tak berpengaruh untuk kalian, selai menyakitkan perasaan lewat tulisan dan post saya yang nyelekit.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...