Monday 7 March 2011

Mamaaaaa...

Kemarin itu hari Minggu ya???

Dateng ke TFS MBUI di gymnasium!
Kirain bakal menyenangkan, tapi... kayaknya tetep aja suntuk, muka tertekuk-tekuk, ngantuk-ngantuk mulu pas training. Bahkan, aku rada kurang bisa membedakan mana yang kak Ari mana yang Renny. Ngantuk dahsayat. Baru pas waktu sesi PBB aja nih mata melek. Pun masih suntuk... Minggu kemarin, pikiran ngga tenang. Inget kuis Biostatistik Dasar. Inget TB Medium yang ke Bookfair di Senayan. Inget hal-hal yang ngga menyenangkan. Kayak dihisap Dementor aja tuh rasanya.

Satu-satunya hal yang menyenangkan pas hari Minggu itu adalah adanya sms dari Mama dalam bahasa Jawa. Jika diterjemahkan kurang lebih artinya adalah "Ayoh... Mama sekarang lagi makan nasi kuning. Ini untuk selametan anak Mama yang lagi kuliah jauh. Sebenarnya ulang tahunnya yang ke-19 sih masih seminggu lagi, yaitu Selasa minggu depan. Namun, karena hari ini adalah weton dia, makanya Mama buatin nasi kuningnya hari ini."

Dan kalian tahu? Air mataku nyaris tumpah dari kelopak... Namun, segera kutahan agar menarik perhatian tentunya. Yeah! Walaupun aku memang tidak pernah menarik perhatian. Siapa sih yang tertarik dengan seorang pendiam berwajah bingung yang suka bermimpi sepertiku ini?

Subhanallah.. siapa orang yang paling berhak kau hormati selain ibu? Mamaku, Mama nomor 1 di dunia. Mamaku, Mama yang selalu tersenyum meski hatinya sedang dicambuk keadaan. Mamaku, Mama yang selalu membuatku mandiri dan tidak bergantung. Mamaku, Mama paling hebat dalam memotivasiku. Aku kok rindu ya?

Maaa... Anakmu ini ingin bercerita tentang apa yang dialaminya di sini. Di sini dia mengurung diri, sibuk sendiri dengan urusannya, dengan terkaan dan dugaan, memikirkan orang-orang yang dialaminya. Mama... anakmu ini, masih suka terlalu bangga dengan kemampuan dirinya sendiri. Padahal, Mama selalu mendidikku untuk tidak cepat berpuas diri. Mama tidak pernah memberikan hadiah terbaik saat juara kelas, dan tidak terlalu menampakkan kepuasan dan kegembiraan Mama saat aku mendapat prestasi lebih. Mama sama seperti Bapak. Aku pun terbiasa. Mama dan Bapak memang terlalu diam dan sederhana. Mama bercerita seperlunya ke para tetangga tentang anak-anaknya yang biasa saja di sekolah, tapi sudah membuatnya tersenyum bahagia di setiap tidurnya.

Maaa... Anakmu ini masih terlalu sombong. Jarang membalas sms-mu, jarang menanyakan kabarmu dan kurang peduli dengan petuahmu. Anakmu ini masih terlalu kekanakkan karena menangis jika kesepian dan diberi suara keras dan kasar. Anakmu ini belum bisa tegar. Egois dan pemarah. Mamaaa.... di umurku yang nyaris 19 tahun ini, anakmu masih seperti anakmu lima belas tahun yang lalu.

Mama... aku tahu betul, di dalam do'amu, namaku disebut. Mama mengharapkan yang baik-baik untukku, agar aku menjadi putri yang baik yang bisa berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Mama tidak pernah egois... Mama... wajahmu terbayang seperti bulan yang tertutup mendung. Mendung itu adalah aku yang masih tidak jelas arah dan tujuannya, yang belum bisa membanggakan dan membahagiakanmu, mencerahkan senyummu...

Maaaa... satu-satunya yang ingin aku lakukan di umur 19 tahun nanti dan seterusnya hingga aku mati, aku hanya ingin berbakti sepenuh hati padamu, padamu, padamu dan Bapak.

Maaaa... jangan bosan tersenyum... Tidak ada senyum yang lebih indah di dunia ini, selain senyummu. Ummi... Ummi... Ummi... Tunggu hingga mendung ini menyingkir dari senyum indahmu. Aku akan menjaga senyummu...tak mau melukaimu, Mamaaa....

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...