Tuesday 18 January 2011

Untitled (part 1)


14 Januari 2011 jam 12:42


RADIT P.O.V

Gila! Jam empat sore tepat sekarang. Padahal, KRL ekonomi ke Manggarai berangkat jam setengah lima. Aku harus bergegas kembali ke tempat kost dan mengambil ransel dan laptop sekarang. Eh! Tunggu jam tanganku mati?? Astaghfirulloh... Jangan-jangan sudah jam lima sekarang? Sejak kapan dia mati? Ah persetan dengan "jam berapa sekarang?"!!! Yang jelas aku harus mengejar kereta.

Halte Teknik. Gerimis ya? Kenapa tiba-tiba? Kenapa di saat mendesak seperti ini? Bikun pasti akan sangat tidak nyaman dan payahnya aku tidak membawa motor. Sepertinya akan menjadi keterlambatan sempurna. Aku akan melewatkan kereta ekonomi dan ya ampun jam berapa sekarang? Aku malas mencari tahu. Dan kenapa pula tidak ada orang di sini? Halte Teknik biasanya selalu ramai. Benar-benar sepi.

Sejak kapan baliho pemira itu di sana? Sepertinya sudah cukup lama? Yeah! Bisa saja, sudah kusut begitu. Sebenarnya aku mahasiswa mana? Kukira minggu depan sudah pemilihan? Ahh... Aku ingin pulang! Jika pun aku harus kehilangan hak pilihku karena pulang kampung, aku tidak peduli. Sama seperti hujan yang seolah-olah tak peduli padaku ini. Langit... Langitnya mendung! Ah kenapa kau seperti orang linglung begini, Radit? Mana mungkin di saat hujan begini langitnya cerah tertawa. Hnn..tapi bisa saja sih. Bisa saja, dan setelah itu muncul pelangi.

Tidak! Tidak! Tidak! Sudah bermenit-menit aku di sini hingga kurasakan akal sehatku mulai terganggu, tapi bikun belum juga menampakkan batang hidungnya. Sejak kapan dia punya hidung? Ah! Masa bodoh! Kemana sebenarnya benda kuning besar dan berjalan itu???
Jam tangan ini, benar-benar mati ya? Iya. Tunggu! Sepertinya tadi aku melihat sekelebat bayangan. Seorang cewek mungkin? Perasaanku tidak enak. Sepertinya dia ada di belakangku.
Tenang. Menoleh pelan-pelan dan stay cool! Satu... Dua... Ti...

"Kak Radit!!!!"

"Aaaaaaargggghhh!!!!" teriakku. Kaget setengah hidup. Aku yakin wajahku akan terlihat menggelikan karena insiden ini. Insiden? Pokoknya itu. Dan dia adalah Mila. Aku langsung memasang muka so cool andalanku seolah-olah tidak pernah berteriak sebelumnya. Mila! Lo tau ngga sih?? Sebenarnya gue pengen banget nabok kepala lo pake sandal jepit gue! Tapiii... karena lo temen dia, gue ampuni lo!!!

"Kaget ya, Kak?" tanyanya malah cengar-cengir gaje. Sepertinya dia senang.

"Nggak! Kata siapa? Cuma reflek aja kali! Respon cepat!" Aku tidak akan mengaku kalau aku sempat ketakutan karena kukira dia makhluk halus.

"Ah...Ngaku aja deh!" senyumnya bertambah lebar seperti Spongebob yang berhasil terbang.

"Apa yang harus gue akui? Dasar centil!" Aku memang sedikit kesal padanya.

"Oke deh, Kak. Maaf! Mau ke mana, Kak? Nggak biasanya keluar kampus jam segini? Nungguin bikun lagi! Ke mana motornya? Wah muka Kakak itu lho... Galau abis!!! What's wrong??" Sumpah tambah cerewet saja anak ini. Aku bingung mau jawab yang mana dulu, tapi tidak lucu kan kalo aku menampakkan muka bingung aku di depannya? Aku cuma mendesis khas orang lelah seperti baru memikul satu truk karung beras.

"Hmm... Sebenernya, Kakak mau pulang kampung, Dek. Ada hal yang harus Kakak selesaikan. Kau tahu Kakak, kan? Orang sibuk. Haha..." Sedikit menyombongkan diri kan tidak ada salahnya? haha...

"Mau ketemu... Wah! Ngomong dong dari tadi! Ayuk aku anterin! Aku bawa motor, Kak! Mantel hujan ada dua! Helm kebetulan juga ada dua! Ke stasiun? Ayuk!!! Daripada nungguin bikun, ngga bakal dateng dia!!!" Aku sedikit terkejut. Dia benar-benar bertambah cerewet! Kenapa dia tiba-tiba semangat begitu? Pakai mau mengantarku segala.

"Ah! Nggak deh, Dek! Mau nunggu bikun aja..." kuakhiri kata-kata ini dengan senyum lebar.

"Kakak ini pikun atau pura-pura lupa sih? Hari ini kan hari Sabtu!!! Mana ada bikun jam segini! Udah hampir setengah lima nih! Nurut aja deh sama, Mila!" Dan sejak kapan dia jadi mirip nenekku???? Makin tambah ingin pulang saja diri ini. Eh, tadi dia bilanga apa ya? Apa??? Ha...hari Sabtu??? Setengah lima???

"Mana motormu?? Cepet ambil!" Tiba-tiba aku berdiri di luar keinginanku. Aku bisa melihat Mila yang tiba-tiba melonjak kaget sepertiku tadi. Bedanya dia tidak berteriak melambai sepertiku. Aduh, stay cool Radit! Stay cool! "Temenin Kakak ke Kukel, lalu anterin ke stasiun. Kakak akan naik ekonomi AC ke Manggarai. Cepet yaa..." Suaraku sedikit bergetar. BUkan karena buru-buru, tapi karena kesal pada diriku sendiri yang mulai pelupa. Aduuh!!! Bagaimana kalau aku berbuat seperti ini di depannya??? Mila masih mengambil motornya di parkiran ya? Hnn...kenapa tiba-tiba bayangannya wajah anak itu terlintas? Sabar, Radit! Sebentar lagi...

"Ayo, Kak!!!!"

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...