Monday 22 November 2010

Bu Guru?

Sabtu, 20 November 2010...

Di hari itu aku ada kegiatan BAKPAO (Bakti Sosial Pasca OKK) yang merupakan rangkaian OKK IM FKM UI. Aku tiba di FKM pukul 7 kurang dengan perjuangan cukup berat karena tak ada bikun. Aku juga sempat marah-marah ke Dini. Aku malu, kenapa aku suka sekali marah-marah dan berwajah garang. Aku yakin Dini akan takut dan rikuh padaku mulai saat itu.
Kaos Bakpao telat datang, akibatnya kami pun telat berangkat. Seharusnya pukul 07.00 kami sudah on the way to lacation, tapi faktanya pukul 08.15 kita baru naik truk tronton. Kursi truk tronton yang berlubang itu sangat hebat dalam menyerap air dan membagikannya pada kami sehingga celana kami basah-basahan selama duduk di dalam truk.

Perjalanan menuju desa Sukakarta tidak semulus yang aku bayangkan. Desa itu benar-benar desa. Aku anak desa dan aku bersyukur karena jejalanan di desaku masih lebih baik dibandingkan jalan di desa Sukakerta yang berlubang besar di sana-sini. Jalan ini belum beraspal sehingga becek di musim hujan. Truk tronton melaju dengan goyangan yang asoy akibat kondisi jalan yang oenuh lipatan ini. Serasa sedang bergoyang disco rombongan kami pun dengan seenaknya sendiri mengganti nama desa ini menjadi desa Sukagoyang.

Tiba di desa sekitar pukul 10.40-an. Aku tidak tahu pasti karena tidak sempat melihat jam. Kepala masih bergoyang, mungki efek dari jalan di desa Sukagoyang ini. Haha. Kami bergegas menuju lapangan Madrasah. Madrasah ini ternyata diperuntukkan kelas I hingga kelas IX, jadi SD SMP digabung. Madrasah At Taufiq namanya. Ketua yayasan menyambut kami dengan speech yang berapi-api. Aku tidak mendengarkannya, tapi aku tahu kalau Bapak Ketua Yayasan sedang menunjukkan keungggulan madrasahnya.
Madrasah ini kecil. Lantainya sudah berkeramik, tapi sayangnya kondisi kebersihannya masih sangat buruk. Ada sebuah kulkas tergeletak di dekat ruangan kelas VI. Sepertinya kulkas bekas dan aku bingung kenapa kulkas itu diletakkan di situ. Ruang kelasnya cukup memprihatinkan dengan jwndela yang tinggal lubang tak bertutup. Pintunya juga compang-camping bahkan ada yang tinggal setengah pintu saja. Di sudut lapangan, sebuah tempat sampah terlihat menderita karena tidak bisa memunguti sampah-sampah yang berserakan di sekitarnya. Tempat sampah ini terbuat dari sebuah drum minyak yang dipotong menjadi dua, lalu diletakkan di sudut-sudut lapangan yang berbatasan dengan teras kelas.

Aku termasuk panitia bidang BB (Buku Bermanfaat).Jadwal masuk kami --panitia BB-- adalah setelah giliran intervensi dengan alokasi waktu selama 10-15 menit. Aku bersama Lady dan Tia kebagian kelas IV SD. Kami masuk sekitar pukul 1 kurang. Anak-anak SD ini benar-benar atraktif, aktif, juga anarkis. Mereka sangat terobsesi mendapatkan hadiah. Sebelum kami masuk, anak-anak intervensi mengadakan kuis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sarapan, cuci tangan dan lain-lain. Anak-anak SD itu sangat antusias menyambut kuis, terlebih hadiah yang akan didapat cukup menarik. Satu pertanyaan yang masih kuingat adalah "Apa fungsi dari sarapan pagi bagi tubuh?" Hampir semua anak mengancungkan jari. Aku takjub! Waw! Mereka sangat hebat! Pikirku. Terlepas dari keberanian dan antusiasme yang sangat besar dan menakjubkan, jawaban yang keluar dari mulut mereka pun tak kalah menakjubkan ngawurnya. Hahahaha. Masa mereka menjawab nasi, jeruk, pepaya dan makanan-makanan lain. Usut punya usut, anak-anak ini tidak tahu arti dari kata fungsi. Ibu guru mereka yang menyaksikan dari luar jendela berteriak-teriak, "Manpaat! Manpaat! Bukan nama makanannya! Aduh, payah banget sih..." sambil seyum-senyum malu. Ya ampun, ternyata seperti ini aku waktu SD dulu. Pantes guru-guru SD banyak yang mengaku stres menghadapi muridnya. Hahai. Kuis intervensi berjalan lancar, meskipun banyak hadiah yang diberikan dengan terpaksa kepada anak-anak itu. Ya iyalah terpaksa, adek-adek itu pada kagak ngarti maksud kuisnya. Mungkin bahasanya udah terlalu tinggimbuat mereka. Hoho.

Giliran BB yang masuk. Aku, Tia dan Lady yang sudah menunggu cukup lama (sampai aku bosan berfoto-foto dengan Dila) sudah sangat ingin segera menyelesaikan semua ini. Kami di sini hanya memberikan games kacil yang disebut pesan berantai. Tahu kan??? Yang bisik-bisik berantai itu lho... Mengingat anak-anak kelas IV ini masih sangaaat polos dan polos dan polos dan cukup anarkis, kami menyederhanakan kalimat yang memang seharusnya sangat rumit. Kalimat pertama adalah "Susi suka susu sapi segar setiap saat". Dan andai kau tahu, anak-anak ini sama sekali tidak deria layaknya sedang bermain games. Mungkin games yang diberikan terlalu menegangkan bagi mereka. Lama, lama dan lama, sepertinya mereka belum terlalu mengerti dengan mekanisme game. Mereka membisikkan kalimat tersebut atau tidak hanya mereka yang tahu. Karena apa? Karena saat sampai di ujung, si anak paling ujung tidak mampu menyampaikan informasi yang dia dapat. Hahahaha... Si anak hanya diam diam di tempat sambil senyam senyum bingung. Wakakakak, lucu sekali dia. Si anak yang senyam senyum itu dari kubu cewek. Dari kubu cowok, lebih mending karena dia mampu menyebutkan satu kata dengan tepat yaitu, "Susu". Yang lain, entah tercecer di mana. Ngahahahaha....

Kalimat kedua lebih dimudahkan yaitu "Uler bunder-bunder muter-muter di atas pager". Kali ini anak-anak itu lebih antusias dan bersemangat. Mereka pasti sudah memahami alur permainannya. Akhirnya, sampai lagi ke ujung. Para ujungers maju ke depan menghadap ke Tia dan menyampaikan informasi. Perwakilan kubu cowok menjawab dengan lantang dan wajah penuh keyakinan, "Uler muter-muter di atas pohon mangga". Sontak semua orang tertawa. Jauuuh. Mungkin ini anak lagi ngidam makan mangga kali ya? Haha. Sedangkan perwakilan kubu cewek menjawab dengan malu-malu, "Uler muter-muter di atas pager". Tidak ada yang menjawab dengan benar memang, tapi karena kami tidak menjual mangga maka kami memutuskan kubu cewek lah yang menang. Maka hadiah yang dihias sampul kado dan berisi sekotaK MOMOGI itu diberikan kepada kubu cewek. Sebenarnya semua kubu dapat, karena kami telah menyediakan dua hadiah. Jadi setiap orang pasti dapat. Yeeey!

Di luar dugaan! Sebuah aksi dorong dan cakar-cakaran terjadi di tengah masing-masing kubu. Anak-anak cewek langsung menyelinap menuju ke ruang kelas yang terletak di sebelah ruang mentoring intervensi dan games anak BB. Lalu mereka berebut mendapatkan momogi itu. Sepertinya mereka malu-malui berebut di depan umum. Sedangkan anak-anak cowok mereka secara terang-terangan berebut makanan di depan umum. Aksi cakar-cakaran tidak terelakkan lagi. Moment berharga dimanfaatkan dengan baik oleh para paparazzi BAKPAO (baca: seksi dokumentasi). Mereka dengan bahagianya menjepret sana jepret sini, sambil senyam senyum karena mendapat angle yang bagus. BANTUIN NGELERAI ngapa?! Huhuhu.

Tiba-tiba ada seorang adek cewek yang manis mendekati aku dan berkata, "Ibu Ibu! Itu ada yang ngambil dua momogi!" dengan muka bersungut-sungut minta ditegakkan sebuah keadilan. Selama sepersekian detik aku kaget dan mendadak melamun karena dipanggil Ibu... Huwaaa... setua itu kah muka saya?? Belum sembuh dari shock berat, tiba-tiba adek cewek lain melutikku sambil menodorkan sebungkus momoggi. Dia berkata, "Ibu! Ibu! Ini buat Ibu aja, soalnya kita udah dapat semua." Huwaaa.... Serangan kedua. Deg deg! Aku semakin merasa tua! Atau aku emmang terlihat dewasa? Huhu... Aku lalu menjawab dengan muka penuh sweatdrooped di mana-mana, "Oh buat adek saja, dimakan ya..." kuakhiri dengan senyum yang pastinya sangat ambigu.
Di sisi lain, Tia sedang sibuk membagikan momogi kepada adek-adek cowok. Mereka berbaris dengan tidak rapi dan hampir saja ada adek yang menangis karena mendapat urutan paling belakang. Pasti dia takut tidak kebagian momogi. Ckckckck...kasihan!
Tiba-tiba aku teringat pada si adek cewek yang tadi berniat memberikan sebungkus momogi untukku. Aku lalau menemuinya dan dengan muka dimanis-maniskan aku meminta momogi tersebut. "Adek. Tadi kamu kan ya, yang megang momogi dua? Yang satu buat kakak boleh ngga?" pintaku. Dengan senang hati dia memberikan momogi tersebut dan aku tersenyum takjub melihat keikhlasannya itu. Wiew!
Aku berikan momogi itu kepada si adek cowok paling kecil yang baris paling belakang yang kini sudah hampir menangis tersedu-sedu. Cep cep cep! "Ini buat kamu, Dek," kataku sambil menyodorkan momogi. Adek itu menerimanya dengan bingung. Kenapa semua anak di sini bingung? HUff! Aku hanya tersenyum.

TIbba-tiba ada seorang anak yang memanggilku dan betteriak,"Bu Guru! Bu Guru! Dia ambil momoginya dua! Curang dia, Bu!" HUwaaaa.... hampir aku jatuh terlalu kaget, karena dipanggil Bu guru. Untung kondisi lagi fit jadi ngga sampai pingsan, haha. Akhirnya aku mendekati si anak cewek yang imut-imut pengambil dua bungkus momogi. Dia ketakutan mungkin dikiranya aku mau menjitaknya. Lalu aku membujuknya untuk memberikan momogi tersebut kepadaku karena aku akan memberikannya kepada teman mereka yang belum dapat. Dia langsung menyodorkan momogi, tapi aku yakin dia masih ketakutan.

Akhirnya distribusi momogi hari itu berlangsung ricuh dan berakhir bahagia. Ckckckck.... dasar anak-anak! Hahahaha

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...