Monday 30 August 2010

Experience is Gold (part 2): "Naomi Farm"

.... Aku lupa tujuan awalku datang ke sini untuk bertualang dan memecahkan misteri.
"Oke, Chloe! Mungkin kami tiba di sana saat hari gelap. Apalagi sekarang gerimis, jadi pasti kami akan sangat terlambat," kataku sambil menempelkan erat telepon genggam ke telinga kananku.
"Oke, Justin! Hati-hati di jalan terutama saat melintasi Naomi Farm. Soalnya di sana..." ucap Chloe dari seberang sana.
"Oke! Oke, Chloe! Kau tak usah terlalu cemas begitu. Thank's untuk semua informasinya dan tunggu kami di sana. Bye..." ucapku cepat-cepat dan kuakhiri dengan memencet tombol end call pada telepon genggamku.
Gerimis tak lagi mau kompromi. Volumenya makin bertambah dan hampir boleh disebut hujan. Jajaran pohon pinus dan cemara angin setinggi hampir dua kali tinggi orang dewasa membingkai kanan kiri jejalanan yang kami lewati. Begitu rapat jarak mereka satu sama lain sehingga dapat aku dengar gesekkan dedaunannya yang terdengar seperti orang merintih di tengah hujan. Bulu kudukku mulai bereaksi dan kuakui suasana saat itu memang cukup mencekam. Kupandangi wajah kelima orang temanku dan tampak jelas mereka sedang tak bahagia. Mungkin mereka merasakan hal yang sama denganku. Aku tak takut cuma merasa ngeri. Kengerian yang tak biasa dan membuat penasaran. Satu menit kemudian, aku melihat papan nama usang tertancap kuat di tanah kering sebuah peternakan tak terurus. "Naomi Farm", bunyi tulisan itu. Selama beberapa detik, aku menyesal tak mau mendengarkan penjelasan Chloe tentang peternakan ini tadi. Aku merasakan jok mobil yang aku duduki sedikit bergetar. Saat aku menoleh ke arah Sandra, kulihat wajahnya sedikit pucat dan kakinya bergoyang ke atas bawah tak berfrekuensi tetap. Aku yakin, sikapnya yang mudah panik tengah kambuh. Sementara Sean --yang bertugas menyetir-- dan Sammy saling berpandangan satu sama lain. 'Nampaknya, si kembar ini sedang bercakapan lewat ikatan batin,' pikirku mulai kacau.
Aku pun kembali memperhatikan apa yang ada di luar jendela. 'Ladang dan peternakan ini cukup luas tapi tampak tak terurus. Apa mungkin ini tak ada yang punya lagi? Atau jangan-jangan... Jangan-jangan apa? Ah! Aku tak mau berpikir macam-macam! Lebih baik aku menelpon Chloe,' pikirku lagi. Secepat kilat aku meng-contact Chloe tapi ternyata tak ada sinyal di sana. Sementara itu, langit telah menggelap, guncangan di jok mobil oleh Sandra pun semakin kencang. Kini wajahnya hampir sepucat salju. Di tengah-tengah kegalauan itu, Sean berteriak-teriak setengah berbisik, "Bensin limit, Justin! Kita harus segera menemukan GAS atau kita akan bermalam di sini."

(lanjutannya, mulai di sini... Hehe)
Pikiranku semakin tak karuan. Kulihat Karen tak cemas sedikit pun. Wajahnya memang sedang sangat serius tapi ia tak panik sedikit pun. Apa yang sebenarnya sedang ia pikirkan? Sammy yang selama ini kukenal tenang orangnya pun mulai berkeringat yang aku yakin pasti keringat dingin. Aku merasa bersalah pada teman-temanku karena tidak memberitahu mereka bahwa aku hampir saja mengetahui sesuatu tentang Naomi Farm. Namun, hatiku mencegahku untuk memberitahu mereka.
Tak ada apa pun yang bisa kami lakukan selain duduk di dalam mobil dan menikmati keangkeran farm ini. Sementara itu, kudengar Sean mengeluarkan umpatan-umpatan ringan yang mungkin ditujukan untukku karena aku tak merespon ucapannya. Sungguh! Mulutku serasa terkunci. Dan Karen, aku benar-benar masih belum bisa membaca pikirannya.
Angin berhembus kencang membuat ilalang menarikan tarian kematian. Mentari sudah setengahnya sembunyi dan kawanan binatang malam pun sudah melancarkan aksi. Mereka seakan mencibir kepadaku, mengejekku yang sedang speechless dan miskin nyali saat ini. Tidak! Aku sudah betul-betul meracau sekarang!

Dari kejauhan tampak pendar lampu neon. Terang! Menurut perhitunganku, beberapa lama lagi kami akan segera keluar dari wilayah farm yang mistik ini. Namun, aku masih menanti sesuatu terjadi. Entah itu seekor werewolf yang tiba-tiba keluar dari farm, entah beberapa hantu Asia yang mengerikan, entah hantu petani penasaran karena mati dibunuh calon pembeli ladangnya atau sekedar tupai yang melompat dari atas satu-satunya pohon kenari besar itu. Namun, tak satupun yang terjadi selain gejala-gejala alam sehari-hari.

Sammy dan Sean sekarang tak lagi berkomunikasi dalam diam. Telingaku menangkap kata jurang yang tersebut berkali-kali. Benar saja, di kiri jalan sebuah jurang landai tapi tampak dalam siap menangkap mobil kami jika Sean tak berhati-hati sedikit saja. Oh My... Kapankah kami keluar dari peternakan sialan ini?

Baru selesai aku membatin, tampak lampu yang tadi kulihat semakin jelas menerangi sebuah papan lain yang lebih baru tertancap di ujung ladang Naomi Farm bertuliskan, "Naomi Farm sudah menjadi milik keluarga Woods".

"Keluarga Woods? Jangan-jangan yang itu nama keluarga Chloe? Sudah ada sinyal! Aku akan menghubungi Chloe. Eh, tapi, ternyata dia udah sms duluan," ucapku keras hingga membuat Sandra melompat ke jok depan.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...