Tuesday 16 December 2014

Satu Sama

Ketika pagi tiba lebih cepat dan malam turun dengan terlambat, kulihat kau menggendong karung besar yang membuatmu nyaris tak bisa berjalan. Aku ingin menghampiri, tapi kulihat kau menolak semua bantuan yang orang lewat tawarkan. Kuurungkan segala niat, kusimak kau dari kejauhan.

Apa aku tak akan pernah menjangkaumu? Bahkan, ketika Tuhan telah sangat baik, menghadirkan kesempatan keseratus, aku masih saja tak mampu menyentuhmu. Kupikir aku sudah sangat berdosa, membiarkanmu tak terbantu. Padahal, aku tahu, aku satu-satunya orang yang harus dan dapat membantumu.

Aku tak bohong tentang aku yang tak mampu menyentuhmu. Bukankah ini tidak mungkin, membantumu tanpa dekat denganmu, tanpa mengertimu? Terkadang aku tak percaya, aku dan kau berasal dari latar belakang yang sama, dari rahim yang sama, dan memiliki tubuh yang sama. Namun, aku lebih tak percaya jika aku dan kau berbeda. Sebab, Tuhan menciptakan satu raga hanya untuk satu jiwa.

Mungkinkah kita betul-betul menjadi satu yang sama?

Satu hal yang harus dilakukan untuk mewujudkannya, meski aku tak yakin dapat melakukannya, adalah dengan tak lagi mengizinkan lalim dan dzalim membedakan kita. Dengan demikian, kita tak akan berpisah kejauhan. Aku mampu menyentuhmu, bahkan memelukmu dan menggendong karung itu bersamamu.

Apa kau percaya, aku dapat melakukannya? Sebab, kepercayaanmu adalah kekuatanku.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...