Friday 7 November 2014

Delapan Gambar Terakhir (Oktober-November Awal)

Di bulan Oktober ini, saya cukup sering menggambar. Mungkin, sebelumnya saya pernah menyebutkan alasan saya menggambar, melalui salah satu pos di blog ini, yaitu untuk memunculkan perasaan bahagia. Dengan kata lain, saya akan menggambar, ketika saya mulai merasakan kemunculan tanda-tanda tidak wajar, yang bisa jadi menimbulkan perasaan tidak bahagia bagi diri saya. Saya merasa, semakin lama saya tidak berarah, tidak memiliki tujuan dan keinginan. Dan ketika saya mulai berpikir demikian, saya akan berlari mencari hal-hal yang mungkin saya lakukan, yang dapat membuat saya lupa akan pikiran buruk itu, yang dapat membuat saya berpikir bahwa setidaknya saya sedikit produktif. Namun, lama-lama saya curiga, sepertinya kegiatan menggambar ini, saya lakukan hanya sebagai tindak pelarian dari tanggung jawab dan kewajiban saya akan hal lain. Kemudian, saya merasa ragu, malu, dan rugi.

Selain itu, tindakan pelarian, berupa menggambar, ini sepertinya telah membuat saya menjadi orang yang suka pamer dan berisik. Pasca menyelesaikan sebuah gambar hitam putih, saya selalu mengepos foto gambar tersebut ke beberapa media sosial: instagram, twitter, blog ini, facebook, bahkan linimasi LINE. Tak hanya itu, terkadang saya mengganti foto profil, avatar, display picture, atau cover di beberapa media sosial tersebut. Memang, figur atau objek dalam gambar-gambar saya tidak dipilih dengan asal-asalan. Artinya, ada hal menarik yang membuat saya sangat ingin menggambar objek tersebut. That's why, saya sempat merasa oke-oke saja, jika saya menggunakannnya sebagai foto profil atau sebagainya. 

Namun, akhir-akhir ini, saya mulai gusar. Apa gunanya ini: menggambar, meng-upload gambar tersebut, membagikannya ke orang-orang, dan pada akhirnya menarik perhatian atau justru kejengkelan mereka? Apa namanya semua tindakan itu, kalau bukan pamer atau mencari perhatian? Saya pun tersadar, kegiatan saya selama ini kemungkinan besar salah dan telah menyimpang dari jalur yang seharusnya saya tempuhi. Lagipula, sebenarnya saya tak cukup berminat apalagi berbakat di bidang gambar-menggambar ini. Lalu, saya memutuskan bahwa "tindakan pelarian dari kewajiban ini" tidak seharusnya disebar-sebarkan kepada orang lain. Cukuplah dinikmati sendiri, di galeri pribadi. Jika pun nanti ada yang tersesat melihatnya, berarti itu memang sudah nasibnya dan nasib gambar saya dikunjungi olehnya.

Saya pun menghapus foto gambaran-gambaran tangan saya dari galeri instagram dan LINE saya. Untuk selanjutnya, saya hanya akan mengepos gambar-gambar saya ke dalam blog ini atau di akun instagram baru saya, yang memang dikhususkan untuk menampung back up gambar-gambar nya. Sama saja, ya? Hahaha. Ya sudahlah. Pada akhirnya, saya memang tidak dapat berhenti menggambar. Saya akan tetap menggambar, meskipun (mungkin) akan lebih dikurangi.

Untuk beberapa orang, yang berteman dengan saya di berbagai media sosial, mohon maaf ya, jika selama ini saya sangat berisik dan menyampah di halaman depan kalian, dengan mengepos banyak gambar tidak jelas dan membosankan. Sebetulnya, saya juga tidak suka menampakkan keberadaan atau eksistensi saya kepada kalian. Terlebih, di saat seperti ini, di saat saya tengah merasa di titik terbawah di sepanjang perjalanan hidup saya, di saat saya tengah bersembunyi dari para peramai dan keramaian.

Well, saya sudahi ya, menye-menye-an dan curhat-an tentang gambar-gambarnya. :D


"Alat Gambar (seadanya) Saya"
Depok, 25 Oktober 2014
Sebelumnya, mohon maaf, posisi fotonya terbalik. Saya tidak tahu cara me-rotate position image yang sudah di-upload ke blog. Jadi, saya biarkan saja begitu, ya.
Well, itulah alat-alat yang saya punya. Namanya juga bukan seniman dan tidak berminat menjadi seniman, alhasil saya hanya memiliki beberapa alat yang kira-kira akan sering saya gunakan saja. 
Inilah daftar mereka:
  1. Sketch Book ukuran A3 (Memungut punya seorang teman yang sudah pindah kos)
  2. Sketch Book ukuran A5 (Kalau yang ini saya beli, tapi yang murahan lah, kan saya pelit)
  3. Drawing Pen ukuran 0,5mm (BESAR, KAN? Dulu salah bilang ukurannya ke mbak penjualnya. Niatnya mau beli yang 0,3mm)
  4. Pensil 2B, Colleen (Ini favorit saya! Hitam, tebal, empuk, murah lagi. Namun, yah...bikin kotor kertas gambar. Sayanya, di sini tidak ada yang jual dia. Saya cuma menemukannya di Kebumen)
  5. Pensil 2B, Faber Castell (Lumayan sering digunakan)
  6. Pensil 3B, Faber Castell (Jarang digunakan. Paling digunakan ketika sedang mengarsir mata)
  7. Pensil 4B, Faber Castell (Sangat jarang digunakan)
  8. Pensil mekanik, 0,5mm (Jarang digunakan. Biasanya untuk menebalkan outline)
  9. Penghapus, Faber Castell (Suka banget motif cowy-nya)
  10. Pensil warna, Faber Castell Grid Model 12 warna, ukuran besar (AMAT SANGAT JARANG DIGUNAKAN, karena saya belum bisa mewarnai. Semoga suatu saat punya yang lebih dari 12 warna)
  11. Pensil warna air, Faber Castell Grid Model 12 warna, ukuran kecil (AMAT SANGAT JARANG DIGUNAKAN juga. Saya hanya memakai yang warna hitam. Alhasil, pensil hitamnya sekarang pendek dan hampir habis. Semoga suatu saat punya yang lebih dari 12 warna dan ukuran besar)
  12. Rautan (Masih yang murahan)
  13. Cutter (Kalau yang satu ini masih sering pinjam punya orang lain, seringnya punya Nisa)
  14. Kuas (Sebetulnya ini milik Rheta. Namun, dia bilang dia sudah tidak menggunakannya, jadi saya boleh meminjamnya (sampai lama))
  15. Sarung tangan dan tissue (WAJIB. Tangan saya berkeringat)

"Teman"
Depok, 16 Oktober 2014
Media: Kertas gambar A5
Gambar ini dibuat dalam rangka berterima kasih kepada orang-orang di sekitar saya. Saya merasa bersalah karena sering melupakan orang-orang baik di sekitar saya dan mengharapkan kehadiran mereka yang tidak ada di samping saya. Untuk itu, saya berterima kasih kepada mereka yang bersedia mengingat saya. 


"Fanart: Houtarou Oreki"
Depok, 20 Oktober 2014
Media: Kertas Gambar A5
Ini adalah Houtarou Oreki, tokoh utama pria dari anime Hyouka (anggap saja mirip, ya). Sebetulnya, dia hanya seorang pelajar kelas 1 SMA biasa. Sangat biasa malah. Dia tidak suka lelah sehingga dia akan meminimalisasi bergerak atau berpikir untuk menyimpan energi. Mottonya adalah "Aku tidak akan melakukan hal-hal yang tidak harus kukerjakan dan jika aku harus mengerjakannya, maka aku akan menyelesaikannya dengan cepat". Menyelesaikan semua hal dengan cepat adalah bentuk upayanya untuk menyimpan energi. Itulah yang unik dari dia. Sifat pemalasnya itu membuat dia berpikir cepat, bahkan cerdas, juga kreatif. Inilah yang membuatnya dapat menyelesaikan beberapa kasus misteri kecil yang terjadi di sekitarnya, di kehhidupan  sekolahnya. Sungguh hanya kasus kecil yang tidak terpikirkan bahkan sengaja tidak dipikirkan oleh orang lain. Dia unik dan jenius, makanya saya suka. Hahaha...


"Fanart: Houtarou Oreki (Again)"
Depok, 21 Oktober 2014 
Media: Kertas Gambar A5


"Fanart: Kirito/Kirigaya Kazuto"
Depok, 26 Oktober 2014
Media: Kertas Gambar A3
Ini adalah Kirito, tokoh utama pria dari anime Sword Art Online/SAO (anggap saja mirip, ya). Sebetulnya, saya tidak suka tokoh anime ini. Namun, entah mengapa ketika saya melihat sketch book A3  miliki Tiara yang saya temukan dan tetiba  saya ingin menggambar di atasnya, tokoh anime yang pertama kali terlintas di pikiran saya adalah dia. Memang, saat itu saya baru tamat menonton SAO season I sehingga wajar saja jika saya teringat pada Kirito ini. Selain itu, gambarnya juga tidak rumit. Jadi, saya kira saya dapat menggunakannya sebagai contoh objek gambaran tangan pertama saya di atas kertas A3. Saat selesai menggambar ini, saya baru sadar, jika kertas A3 itu sangat besar. Otak saya lelah setelah menggambarnya. *maklum, amatir*


"Ucapan Milad untuk "SAHABAT""
Depok, 28 Oktober 2014
Media: Kertas Gambar A3
Yeah, saya merindukan teman di kampus, ketika beberapa semester lalu ini. Dia dipanggil Dila di kesehariannya. Saya pertama kali berkenalan dengannya di FB, ketika sama-sama baru diterima di FKM UI. Kami pun bertukaran nomor dan beberapa kali SMS. 

Ketika Welcoming Maba FKM UI jalur SIMAK, tanpa diduga-duga, ternyata kami betul-betul dipertemukan secara lahir, dalam FGD yang sama. Hanya saja, kami sama-sama belum menyadari. Saya memperkenalkan diri saya sebagai Ani sedangkan dia memperkenalkan dirinya sebagai Dila. Saya pun curiga, jika dia adalah Dila yang saya kenal lewat FB. Namun, kenapa dia tidak mengenali saya? Selain itu, di dunia nyata, dia tampak lebih datar, jika dibandingkan dengan saat di FB. Saya pun iseng, mencoba me-miscall nomornya. Jika dia bergerak-gerak merogoh HP ketika saya miscall, berarti dia adalah Dila yang sama dengan Dila di FB. Namun, dia diam. Setelah perkenalan, saya pun mencoba menyapanya secara personal untuk memastikan bahwa dia adalah Dila yang pernah bertukar nomor hp dengan saya. Dan ternyata benar. Dan dia tetap berwajah datar. Oh, doang. Padahal, ketika itu, saya mengharapkan respons yang lebih hangat dan bahagia darinya, karena bertemu dengan orang yang selama sebulan hanya bersapa lewat dunia maya. Awalnya, saya mengira saya akan dapat berteman dengan baik dengannya. Namun, melihat respons datarnya, saya urungkan perkiraan saya.

Saya bertemu lagi dengannya di kumpul angkatan FKM UI 2010 di dekat danau Balairung. Dia masih datar. Akan tetapi, ada yang berbeda, dia lebih banyak bicara dibandingkan dengan di saat pertemuan WM. Lambat laun, saya memahami sesuatu. Ternyata, wajah datarnya bisa jadi adalah output dari sifatnya yang sedikit pendiam dan tidak terlalu ingin terlibat dalam banyak hal yang menegangkan (apakah ini nyambung?). Sejak saat itu, saya memberanikan diri untuk mendekatkan diri dengannya dan sepertinya dia menyambut dengan cukup baik upaya pendekatan dari saya. 

Saya dan dia, sama-sama bukanlah orang yang ingin terlihat menonjol. Sama-sama, orang yang tidak datang ke suatu hal yang tidak perlu didatangi. Sama-sama, orang yang agak suka bersembunyi. Sama-sama, orang yang menyukai benda yang lebih mudah terbeli. Sama-sama, menyukai membaca cerita fiksi. Sama-sama, ah sama-sama lebih banyak mengamati daripada menyampaikan opini. Sama-sama, biasa saja. Kami pun terkadang berjalan-jalan bersama, untuk melakukan hal-hal biasa saja, bersama dengan beberapa orang teman tetap lain. 

Mungkin, ada banyak "sama-sama" yang sudah saya sebutkan. Namun, anggapan "sama-sama" dari saya tersebut, ternyata membuat saya egois dan lupa bahwa seberapa sama pun kami, tetaplah ada perbedaan yang menjurangi pribadi tiap manusia kebanyakan. Laun, saya pun dapat membaca perbedaan tersebut. Dia orang yang lurus, yang tak mudah berbelok dari tujuan utamanya, terutama dalam urusan menuntut ilmu. Saya sebaliknya. Dia orang yang pandai dan rajin, yang mempersiapkan dengan baik apa yang akan dipersembahkannya. Saya sebaliknya. Dia orang yang tidak akan bermain-main, di saat yang seharusnya kami mengencangkan ikat pinggang. Saya sebaliknya. Dia orang yang memiliki target dan tujuan. Saya sebaliknya. Dia orang yang akan terganggu, jika apa yang didapatkannya tidak sesuai dengan ekspektasi atau usaha kerasnya. Saya juga, tapi dengan cara penyampaian yang berbeda. Dia terlalu baik hati. Saya sebaliknya. Dia fokus. Saya sebaliknya. 

Awalnya, saya kira saya dapat bertahan mengikuti jalan lurusnya, dapat berguna sebagai teman baginya, dapat mengikuti sifat rajinnya, dapat mengerti dan menjadi teman yang baik baginya, atau dapat yang lain-lainnya. Namun, entah ini hanya pikiran tidak sehat saya atau bukan...saya merasa saya telah menjadi teman yang tidak baik dan tidak berguna baginya dan yang lain, hingga puncaknya di semester lima. Saya merasa saya adalah orang yang sangat kurang dan tidak pantas menjadi bagian dari mereka, orang-orang yang sangat pandai dan baik. Terlebih, saya selalu buruk dan tertinggal dalam hal akademis. Perbedaan besar saya, dia dan mereka, terutama dalam hal minat di bidang akademis ini, sepertinya telah menciutkan nyali saya untuk sering bersama mereka. Saya takut magabut dan merepotkan pada mereka.

Hingga suatu hari di semester lima itu, entah karena apa dan dengan cara apa, saya mendapati diri saya tidak mampu lagi mendekatinya dan teman-teman tetap saya yang lain. Saya pun menjadi jauh dari mereka. Semua. Saya menjadi seorang mahasiswa solo yang berkelana dan mencari informasi seorang diri. Hinggap di titik satu, lalu berpindah ke titik lain, untuk hanya sekadar hinggap. Meskipun menikmatinya, tetapi saya akui, ini terlalu sepi dan tidak asyik dilihat. Saya tidak menyangka, praduga dan pemikiran saya setidak sehat ini. Hingga kini, saya berakhir seperti ini: Bingung dan Sepi. Salah saya memang, tak sering menanyakan informasi atau kabar ke mereka. 

Ah! Bohong, jika saya tidak merindukan dia dan semua orang. Dusta, jika saya tidak ingin bertemu atau mengobrol dengan dia dan teman-teman lain. Namun, mengapa? Mengapa saya tidak dapat kembali menyapa dia dan orang-orang seperti dulu? Mengapa saya selalu merasa takut, saya akan menyakiti mereka dengan kekurangan saya? Mengapa saya merasa serendah diri ini, ketika berkomunikasi atau bersanding dengan mereka? Mengapa saya tidak berkutik ketika melihat mereka? Mengapa saya menjadi sebodoh ini? Berpikir liar, lalu terpuruk sendiri karena hal-hal, yang tidak tepat untuk dijadikan alasan sebuah keterpurukan. Mengapa saya takut pada orang-orang, yang bahkan mereka sendiri mungkin tidak pernah kepikiran memiliki masalah dengan saya. Jangankan memiliki masalah, memiliki ingatan berarti dengan dan/atau tentang saya juga sepertinya tidak ada. Hehehe. 

See? BETAPA TIDAK DEWASANYA SAYA. 
Saya mengotori ucapan ulang tahun untuk teman saya sendiri dengan bicara tentang hal-hal tidak penting seperti ini. Seharusnya, saya memberikan doa terbaik untuknya. 
Baiklah, Dila, sahabat lucu saya, teman (non-Kebumen) pertama saya di FKM, saya tidak pandai merangkai untaian doa. Saya sudah beberapa kali mencobanya, tapi tetap saja, hasilnya tidak indah. Hanya saja, saya hanya mampu berharap kau bahagia dan tetap tersenyum dalam menapaki perjalananmu. Saya dengar, kau sudah bekerja, walaupun saya tidak tahu pasti di mana tempatnya. Selamat ya, semoga kau betah dan menikmatinya. Saya yakin, kamu pasti mengerjakan semuanya dengan baik, di sana. Saya juga dengar, kau mendapatkan rekomendasi beasiswa Bidik Misi, yang, ah, saya tidak tahu apa namanya. Saya tidak heran, kau sangat layak mendapatkannya. Saya senang. Oh, iya, terkait studi dan kariermu, semoga sukses keduanya. Untuk hal lain-lain, saya hanya mampu mengamini segala harapan dan mimpimu. Kau pandai menjalani rencana dan menghadapi uji dan coba dari-Nya dalam mencapai tujuanmu, jadi saya yakin kau pasti akan lebih dari sekadar berbahagia di setiap akhir pencapaianmu. 

Sekali lagi, selamat ya, hei cantik yang akhirnya berumur dua puluh dua.
^-^



"Request dari Ipul"
Depok, 29 Oktober 2014
Media: Kertas Gambar A3
Sudah sejak bulan Juni, teman satu paguyuban pun satu angkatan saya, Saiful Amin, atau yang akrab disapa Ipul, meminta saya menggambarkan dia dan teman-temannya. Saya menolak pastinya, awalnya. Saya tahu kemampuan menggambar saya, yang hanya modal mencontek, bentuknya tidak konsisten, dan tidak memiliki ciri khas atau teknik menggambar yang baik. Namun, karena Ipul berkata, "Nggak papa, asalkan ada gambar kepalanya aja, nggak papa deh. Ini kenang-kenangan untuk teman-teman baikku," akhirnya saya pun meng-setengah-iyakannya. Saya hanya berjanji akan mencobanya, meskipun di dalam pikiran saya seperti tengah menambahkan list hutang saya. Akhirnya, alhamdulillah, hutang itu terbayar juga. Saya akui, gambar tersebut tidak bagus. Namun, saya sangat senang melihat persahabatan yang terjalin dari mereka. (hadududuh, nggak ada hubungannya sama gambarnya deh)




"Amarilis"
Depok, 2 November 2014
Media: Kertas Gambar A5
Media: Kertas Gambar A5 Jujur, saya mencontek objek berupa bunga amarilis dari internet, ketika menggambar ini. Namun sepertinya, hasilnya sangat buruk. Tidak terlihat seperti bunga, apalagi amarilis. Menurut Nisa dan Widya, penampakannya juga kaku. Sekilas, pertama kali melihat, dia terlihat sedikit bagus. Akan tetapi, jika diamati lebih lama, ada sesuatu yang aneh dari gambar ini. Dia tampak palsu. Tidak nyata dan kaku. Saya juga sependapat dengan mereka. Saya tidak terlalu ambil pusing atau memikirkan ketampakpalsuan dari bunga dalam gambar ini. Saya menggambar dengan tidak bagus dan memang tidak untuk menjadi bagus. Hingga saat ini, saya menggambar (masih) untuk melarikan diri.

"Latihan Menggambar Dua Kepala dalam Satu Scene"
Depok, 2 November 2014
Media: Kertas Gambar A5
Entahlah apa maksudnya. 

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...