Friday 7 February 2014

Tentang Bersyukur

Kata Junaidi Sidiq, ada kalanya sesuatu harus hilang dan pergi agar kau tahu lagi bagaimana caranya berusaha mendapat sesuatu yang sama baiknya atau yang lebih baik.
Kata Maghfirotun, sering kali kita menyadari betapa indahnya nikmat, justru ketika nikmat itu sudah (akan) pergi.
Kata mas Wiyogo Prio Wicaksono, marilah kita bersyukur dengan perbuatan...

Alhamdulillahirobbil'alamin.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Astaghfirullohal'adziim,
Berpuluh tahun kehidupan ini selayaknya diisi dengan berterima kasih dan berbagi kebaikan, alih-alih berolah kata dan meronce alasan. Perjalanan Tafakur Alam di hari Senin (3 Februari 2014) lalu dan post Indra Darmawan di blognya yang berjudul (Syukur vs Kufur), pun dari cerita Maghfi di acara tersebut betul-betul menyentil batin.
Mengapa harus mengeluh ketika fakta tidak sejalan dengan rencana? Mengapa harus menanti diterpa coba agar kita teringat akan-Nya? Mengapa menangis berlebihan, ketika kehilangan suatu hal yang sebetulnya pasti akan diganti dengan hal yang lebih baik dan dipersiapkan dengan tepat oleh-Nya untuk kebahagiaan kita?
Syukur, syukur, mari mensyukuri setiap kejadian Ani, sebab sesungguhnya nikmat-Nya tak pernah habis, mengalir sepanjang masa. Mengeluh, jika dibahasa kasarkan, memang seolah-olah seperti sebuah keberanian tak tepat dalam menyatakan kekecewaan atas skenario yang dibuat-Nya. Dan dari apa yang dikatakan Indra dalam post-nya, dapat diketahui bahwa mengeluh itu tergolong ke dalam tindakan kufur. Na'udzubillahi min dzalik :(
Seram. Seram. Seram.
Terkait dengan post gue sebelumnya, yang berjudul Update dan Cari Perhatian, yang meski muatannya lebih ditekankan pada sebuah pembelaan dari seorang miskin bicara, tetapi ternyata ini tak lain halnya juga sebuah keluhan. Respons akan kekurangsetujuan yang disementasikan dalam kata-kata yang tidak berani untuk disampaikan.
Seharusnya, gue mampu menyikapi opini teman-teman sebagai suatu hal positif, masukan untuk kebaikan diri para orang yang potensial mengeluh. Bukannya, ngeles, ngalor ngidul dan pada akhirnya tidak menemukan titik temu antara masalah dan alasan yang dibuat. Seharusnya gue bersyukur, berkesempatan dipertemukan dengan  orang-orang yang bersedia berbagi saran dan pengetahuan, juga mengingatkan. :)
Terkait segala hal yang diperoleh, terjadi dan dilimpahkan pada kita, sudah pasti seharusnya disyukuri, tak hanya di lisan tapi juga dalam perbuatan. Pun dalam bersyukur, berterima kasih baiknya tak mengenal lelah, tak diganduli rasa terpaksa dan mungkin amarah. Ikhlas. Meski pada hakikatnya, kata Nufiqurakhmah, keikhlasan kita hanya Allah yang dapat menilainya dengan teliti, tetapi sudah seharusnya syukur dan terima kasih dilakukan dari hati tanpa niat untuk dipuji.
Ani!!! Ayo meminimalisasi mengeluh dan merendahkan diri. Ayo memaksimalkan berbuat hal kebaikan yang tak diekori keluh kesah!!! :D
Ayo Ani!!! Bersyukur di setiap waktu. Ketika bahagia maupun berduka. Ketika lepas cobaan, ketika tengah dibanjiri tawa, atau ketika melakukan rutinitas biasa saja. Sebab, hal yang biasa saja tersebut, ketika tetiba kita tidak dapat melakukannya atau mendapatkannya lagi, barulah kita rasakan betapa yang biasa itu sesungguhnya sesuatu yang luar biasa, yang meski berulang-ulang tapi sangat pantas dirindu-disyukuri. :D

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...