Friday 6 December 2013

Unfollow

My beloved bloggie,

Lo pasti tidak tahu bahwa salah satu orang, yang menurut gue termasuk ke dalam kelompok orang yang nyaman, sudah meng-unfollow gue. Ya, sekarang lo sudah tahu, kan? Tidak usah ditanyakan bagaimana cara gue mengetahuinya, bahwa ada orang yang meng-unfollow gue.

Oke, sebelumnya, gue jelaskan dulu,  unfollow yang gue maksud itu apa. Jadi, di FB, ketika lo berteman dengan A, lo akan dapat melihat kabar berita dari A itu, baik meng-update atau mengomentari status, meng-upload foto, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Nah, ketika lo bisa melihat aktivitas dari A di beranda lo, berarti lo masih mem-follow dia. Fitur ini memang akan menjadi deffault settings di FB ketika lo berteman dengan seseorang. Namun, lo juga dapat membuatnya tidak muncul di beranda FB dia, dengan mengutak-atik pengaturan pertemanan lo dengan dia. Dengan demikian, lo tidak akan mengetahui aktivitas dia (si A), selain lo mengunjungi akunnya atau biasa dikenal dengan sebutan kepo.

Nah, di-unfollow yang semacam itulah yang gue terima dari seseorang itu. Tindakannya itu mungkin membuat dia tidak lagi terberisiki oleh status-status labil gue. Namun, apakah dia pernah memikirkan bagaimana tingkat kecemasan dan perasaan bersalah gue terhadapnya, ketika gue tahu bahwa gue di-unfollow-nya?

Gue seorang yang parnoan. Akibatnya, gue kepikiran dan menjadi sungkan. Gue tidak lagi senyaman dulu dalam berkomunikasi dengannya. Perasaan bersalah, yang selalu tak terhentikan oleh logika, dan keinginan meminta maaf, yang tak juga tersampaikan, membuat gue galau ketika teringat tentangnya.

Atas hal itu, gue pun mengotak-atik akun twitter-nya agar tidak mem-follow gue. Gue tidak mau dia kembali terberisiki oleh gue di twitter. Namun, setelah gue pikir-pikir, buat apa gue melakukan itu? Hahaha. Tidak masuk akal memang.

6 comments:

  1. Bingung mau komentar apa, semangaaaat aja ya Mba Aniiiii ^_^
    Kalau si Nisa mengatakan bahwa pos-pos di blog saya itu adalah ungkapan yang jujur, maka ini disebut lebih jujur dari jujur itu sendiri ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari sekian banyak post, kenapa kamu mengomentarinya yang ini, Ndra? Padahal ada banyak yang lain, bahkan ada satu post yang memuatmu di dalamnya. Haha.

      Delete
    2. Kenapa? Mungkin saran saja ya, template tipe kayak gini itu makan bandwith besar. Alhasil, ketika saya berkomentar, itu agak memerlukan perjuangan untuk ke-sent. Untungnya komentar di pos ini berhasil berjuang, gak seperti komentar-komentar saya di pos-pos lain, yang gagal akibat senjata yang dibawa (baca: koneksi internet) terlalu tidak melumpuhkan. Hehe...

      Yang lain udah dikomentari, tapi gagal ke-sent Mba... Hehe... :)

      Delete
    3. Tidak usah repot-repot mengomentari atau mengunjungi, Indra. Sayangilah kuotamu, pergunakan ia dengan semestinya. Tidak usah terlalu sering mengomentari post di blog ini. Terlebih, jika salah satu dorongan untuk mengomentari adalah karena saya pernah mengomentari punyamu duluan, Ndra. Haha.

      Delete
  2. Wah, ada Indra.
    Semangat untuk apa ya, Indra?
    Ini bukan kejujuran yang terlampau jujur, melainkan pengakuan dan perasaan bersalah yang belum tersampaikan. Ada harapan, blog ini dapat membantu saya mengungkapkan apa yang tidak mampu saya ungkapkan secara langsung kepada manusia-manusia lain. Namun, tidak untuk dikunjungi terlalu sering.
    Mengapa seblak-blakan itu ditulis di sini? Saya pun tidak tahu. :(

    ReplyDelete
  3. Semangat untuk selalu mengungkapkan apa yang tidak mampu diungkapkan... Hehe... ^_^

    ReplyDelete

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...