Wednesday 4 December 2013

Ini tentang Begitu Belum (atau Memang Tidak) Berjodohnya Gue dan Itu (1)

Okay! Zaman "dia" sudah berakhir kah? Hahaha... Tidak tahu. Setidaknya gue telah berhasil menjalankan apa yang namanya move on dari "dia". Hehe... Masa Bodoh!!! ;p

Nah, alkisah gue baru saja mengantarkan Leli sampai depan Gang Senggol, setelah berhari-hari lamanya dia menginap di kost gue, ngebantuin gue entry data. Sehabis dari Gang Senggol, gue langsung menuju Kutek karena kerjaan meng-entry gue belum selesai. Nah, di sepanjang jalan UI menuju Kutek, gue membayangkan beraneka makanan yang ada pinggiran Kutek: "Yang mana yang akan gue beli???"

Akhirnya, ketika sampai depan Al Hikam, gue pun memutuskan untuk membeli: Soto Campur di *piiip* atau Mi Ayam *peeep*. Sampailah gue di seberang *peeep*. Laju motor gue kurangi dan berhentilah gue. Gue masih bingung memutuskan untuk beli di *piiip* atau di *peeep*. Akhirnya, gue memutuskan untuk membeli Mi Ayam Bakso saja di *peeep*. 

Singkat cerita, mi ayam selesai dibungkus dan gue kembali melajukan sepeda motor gue.

Sampai di depan *piiip*, terbiasa, gue menoleh ke kiri. Entah mengapa gue sangat suka sekali mengintip siapa-siapa saja yang singgah makan di sana. Saat gue mengintip ke sana (beberapa menit yang lalu), gue mendapati tiga orang duduk di serambinya. Dua orang merupakan sepasang kekasih, satu orang lainnya duduk sendirian dengan tatapan dan perhatian yang tertuju pada layar handphone pintarnya. Ia menggunakan kaos putih cerah yang cukup familiar. Tak salah lagi, gue memang mengenali orang itu.

Itu. Sebut saja orang itu sebagai "itu". Setidaknya begitulah cara gue memanggilnya jika gue sedang berbincang dengan si landak, sejak bulan Juli lalu. Yeah! Dalam hati, gue merasa bersyukur karena gue tidak jadi membeli Soto Campur di *piiip* di mana "itu" sedang berada di sana. Di sisi lain, gue merasa geli karena kejadian semacam ini, "berjumpa tetapi tak bersua sapa" terlalu sering. Gue cekikan di sisa perjalanan gue menuju kost.

September lalu, ketika pindahan, kami berpapasan di depan *piiip*. Gue lihat itu, itu tidak lihat gue. Ketika baliknya, gue juga lihat "itu" yang ternyata "itu" sudah lihat gue duluan. Lokasinya sungguh sangat tidak oke, yaitu di *jejalanan di mana dua alat transportasi paling egois sering kali lewat dan menimbulkan kemacetan dalam kebisingan*.  Di sini kami juga tidak bertegur sapa. Gue senyam-senyum geje di balik tumpukan kardus pindahan.

Oktober, kami ber-beberapa belas mendatangi suatu tempat hiburan mata. Gue bertemu "itu" dan kami pun tidak berdialog satu kata pun. Oktober, saat itulah gue terakhir berkomunikasi lewat kata dengan "itu".

November, ada sebuah acara makan. Gue dengan tiga orang lainnya, berangkat telat dan berpapasan dengan "itu" dan temannya di gerbang Kutek. Lagi-lagi hanya gue yang lihat. Di titik pertemuan, kami sama sekali tidak berada di titik yang oke. Bagai kutub utara dan selatan, terpisahkan tujuh samudra dan lima benua. Lagi, gue belum lagi berkesempatan untuk menyampaikan ungkapan penyesalan. November malam, kembali gue berpapasan dengan itu di depan "itu". Gue tengah menoleh sembari mengendari motor dan membocengkan sang putri. Gue hampir menabrak "itu" kalau sang putri tak berteriak.

Desember, hari ini kembali gue melihatnya satu dua detik di depan *piiip* itu. Gue suka melihat "itu" dengan setelan atasan putih. Putih membuatnya cerah dan terlihat bahagia. Hohoho.

Wahwah...begitu belum berjodohnya gue dan "itu" untuk kembali bertemu dan berkomunikasi seperti saat makan di *piiip* malam itu. Ohohooooo...

Semoga, hari-harinya akan selalu menyenangkan... 

2 comments:

  1. Masih menyisakan tanda tanya untuk "itu"...

    ReplyDelete
  2. Kenapa kamu jadi komentar di mana-mana, ya, Indraaa??? :"D

    ReplyDelete

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...