Thursday 8 December 2011

Semalam berbincang dengan seorang adik tingkat. Menjadi orang yang lebih tua, terkadang meyenangkan, terkadang juga penuh tantangan. Bagaimana mempertahankan reputasi sebagai ornag yang lebih tua agar tidak jatuh image-nya di depan orang yang lebih muda. Bagaimana kita seolah-olah bertindak sebagai orang dewasa yang mampu membantu menyelesaikan masalah, padahal kita sendiri terkadang juga menangis hingga mengguling-gulingkan kepala di atas meja saat dihadapkan pada masalah yang menggalaukan.

Lewat perbincangan itu, lewat tetesan air mata yang jatuh dengan renyahnya dari sudut matanya itu, lewat tatapan mata sendu dan penuh rasa cemas itu, rasa cemas untuk memperoleh dekapan dan rangkulan hangat orang di dekatnya, rasa ingin dihargai dan disayangi... aku mengerti bahwa setiap manusia memiliki titik yang begitu fluktuatif di dalam hidupnya.

Terkadang... Sekeren apa pun manusia itu, sekokoh baja pun pendirian dan ketahanannya dalam menghadapi setiap tantangan hidupnya, pasti ada saat di mana orang itu memerlukan orang lain untuk dijadikan objek pelarian. Ada saat di mana orang individualis menjadi orang yang begitu humanis. Lalu, aku mulai berpikir bahwa orang individualis bukan merupakan hasil dan konsekuensi atas pilihan yang dia jalani. Terkadang menjadi individualis adalah akibat dari keterbatasan kesempatan untuk mampu berbagi dan berinteraksi dengan orang lain. Mungkin, tak sempat memperoleh kesempatan. Atau mungkin memang dia memilih untuk demikian.

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...