Friday 31 October 2014

Wanita Biasa

Hai sayang,
Aku wanita biasa
Penikmat hangatnya senyuman
Pembenci dinginnya pengabaian
Seperti yang kukatakan, aku wanita biasa
Terlalu tidak bisa untuk menjadi luar biasa
Terlalu tersiksa untuk berubah dari hal yang sudah terbiasa
Bolehkah aku menyayangimu dengan cara biasa?
Aku masih yakin, aku wanita biasa
Mengumpati para perayu dan pujangga
Menghindari tawaran dan bahagia yang berlebihan
Dan tetap saja aku terjatuh pada lubang-lubang yang sama
Bolehkah aku memperhatikanmu dari dalam lubang tempatku bersemayam?
Aku bersikeras, aku wanita biasa
Menekankan pisau lipat pada urat takdirku yang biasa
Meneriakkan makian dan tuntutan akan kehidupan yang luar biasa
Dan di sini aku ditampar ironi, mendorongku menjual diri tanpa label harga
Bolehkah aku tetap mengingatmu dengan peranku sebagai wanita biasa?
Aku kira, aku bukan lagi wanita biasa
Penipu, perekayasa romansa
Pendusta, pembolak-balik kata
Pengkhianat, pelanggar janji dan ikrar
Aku kira, aku memang bukan wanita biasa
Lebih rendah dari rendahan
Lebih murah dari murahan
Lebih kecut dari pengecut
Wanita biasa
Bahkan lencana wanita biasa
rasanya begitu berat untuk tersematkan
Sepertinya aku telah menjanda
Bahkan sejak sebelum aku sadar
Bahwa aku adalah seorang wanita

No comments:

Post a Comment

MD: Ide Yang Tersesat

Minggu lalu, Jumat 15 Maret 2024, saat Live sendirian, kepikiran untuk bikin INSTAL LIVE yang isinya obrolan antar nakes Puskesmas Alian ten...