Dimulai dari telat bangun pagi. Waw! It's surprising! Hari ini kuis dan aku belum menyentuh buku Fisika sama sekali. Entah setan jenis apa yang memasuki pikiranku, aku pun tergoda untuk membolos mata kuliah antropologi dan memilih berdiam di kamar seperti seekor ular di musim dingin. Aku menghubungi teman-temanku yang sekiranya mau menyumbangkan tanda tangannya di kotak absen namaku. Tidak gampang lho!
Kaget! Karena aku tertidur di tengah prosesi "belajar" Fisika. Aku bangun dengan tergesa-gesa dan akhirnya aku terbingung-bingung sendiri, sambil membolak-balik kertas itu sekenanya. Aku yakin tidak ada satu huruf pun yang melesat masuk ke dalam otak, karena jam di handphone telah menunjukkan pukul 10 lebih. Mau jadi apa kuisku hari ini? Biologi pun belum tersentuh, sedangkan dari tadi aku sibuk menulis catatan facebook. Alih-alih membaca diktat Fisika, aku malah asyik menghitung jumlah kunang-kunang yang muncul hilang di kepala. Sepertinya aku pusing... pett. Tidur, bangun, tidur, bangun dan begitu terus hingga tiba-tiba pukul 11.02 datang dengan tidak sopan. Huwaah... Siap-siap, mandi, dkk.
Pukul 12.13, aku sudah meluncur ke halte. Aku lupa kalo hari ini adlah Jum'at. Hari di mana Bikun sangat malas beroperasi. Alhasil aku menunggu di sana selama hampir setengah jam. Sebenarnya, penantian itu tidak terlalu terasa lama. Ada sebuah hiburan yang mengagumkan dan ini adalah pangalaman pertamaku. Aku bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris dengan seorang Turis dari Nepal. Nepal itu yang di Asia Selatan yang ibukotanya di Kathmandu yang terkenal dengan mount Everestnya itu. Informasi ini aku dapat dari hasil menerjemahkan perkataan si Turis yang ternyata seorang Dosen dari Unversity of Nepal ini. Aku sebenarnya lebih banyak mendengarkan dibandingkan berbicara. Lalu siapa yang selalu menjawab si pak Turis Dosen Universitas Nepal itu? Seseorang bermarga Medan dengan bahasa Inggris yang terbata-bata dan wajah meyakinkan lah yang menjawabnya. Wiew! Keren! Aku lebih tertarik mendengarkan pembicaraan mereka dibandingkan membaca diktat Fisika buah karya Kak Arreta Rei yang ada di pangkuanku.
Turis itu bertanya soal UI, FK, balairung, Rektor, Rektorat, Bikun dan bla bla bla. Haha, first time deh pokoknya! WIEW! It's surprising!
Sampai di kampus, aku masih juga dikejutkan dengan hal-hal yang ada-ada saja. Nilai fisikaku mencapai angka 80. Nilai tertinggi sepanjang sejarah Fisika sepertinya. Tidak ada maksud pamer, lebay, atau semacamnya. Ini murni suatu kekagetan dan kebahagiaan. Syukur aku pada-Mu yaa Rabb. Aku tidak peduli, meskipun nilai teman-teman lain hingga mencapai angka sempurna alias 3 digit. Aku tetap sangat puas dengan nilai ini. Huhu. Semoga UTS itu juga, terpoles keberuntungan yang sama. AMIIIIN.
Mulai hari itu, yang aku lupa namanya, aku mulai dekat dengan Inta dan Owlie. Bahkan aku memanggil Owlie dengan sebutan Dadar. Ini salahnya sendiri yang telah menyebutku Manusia Kulkas. Haha... Fakta sih. Tanganku ini bisa sedingin es saat terpapar hasil keluaran benda elektronik canggih bernama AC. Aku benci AC makanya. Dia membuatku kedinginan setengah hidup.
Aku seperti biasa berjalan-jalan dengan penuh kebebasan ke mana pun aku suka. Makan mie ayam dan ditemani segelas milkshake coklat, rasanya maknyosss. Aku makan dengan lahap dan alangkah terkejutnya aku karena ternyata 3 ribu rupiahku hilang entah kemana. Huwaaaa.... Penyokong kehidupanku hilang.
Selesai makan, aku langsung melesat ke lobi G, tapi mampir dulu ke mushola. Di sana aku teringat Kak Lili dan mentoring Holaqoh. Aku tidak mendatangi undangan Kak Lili untuk datang ke MUI kemarin. Aku merasa bersalah dan tidak enak, apalagi tadi saat berpapasan dengannya di koridor tak berdinding di depan gedung F, wajahnya tidak tampak seperti biasanya. Senyumnya tak begitu terkembang. Aku salah tingkah. Maaf, Kak...
Rapat Pleno saat itu, aku tidak terlalu memperhatikannya. Aku disibukkan oleh kebingungan mau berangkat MB atau tidak. Apalagi Fajar sudah sms berkali-kali tentang kedatangannya dan berharap aku datang serta mengajarinya. Rapat pleno belum mulai saat itu dan anak-anak BB BAKPAO begitu asyik berdiskusi mengenai UTS Biologi yang boleh dibilang tidak biasa. Aisha, anak gizi yang sudah UTS dan dia membagikan pengalamannya, mulai dari durasi waktu yang diberikan, tingkat kesulitan, bobot, konten soal, tapi tidak memeberitahu kami bagaimana tepatnya soal-soal Biologi tersebut. Ya iya lah... ahaha. Di tengah obrolan kami, handphone-ku bergetar dan sebuah pesan memaksa dibuka. Isinya tidak jelas, aku diharuskan pergi ke taman Bougenvile terkait soal bdk. Apa itu bdk??? Aku mengajak Leli karena kukira itu akan bermanfaat baginya. Yeah! Aku mengira bdk adalah singkatan dari BIDIK atau BIDIK MISI. Namun, karena ngga tega, aku menyuruhnya berbalik ke lobi G.
Lalu, aku tetap pergi ke Bogen. Alangkah terkejutnya aku saat tiba di sana, sampai-sampai aku bingung harus mwngucap istighfar atau hamdalah. Yeah, jadi ceritanya aku lolos tahap I program UI SDP ILDP dan aku termasuk dari 150 orang yang lolos. Aku bingung harus senang atau sedih karena aku berharap tidak lolos. Aku berharap tidak masuk. Namun, ini barokah dari Allah harus disyukuri, maka aku mengucapkan "alhamdulillah..." dengan muka yang sangat ambigu. Tidak hanya aku, Leli ternyata lolos juga. Akhirnya, dugaanku terbukti juga. Namun, aku sama sekali tidak menyangka aku lolos dengan bermodal esai yang sangat jauh dari kata layak itu. (esai itu dapat dilihat di postingan terdahulu dengan judul peningkatan mutu pendidikan bangsa). Kejutan! Shock! Asli!
Saat pleno, aku masih terpikirkan soal Diksi itu. Dan Fajar, dia masih saja mengirim sms yang isinya memaksaku untuk datang ke Pusgiwa segera. Ya ampun. Bagaimana nasib UTS Biologiku? Aku belum belajar secuil pun dan kata Aisha si anak Gizi yang tadi bercerita itu, biologinya susaaaaaaaaaaah banget. Bagaimana? Dilema! Aku ingin berangkat MB untuk menghilangkan stres selama seminggu ini. Namun, aku khawatir kecapekan dan akhirnya ngga jadi belajar (terbukti). Di sisi lain, aku tidak tega pada Fajar yang di sana sendirian. Apalagi dia bilang kalo Ndun udah tanya-tanya mulu. Ya ampun, Ndun tanya-tanya siapa sebenernya? Ngga jelas sekali sms Fajar. Dengan niat yang baik, aku pun melaju ke FIK untuk menghadang bikun dan berangkat latihan MB seorang diri.
Huwaw! Ternyata aku tidak benar-benar sendiri di sana. Ada Merissa yang sudah sebulan lamanya tidak datang latihan, ada juga Elsa si anak baru di pit pindahan dari snare. Ada Fajar yang memukul-mukul pit dengan nafsunya dan aku merasa kasihan dengan mallet yang dipegangnya. Sabar ya mallet. It was surprising! Dan aku merasa tidak percuma datang ke latihan kali ini karena aku diajari kagu Genderang UI. Kak Nadia lah yang mengajari kami sore ini. Aku senang karena kami bertiga, Aku, Renny dan Merissa langsung bisa memainkannya. Lalu aku terpikirkan Ayu, Acho, Della, Rachel dan lain-lain yang pastinya nanti akan kewalahan mengejar target. Target-target kami ternyata banyak. Pokoknya kita harus sama! Ngga ada yang lebih pinter dan ngga ada yang paling pinter. Kita bisa sama-sama dan payah juga sama-sama. Jangan meninggalkan teman kita! Setidaknya itu yang aku tangkap dari kata-kata Kak Nadia saat evaluasi tadi.
Saat sampai asrama.... Huwaaaaaaaa aku lebih tertarik menulisi blog ini dibandingkan belajar Biologi. Yaa Allah... Berilah hamba kekuatan untuk lembur dan melahap menu-menu lezat biologi ini. Amiiiiin
Ini tentang melukiskan dunia dalam kata; tentang aku dan jejalanan yang akan atau telah aku lewati; tentang Kawan yang lebih berwarna dibandingkan pelangi; tentang ramainya penjelajah ilmu yang selalu haus memecahkan teka-teki; tentang cinta yang tak kan pernah henti meski listrik mati; dan tentang aku yang masih mencari jati diri. Aku menulis... untuk mempertahankan memoriku hidup lama, jauh lebih lama dari aku menempuhi hidup ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Titipan Doa
To the point sekali, nitip doa begini ke dr. Ria, di umroh tahun ini. 1. Semoga 2 laki-laki di keluarga Ani melembut dan kembali ke jalan ya...
-
Lagu di atas merupakan lagu Amaryllis karya komposer Henri Ghys. Saya memainkannya dengan aplikasi piano pada ponsel saya. Oh iya, mohon...
-
A. Asal-usul Nama dan Lambang Unsur Arsen Arsen berasal dari kata arsenicum (bahasa Latin) dan kata arsenicon (bahasa Yunani) yang artinya: ...
-
Betapa gue merindukan mereka. Betapa gue ingin mendengar suaranya. Betapa gue ingin cinta ini tersampaikan setiap saat. Bersama mereka ku...
No comments:
Post a Comment