Friday 13 September 2024

Monolog (1): Menggantung Harap

Hai kamu...
Kamu bukan pilihan, maka jangan berharap masuk ke dalam prioritas. Telanlah segala yang ditujukan kepadamu. Cerna dan ekskresikan secepatnya. Kuburlah cerita dan rasamu karena semakin banyak kamu bercerita semakin lebar jarak memisahkanmu. Kamu tidak sedang berjualan maka jangan pernah berharap satu orang pun datang untuk membeli. Tetap berbagi sebanyak mungkin, meski mungkin pemberian itu tampak seperti siksaan yang menyayat setiap inci kehormatan dan ketenangan hidup yang menerimanya.

Kamu sudah berusaha. Kamu kuat. ☺️

Hari ini, mungkin tidak ada yang bertanya, "Sudah makan apa belum? Sudah selesai atau belum? Mau dibantu atau tidak? Mau ditunggu pulangnya?"

Namun, bukankah setiap hari juga seperti itu? Bukankah dari dulu juga seperti itu? Lalu mengapa tiba-tiba kamu berharap ada seseorang yang memperhatikanmu? 

Kamu bukan prioritas, ke manapun kamu pergi, kebanyakan orang akan lupa atau cenderung tidak menyadari ketika ada urusan denganmu. Saat kamu ingatkan untuk bertemu pun, mereka akan cenderung meminta durasi seminimal mungkin karena memang tidak nyaman denganmu. 

Bukan salah mereka, bukan juga sepenuhnya salahmu. Tidak ada yang bisa memaksakan kecocokan atas ketidakcocokan. Hak setiap manusia untuk memilih dan membuat prioritas. Mungkin kamu memprioritaskan mereka di atas dirimu sendiri, tapi apakah mereka meminta? Apakah mereka membutuhkannya? Kamu juga perlu tahu batasan dan jangan sok-sokan bilang "Ini demi orang lain" padahal tak ada orang yang menyadari atau membutuhkan apa yang kamu berikan. 

Toh, yang kamu berikan justru lebih memberatkan daripada meringankan, bukan? Kamu tahu, tapi kamu tak mampu memilih mana yang harus diberhentikan, diteruskan, dimunculkan, dan ditingkatkan, bukan? Ya begitulah kamu. Rumit.

No comments:

Post a Comment

Monolog (1): Menggantung Harap

Hai kamu... Kamu bukan pilihan, maka jangan berharap masuk ke dalam prioritas. Telanlah segala yang ditujukan kepadamu. Cerna dan ekskresika...