*Ini tulisan lama. Setelah dibaca ulang, tulisan ini berisi tentang beberapa harapan dan mimpi saya, empat tahun lalu. Personifikasi dan hiperbola bertaburan di mana-mana.
Aku tidak yakin mampu menerbangkan setan-setan bersayap itu malam ini.
Begitu banyak hal menyenangkan dan memuakkan terjadi sehingga aku bingung memilih
menu makanan mana yang pantas untuk mereka. Mereka kelaparan dan kelelahan,
mengangakan mulut dan bergeliat-geliat, seperti bayi burung gereja berdasi yang
menanti induknya membawa pakan. Aku tidak tega, tapi aku sedang sibuk mengukur
kecepatan angin di luar rumah. Aku mengurung mereka di sebuah kandang, yang
melayang di dalam cairan anti gesek paling sempurna, yang diberikan Pencipta
pada makhluk-Nya yang paling sempurna. Aku menjaga tekanan, volume, dan suhu
cairan itu dengan seteliti mungkin untuk menjamin kenyamanan setan-setan
bersayap itu.
Aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk melatih setan-setan itu terbang
selayaknya setan-setan peliharaan orang lain. Sebenarnya aku tidak mau mereka
kedinginan akibat bergesekan dengan kasarnya angin malam, tapi aku telah
mengukur angin itu. Angin tidak terlalu perkasa malam ini. Setan-setan bersayap
itu masih sebesar kelingking, mungkin sebesar kelingking bayi yang baru lahir dan
berusia lima menit. Ukuran mereka jauh dari ukuran setan-setan lain yang
sebesar jempol, bahkan empat jempol. Punyaku sebesar kelingking, tapi jangan kau
meremehkan setan-setanku karena dia mampu memunculkan kejutan-kejutan yang
bahkan besarnya lebih dari sepuluh jempol. Aku masih tidak yakin sebetulnya,
tapi beberapa orang berkata bahwa setan-setanku hebat dan berbakat.
Aku memutuskan mengangkat jendela dan meletakkan setan-setan itu dengan
halus. Aku tidak ingin dia terkaget lalu memberontak dan tidak mau terbang. Aku
memberi mereka remah-remah keripik balado yang sedikit pedas dan berharap
keripik itu mampu menyogok mereka agar mau mengepakkan sedikit saja sayapnya
barang satu sisi. Namun, sepertinya keripik itu terlalu lezat bagi mereka
sehingga mereka tak mau berhenti memakannya sebelum perut mereka buncit. Aku
gagal lagi malam ini. Perut mereka terlalu penuh dan aku yakin sebentar lagi
mereka akan tertidur tanpa sempat berpikir bahwa mereka memiliki sayap, apalagi
keinginan untuk terbang.
Sekejap, anganku untuk membuat mereka sebesar sepuluh jempol lenyap seperti
terserap kuasar. Aku tertunduk di samping jendela yang tadi baru sempat aku
buka setengahnya. Aku mungkin terlalu berharap pada setan-setan yang masih
amatir, yang bahkan masih miskin pengalaman dan kosakata ini.
Aku memandang makhluk-makhluk kecil itu. Kini mereka sudah kembali
bersemayam di dalam sangkar melayang kesukaan mereka yang hangat dan nyaman.
Mereka tidak tahu betapa aku menjaga kenyamanan mereka agar mereka bisa tidur
nyenyak, lalu berkembang menjadi besar sebesar sepuluh jempol. Tidur mereka
begitu nyenyak. Polos dan hampa. Aku tidak mampu menerka bagaimana mereka
besok, lusa, minggu depan apalagi empat tahun ke depan. Mungkin mereka
akan terus tertidur seperti itu hingga menua menjadi kerak-kerak dalam sarang
karena terlalu malas untuk mencoba terbang.
Aku mulai berpikir untuk membuang mereka lalu berburu malaikat-malaikat
bersayap. Namun, aku tidak mampu berpisah mata dengan setan-setan yang sudah
seumur hidupku menemaniku dalam sangkarnya. Aku akan membawa malaikat. Malaikat
yang baik itu, pasti akan lebih hebat membujuk setan-setan bersayap bangun dan
belajar terbang. Aku tahu itu sebuah teori yang sempurna.
Empat tahun lagi, aku akan membuka sangkar ini dan aku akan mendapati
setan-setan itu telah mampu terbang dan membawa selusin mutiara khayangan, yang
sinarnya lebih indah dari Venus di kala senja. Aku akan membawa dan memamerkan
mutiara-mutiara itu kepada orang-orang lain yang memelihara setan-setan
bersayap sebesar empat jempol. Aku akan membeli sebuah akuarium dan membuat dua
belas kerang buatan yang terbuat dari pecahan meteorit untuk menjadi rumah para
mutiara itu.
Sedangkan setan-setan dan malaikat-malaikatku akan selalu bersemayam
di dalam sangkarnya, hingga waktu berhenti berlari.
Semoga.
Depok, 11 November 2010, jam 23:47
No comments:
Post a Comment