Saturday, 15 November 2014

Nama

Alinda, antar-lintas-daerah.

Aldilah, alhamdulillah dia lahir.

Badura, bahagia dunia akhirat.

Dude, dua Desember.

Muktia, Muktisari.

Rianti, ....ri dan ...ti.

Riansyah, ...ri dan ...sah.

Nama-nama di atas merupakan beberapa nama orang yang terbentuk dari hasil menyingkat frasa, doa, atau nama-nama kedua orang tuanya. Saya pikir, ini ide yang kreatif. Mungkin, jika suatu saat nanti saya memiliki seorang anak, saya akan mencarikan ia nama dengan metode ini.

Ngomong-ngomong soal nama, sebenarnya saya mempunyai beberapa nama, yang saya temukan dari hasil comot sana, comot sini. Mungkin, beberapa tahun lagi, saya akan menggunakannya untuk menamai beberapa bayi atau justru melupakannya karena mereka tidak memiliki prioritas tinggi untuk saya ingat.

Auri. Bukan Auriga, bukan. Meskipun saya akui, saya memang memungutnya dari kata itu. Auri berarti udara, juga merupakan bentuk jamak dari emas. Di bidang militer AURI sendiri merupakan kependekkan dari Angkatan Udara Republik Indonesia. Ini juga pemlesetan dari kata aurora. Nama aurora sepertinya terlalu bagus dan sulit diucapkan karena memiliki dua huruf R di dalamnya. Jadi, mungkin akan lebih ideal jika saya memendekkannya. Tidak jelas mau dan maksudnya, memang.

Aria/Ariana. Saya memang sangat suka nama yang berawalan huruf A. Orang tua saya menamai saya dengan huruf awal A dan ini membuat saya selalu memiliki nomor absen di awal-awal. Saya ingin anak saya juga merasakan apa yang rasakan, sebagai pemilik nomor absen awal. Kata Aria atau Ariana saya ambil dari Arya. Semoga orang yang menyandang nama ini memiliki tekad dan semangat tinggi, juga kreatif dan pandai mempelajari dan menemukan hal-hal baru.

Arif/Arifia. Di kampung halaman, saya memiliki seorang tetangga yang berumur lebih tua bernama Arif. Ia kawan main saya, ketika masih kecil. Ia memiliki tingkah yang lucu, sifat yang terpuji, dan track record pendidikan yang baik. Saya percaya bahwa sebuah nama dapat mempengaruhi watak pemilik namanya, setelah saya mengamati perilaku si mas Arif ini. Selain itu, saya masih suka huruf A.

Lily. Ini adalah nama bunga. Bunga Lily dapat mekar di musim apa pun, di tempat seperti apa pun. Meski demikian, mereka bukan bunga yang pasaran seperti pacar air. Mereka kokoh, tegar, dan besar. Ada keanggunan juga kecantikan yang melekat pada nama dan penampakannya. Lily merupakan saudara Amarilis, nama kesukaan saya. Karena Amarilis terlalu aneh jika digunakan sebagai nama orang, sepertinya Lily bukanlah alternatif buruk untuk menggantikannya. Yah, lain cerita jika anak saya kembar. Mungkin, saya akan menamai mereka Lily dan Amari, meskipun saya tidak tahu akan memanggil apa si anak yang bernasib mendapatkan nama Amari.

Paramitria. Ini diambil dari istilah dalam statistik, parametrik. Parametrik sendiri berasal dari kata parameter. Yah, semoga orang yang manyandang nama tersebut dapat menjadi parameter yang bagus bagi apa pun di sekitarnya atau yang membutuhkan. Iya, ini juga tidak jelas. Saya hanya suka dengan kata ini, terlihat lucu. Selera saya memag agak aneh.

Raditya. Semua orang (mungkin) tahu bahwa raditya artinya adalah matahari. Sejak SD saya sangat suka dengan nama ini, bahkan sering kali menuliskannya tanpa sadar di buku corat-coret sambil mendengarkan penjelasan guru atau dosen. Namun, saya tidak ingat asal muasal saya mengenal namanya dan apa alasan yang membuat saya menyukainya. Nama Raditya, menurut saya, terlihat sangat indah dan megah. Mungkin jika seseorang memiliki nama hanya Raditya saja, tanpa embel-embel lain, sepertinya ini sudah sangat cukup baginya. Semoga orang yang memiliki nama Raditya dapat menjadi sosok yang bermanfaat dan menjadi cahaya yang menginspirasi bagi makhluk hidup di sekelilingnya.

No comments:

Post a Comment

Monolog (1): Menggantung Harap

Hai kamu... Kamu bukan pilihan, maka jangan berharap masuk ke dalam prioritas. Telanlah segala yang ditujukan kepadamu. Cerna dan ekskresika...