Thursday 4 November 2010

Peningkatan Kualitas Pendidikan Bangsa

Anifatun Mu’asyaroh, 1006668014, FKM
Tema: Peningkatan Kualitas Pendidikan

Usia bangsa Indonesia sudah lebih dari setengah abad. Bangsa ini boleh dibilang sudah tidak muda lagi. Di usianya yang sekarang, Indonesia memang telah mengalami perkembangan cukup pesat di beberapa sektor. Namun, ada satu sektor penting yang kondisinya masih sangat memperhatikan, yaitu sektor pendidikan.

Prestasi Indonesia di bidang pendidikan memang cukup dikenal di kancah internasional melalui keberhasilan kontingen Indonesia dalam menjuarai ajang Olimpiade Sains Internasional dan semacamnya. Meski demikian, tidak semua anak bangsa bernasib sama dengan para juara itu. Lebih dari lima juta anak Indonesia putus sekolah bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Parahnya lagi, sebagian di antara anak-anak (dan orang tuanya) beranggapan bahwa sekolah itu tidak penting. Hal ini dikarenakan biaya sekolah yang dirasa sangat tinggi dan kecemasan akan terganggunya jam kerja mereka (atau anak mereka) karena terpotong jam sekolah.

Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam proses pembangunan negeri. Jika dianalogikan, pendidikan seperti layaknya semen yang memperkokoh pondasi suatu bangunan yang tengah dibangun. Bangunan tersebut adalah negara ini yang sedang dan terus berkembang menuju kemajuan. Namun, kondisi pendidikan di Indonesia cenderung belum menampakkan kemajuan dibandingkan dengan negara lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat, sedikitnya alokasi dana negara untuk pendidikan, belum matangnya lulusan jenjang pendidikan satu ke jenjang berikutnya dan lain sebagainya.

Saat ini, muncul berbagai keluhan dari perusahaan yang mengatakan bahwa kebanyakan para lulusan perguruan tinggi masih belum memiliki kesiapan kerja yang matang di lapangan. Begitu pula keluhan dari pihak SMA mengenai belum siapnya lulusan SMP untuk melanjutkan ke tingkat SMA. Hal tersebut juga dirasakan oleh sekolah-sekoah menengah pertama pada umumnya. Kondisi ini diakibatkan oleh kurangnya life skill atau keterampilan dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh siswa atau mahasiswa.

Di negara ini, metode teoretis lebih dominan diterapkan dalam kegiatan belajar dan mengajar, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi. Akibatnya, pengalaman praktik para lulusannya lebih rendah dibandingkan kemampuan kognitif. Seseorang mungkin memiliki nilai atau IP tinggi, tapi hal tersebut tidak menjamin kebisaan dan kemampuannya saat bekerja di lapangan dan secara langsung menyelesaikan suatu permasalahan nyata karena terbiasa menyelesaikan masalah yang “tercetak di kertas”. Hal ini tentunya akan mempersulit berkembangnya seseorang di era globalisasi yang sarat akan persaingan dan penemuan karya-karya baru ini.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya pendidikan pembentukan life skill yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik sebagai bekal kecakapan hidup, baik kecakapan untuk mengurus dan mengendalikan diri sendiri, maupun untuk berinteraksi di lingkungan sekolah dan masyarakat serta kecakapan untuk bekerja. Pendidikan ditargetkan life skillmampu menghasilkan tamatan yang memiliki kesiapan untuk dapat menghadapi persoalan hidup dan kehidupan. Kemudian secara kreatif dan arif mampu menyelesaikan persoalan serta siap berperan aktif dalam masyarakat.

Pemerintah telah berusaha keras untuk meningktakan mutu pendidikan di Indonesia melalui berbagai cara, antara lain dengan mengganti kurikulum pendidikan, menyediakan buku paket gratis, mengadakan program Bantuan Operasional Pendidikan (BOS) untuk siswa SD dan SMP dan masih banyak lagi. Namun, hal tersebut ternyata masih belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dikarenakan alokasi dana untuk pendidikan masih rendah dan belum memenuhi target 20% dari total APBN. Porsi ini terhitung kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Selain itu, upaya peningkatan pendidikan dapat disiasati dengan upaya pemerataan guru-guru berkualitas. Upaya ini sangat diperlukan mengingat kondisi daerah di Indonesia berbeda-beda. Orang-orang yang hidup di kota kemungkinan memperoleh pendidikan layak dan berkualitas lebih besar dibandingkan orang-orang di daerah pelosok. Oleh sebab itu, tenaga-tenaga pengajar berkualitas perlu disaring lalu ditempatkan di daerah-daerah pelosok tersebut.

Terlepas dari upaya-upaya di atas, hal utama yang harus dilakukan kita sebagai warga Indonesia adalah meningkatkan kesadaran diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita akan pentingnya pendidikan bagi kesejahteraan umat hidup manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidikan telah membawa kita terbang meningglkan zaman kebodohan yang primitif. Dengan melalaikan pendidikan, sudah siapkah kembali lagi ke zaman batu?

Sumber
http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=244
http://pelangi.dit-plp.go.id/subditkesiswaan/

No comments:

Post a Comment